Home / Fantasi / KSATRIA API PHOENIX / BAB 5 : PELATIHAN

Share

BAB 5 : PELATIHAN

Author: Kawanlama
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kau harus mengikuti metode pelatihan yang ku buat agar bisa menggunakan kekuatan spiritual."

Phoenix menjelaskan kepada Ezio yang sedikit kecewa, begitu mengetahui dia terkena tahapan blokade. Tapi masih ada peluang baginya untuk sembuh.

"Bagaimana caranya?"

"Sebelum berlatih, siapkah kamu dengan konsekuensinya ?"

"Maksudnya?"

"Latihan ini begitu berat, jika gagal kau akan kehilangan kemampuanmu dan tak bisa dikembalikan."

Pemuda ini dilema, jika dia tidak melakukan ini maka tidak akan ada kemajuan baginya. Tapi jika ia mengikuti saran Phoenix, maka ada kemungkinan hal yang ia inginkan sejak kehidupan sebelumnya hilang.

Semakin dalam ia berpikir, terbayang wajah kaisar yang bahagia ketika ia dihukum, seringai permaisuri saat dirinya ditangkap. Kemarahan muncul hingga memuncak. Perasaan balas dendam timbul semakin kuat.

"Aku siap!"

Ezio berkata mantap. Ia siap kehilangan segalanya asal sudah mencoba, daripada tidak berani memilih apapun.

"Sekarang jiwamu ini akan ku kirim ke suatu tempat di mana kau bisa berlatih…"

Ezio hanya mengangguk dan menutup matanya. Jiwanya terasa seolah disentakkan begitu kuat, kemudian terlempar bergulung-gulung.

"Puih…puih… puih"

Ia merasa sesuatu masuk ke dalam mulutnya dan meludahkannya. Ezio membuka mata dan melihat, ternyata sekujur tubuhnya sudah dipenuhi dengan pasir yang berwarna abu-abu kehitaman. Benda ini nampak menempel di tubuhnya.

"Aku di mana ?"

Ezio berpikir sambil menepuk-nepuk seluruh badannya untuk membersihkan pasir yang melekat. Ia memandang ke sekitar tempatnya berdiri saat ini. Dia sedang berada di lereng sebuah gunung, yang menjulang tepat di depan posisinya saat ini.

"Saat ini kau sedang berada di sebuah gunung di dalam duniaku."

Suara wanita terdengar di telinga Arthur. Itu adalah suara Phoenix.

"Apa yang harus ku lakukan di sini?"

Ezio bertanya sambil berkeliling mencari di mana Phoenix berada.

"Pertama, kau hanya perlu mendaki naik ke puncak gunung itu"

Kakinya langsung bergerak tanpa bertanya, ketika mendengar perkataan Phoenix itu. Ia mencoba mendaki gunung yang nampak mudah saja, karena gunung itu terlihat tidak terlalu tinggi.

"Astaga aku salah…"

Gunung yang ia kira mudah, ternyata begitu sulit untuk didaki. Struktur tepi gunung yang terdiri dari banyak pasir, serta kemiringannya yang cukup curam, menyebabkan gunung itu menjadi sangat menyusahkan.

Beberapa kali ia terjatuh ke belakang dan harus memulai dari awal. Lecet tergores muncul di beberapa bagian tubuhnya. Namun, tekad kuat membuatnya tetap maju ke depan.

"Yesss…." Ezio sangat bahagia begitu berhasil mencapai puncak gunung itu.

"Ini baru langkah awal…" Suara Phoenix terdengar merusak kebahagiaannya.

"Hah masih ada yang perlu kulakukan?" Ezio bertanya pada Phoenix. Ia merasa malu sendiri, dipikirnya bahwa tugasnya hanya berusaha mencapai puncak.

"Silahkan kau masuk ke dalam kawah yang ada di bawah." Phoenix berkata kepadanya.

Ezio menatap ke bawah dan berkata," Kau tidak sedang bercanda kan? Aku akan mati jika masuk ke dalam sana hahaha"

Pemuda itu tertawa terbahak-bahak karena menganggap wanita tersebut sedang bercanda. Tapi kemudian hanya keheningan yang ia rasakan.

"Aku tidak bercanda, kau harus turun kesana!"

"Ta-tapi itu kan…!"

Seruan Ezio tertahan, tiba-tiba ada sesuatu yang tidak terlihat mendorongnya dari belakang.

"Aaaaaaa…"

Teriakannya keluar dari mulut dan menggema seantero kawah gunung itu.

"Jleb…"

Ezio masuk langsung ke dalam kawah dengan kaki terlebih dahulu. Rasa panas yang sangat cepat menjalar hingga ke kepalanya. Dengan cepat daging yang terdapat di kakinya meleleh, begitu pula dengan tulang keringnya perlahan terbakar.

Karena kakinya sudah tak kuat menopang badan, ia terduduk. Bagian bawah tubuhnya terbakar hingga menimbulkan bau seperti terpanggang.

Tanpa ia sadari, erangan yang sejak awal ditahan mulai keluar dari mulutnya. Racauan demi racauan terdengar.

Perlahan kesadarannya menghilang, rasa sakit yang amat sangat tidak mampu lagi ditahan. Hingga perlahan matanya menutup dengan sendirinya.

####

"Puih… puih… puih"

Ezio terbangun dengan mulut yang terasa tidak enak. Begitu ia ludahkan ke telapak tangan, ternyata ada banyak pasir di sana.

Dia sangat yakin akibat kawah yang sebelumnya dirinya sudah mati. Tapi yang terjadi justru, keadaan terulang kembali seperti awal.

"Kau tidak mampu menahan panasnya magma yang terdapat di dalam kawah."

"Iya eh tapi… aku yakin diriku sudah mati. Apa yang terjadi ?"

"Kau tidak akan mati di dunia ini. Dirimu hanya merasakan sensi asli dari yang ada di dunia nyata."

"Pantas, rasa sakit yang ada sebelumnya langsung hilang"

"Benar… rasa sakit di tubuhmu, memang sudah hilang. Tetapi trauma yang melekat, akan selalu ada. Maukah kau mencoba lagi?"

Mendengar Phoenix bertanya, bulu kuduk Ezio langsung merinding. Meski ia mati, perasaan teramat sakit dari penderitaan yang ia rasakan terasa sangat nyata. Meski ia ingin mencoba, tapi perasaan takut mengalahkan semuanya.

"Kalau dirimu tidak mau mencoba lagi, tak mengapa. Hanya saja dirimu tak bisa keluar dari tempat ini sebelum kau menyelesaikan pelatihan"

"Bagaimana jika aku ingin makan atau buang air. Di sini tidak ada apapun."

"Selama berada di sini kau tidak akan merasakan menjadi manusia utuh. Di sini kau hanya akan merasa lapar. Tetapi jika ditunggu beberapa saat maka perasaan itu akan hilang."

Perlahan Ezio mulai memahami konsep tempat ini dari yang sudah dijelaskan.

"Yang perlu kau lakukan hanya melakukan pelatihan saat kau sudah siap. Waktu di dunia ini sama seperti di dunia nyata. Ini memang penjara, tapi begitu selesai kau akan tahu perubahan dalam dirimu."

Setelah menyelesaikan kalimat tersebut, suara Phoenix menghilang. Ezio yang ditinggalkan sendiri mulai diam sambil memainkan pasir yang ada di permukaan tanah.

Waktu berlalu, sudah beberapa jam ia berada di dunia itu. Sinar matahari menghilang diganti dengan keadaan gelap. Rupanya waktu alam telah tiba.

Yang ia lakukan hanya diam sambil menguatkan diri menghadapi ujian itu. Matanya tak berhenti menatap puncak gunung. Hingga setelah tiga hari ia merasa sudah sangat stress. Hingga kemudian ia berdiri.

"Ya sudah lah, coba lagi saja." Pikiran yang tidak sehat muncul. Ia ingin sesegera mungkin keluar dari sana. Benar-benar memuakkan tinggal di situ, tak ada manusia dan satu benda pun yang bisa dilihat. Selain pasir yang luas atah gunung yang tinggi di depannya.

"Hiyaaaaa…"

Sambil berteriak, Ezio berlari menuju gunung itu. Beberapa langkah ia langsung jatuh terpelanting. Begitu ia mencoba lagi, hal yang sama terjadi.

"Pelatihan ini sangat mengerikan. Fisik dan mental dipaksa harus lebih kuat sekaligus," kata Ezio sambil memijat kakinya yang terasa sakit.

Ia mencoba lagi, kali ini sambil berjalan. Perlahan dirinya berhasil mencapai puncak gunung. Begitu di atas, seseorang tak terlihat mendorongnya dari belakang.

"Aaaaaaa…"

Teriakan Ezio kembali terdengar seperti sebelumnya.

Kali ini ia melakukan gerakan salto agar jatuhnya bisa secara perlahan. Meski ujung-ujungnya tetap saja, begitu kakinya menyetuh kawah, semuanya langsung melepuh dan tulang kakinya nampak terbakar.

Kali ini bahkan lebih parah, kesadarannya tidak langsung hilang, ia harus merasakan perasaan sakit yang teramat sangat.

"Brakkkkk…"

Hingga kemudian ia kehilangan kesadarannya dan kembali pingsan.

Begitu matanya terbuka keadaan kembali berulang, seperti pertama kali ia dikirim ke tempat ini.

Kawanlama

Terima kasih sudah membaca novel ini. Mohon dukungannya agar Ezio masih tetap bisa berjuang.

| Like

Related chapters

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 6 : ULAR RAKSASA

    Keadaan masih sama ketika ia berhasil menginjak puncak gunung itu. Perasaan trauma akibat rasa sakit dari panasnya kawah, membuat seluruh badannya menggigil. "Aaaaaaaww…" Tanpa ampun, dorongan kembali terjadi pada punggungnya. Ia masuk ke dalam kawah. Kali ini seluruh tubuhnya nyemplung ke sana. Ia sampai berteriak-teriak begitu seluruh kulitnya meleleh. Seluruh tulangnya terbakar, hingga terakhir tengkorak kepalanya hancur baru ia kehilangan kesadaran. "Wusssshhh…" Kali ini ia tidak begitu kaget ketika kembali pada keadaan awal. Ezio dengan malas berdiri, rasa takut akan sakit menyebabkan ia tak mau berusaha lagi. "Sstttttt…" Tiba-tiba dari bawah pasir di belakangnya terdengar suara. Ia menengok untuk melihatnya. "Waduh…" Seekor ular yang sangat besar muncul dari sana. Ukurannya bahkan lebih besar dari Ezio sendiri. Ular itu berwarna hitam dengan dua taring yang sebesar tangan orang dewasa dan sisiknya yang tebal. Bergerak ke arahnya. "Ampuuunnn…!" Ezio berlari ke arah gunun

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 1 : AGRA DIAZ

    Langit terlihat muram dengan awan hitam yang bergulung-gulung. Angin bertiup kencang, debu berterbangan. Matahari yang awalnya panas terik, menghilang dari peredarannya siang itu. Puluhan ribu manusia berkerumun menyaksikan satu tontonan. Dalam hati mereka semua, menahan kedukaan. Sebagian besar mulai meneteskan air mata, bahkan beberapanya ada yang terlihat menangis histeris. Di depan mereka, ada sebuah panggung yang menjadi pusat perhatian semua masyarakat yang hadir. Di sana terdapat seseorang yang berdiri dalam keadaan terikat dan mata yang tertutup. Sosok orang itu adalah seorang pria yang berumur sekitar 40an tahun. Dia memiliki tubuh yang tinggi serta berperawakan besar. Rambut coklatnya yang panjang, terlihat berkibar tertiup angin dan beberapa helainya menutupi wajah. Di atas panggung juga terlihat seseorang yang lain. Berbadan besar tanpa baju dengan celana kulit berwarna hitam. Wajahnya nampak tertutup sebuah topeng. Orang itu yang berperan sebagai algojo. Kemudian, nam

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 2 : EZIO OSBORN

    "Tabiiib, tangannya bergerak""Tidak mungkin, ini sudah 3 tahun""Nah ini coba kau lihat, kelopak matanya bergerak… EH MA-MATANYA TERBUKA !""Ya ampun ini keajaiban""Puji Yang Maha Kuasa !! kau akhirnya sadar. Ini aku ibumu, nak""Maaf, tolong minggir sebentar. Biar ku periksa"Begitu Agra Diaz terbangun. Yang pertama terlihat seorang wanita yang berusia sekitar 35 tahunan, sedangkan yang satunya bapak-bapak dengan badan kurus dan rambut panjang yang di sanggul. Orang itu dipanggil si ibu dengan tabib. Ketika kesadarannya mulai pulih. Agra melihat ke arah tangannya, yang terlihat di sana sepasang tangan kecil dan halus. Tangannya yang kekar serta berotot berubah ! Ketika melihat keseluruhan tubuhnya, badan sang panglima perang telah berubah menjadi seorang anak-anak. Terkejut dengan keadaan itu, Ia mencoba bangun, kemudian ditahan oleh si tabib. "Kau harus istirahat dulu, tubuhmu masih belum siap"Agra perlahan-lahan merebahkan badannya lagi dengan tenang. Dia memikirkan pertemuan

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 3 : API KEHIDUPAN PHOENIX

    "Kita bertemu lagi Ezio alias Agra Diaz. Kau telah memenuhi syarat pertama untuk mendapatkan bimbinganku. Syarat itu adalah tekad." Bayangan Phoenix itu mengeluarkan suara. "Aku sudah melewati banyak hal dalam hidup. Tapi semua keanehan ini adalah hal baru bagiku""Kau bisa bertanya padaku, beberapa hal akan kujawab"Ezio melihat seluruh badannya, lalu menunjukkan kedua belah tangannya yang menyala, terbakar api. "Kenapa aku ada di tubuh anak ini, api apa yang sebenarnya muncul dari tanganku?""Karena itu adalah takdirmu, menggantikan anak ini yang kenyataannya sudah meninggal, karena koma yang begitu lama. Sedangkan yang menyebabkan tanganmu terbakar adalah api kehidupan Phoenix. Karunia yang juga memberikanmu kehidupan kedua""Mengapa ini diberikan untukku?"Phoenix menjelaskan bahwa Ezio yang pada kehidupan sebelumnya dikenal sebagai Agra Diaz merupakan sosok yang banyak memberikan kehidupan. Sehingga dirinya menjadi orang yang terpilih untuk menjalani kesempatan kedua. Selain it

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 4 : KEMATIAN

    "Hahahaha."Heaton dan kawan-kawan tertawa terbahak-bahak melihat Ezio berdiri dengan menyeringai. "Lihat kawan, selain lupa ingatan rupanya anak ini juga sudah gila," Kata seorang rekan di sebelah si anak pemilik kebun apel. "Kita hajar saja dia, supaya pikirannya menjadi waras." Seseorang yang lain menimpali ucapan rekannyarekannya sambil bergerak maju. Tanpa komando, mereka semua mengikuti menyerbu Ezio. Dari kejauhan terlihat lima anak menyerbu satu orang bocah kurus. Mendapat penyerbuan seperti itu, Ezio tetap tenang. Tangan dan kakinya disiapkan dengan posisi kuda-kuda bertahan. "Aku tidak tahu, apakah tubuh ini bisa bergerak sesuai dengan pikiranku," gumamnya pelan. "Wushhhh"Tendangan pertama datang. Ezio mencoba menyingkir ke kanan. Tapi sialnya, tubuhnya merespon dengan lambat sehingga tendangan itu mendarat di perutnya. "Akhhhh…"Ia terlempar lagi ke belakang, kali ini tidak terjatuh. Dia kemudian meluruskan punggunnya dan berdiri tegak. Pukulan selanjutnya mendera, k

Latest chapter

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 6 : ULAR RAKSASA

    Keadaan masih sama ketika ia berhasil menginjak puncak gunung itu. Perasaan trauma akibat rasa sakit dari panasnya kawah, membuat seluruh badannya menggigil. "Aaaaaaaww…" Tanpa ampun, dorongan kembali terjadi pada punggungnya. Ia masuk ke dalam kawah. Kali ini seluruh tubuhnya nyemplung ke sana. Ia sampai berteriak-teriak begitu seluruh kulitnya meleleh. Seluruh tulangnya terbakar, hingga terakhir tengkorak kepalanya hancur baru ia kehilangan kesadaran. "Wusssshhh…" Kali ini ia tidak begitu kaget ketika kembali pada keadaan awal. Ezio dengan malas berdiri, rasa takut akan sakit menyebabkan ia tak mau berusaha lagi. "Sstttttt…" Tiba-tiba dari bawah pasir di belakangnya terdengar suara. Ia menengok untuk melihatnya. "Waduh…" Seekor ular yang sangat besar muncul dari sana. Ukurannya bahkan lebih besar dari Ezio sendiri. Ular itu berwarna hitam dengan dua taring yang sebesar tangan orang dewasa dan sisiknya yang tebal. Bergerak ke arahnya. "Ampuuunnn…!" Ezio berlari ke arah gunun

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 5 : PELATIHAN

    "Kau harus mengikuti metode pelatihan yang ku buat agar bisa menggunakan kekuatan spiritual."Phoenix menjelaskan kepada Ezio yang sedikit kecewa, begitu mengetahui dia terkena tahapan blokade. Tapi masih ada peluang baginya untuk sembuh. "Bagaimana caranya?""Sebelum berlatih, siapkah kamu dengan konsekuensinya ?""Maksudnya?""Latihan ini begitu berat, jika gagal kau akan kehilangan kemampuanmu dan tak bisa dikembalikan."Pemuda ini dilema, jika dia tidak melakukan ini maka tidak akan ada kemajuan baginya. Tapi jika ia mengikuti saran Phoenix, maka ada kemungkinan hal yang ia inginkan sejak kehidupan sebelumnya hilang. Semakin dalam ia berpikir, terbayang wajah kaisar yang bahagia ketika ia dihukum, seringai permaisuri saat dirinya ditangkap. Kemarahan muncul hingga memuncak. Perasaan balas dendam timbul semakin kuat. "Aku siap!"Ezio berkata mantap. Ia siap kehilangan segalanya asal sudah mencoba, daripada tidak berani memilih apapun. "Sekarang jiwamu ini akan ku kirim ke suatu

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 4 : KEMATIAN

    "Hahahaha."Heaton dan kawan-kawan tertawa terbahak-bahak melihat Ezio berdiri dengan menyeringai. "Lihat kawan, selain lupa ingatan rupanya anak ini juga sudah gila," Kata seorang rekan di sebelah si anak pemilik kebun apel. "Kita hajar saja dia, supaya pikirannya menjadi waras." Seseorang yang lain menimpali ucapan rekannyarekannya sambil bergerak maju. Tanpa komando, mereka semua mengikuti menyerbu Ezio. Dari kejauhan terlihat lima anak menyerbu satu orang bocah kurus. Mendapat penyerbuan seperti itu, Ezio tetap tenang. Tangan dan kakinya disiapkan dengan posisi kuda-kuda bertahan. "Aku tidak tahu, apakah tubuh ini bisa bergerak sesuai dengan pikiranku," gumamnya pelan. "Wushhhh"Tendangan pertama datang. Ezio mencoba menyingkir ke kanan. Tapi sialnya, tubuhnya merespon dengan lambat sehingga tendangan itu mendarat di perutnya. "Akhhhh…"Ia terlempar lagi ke belakang, kali ini tidak terjatuh. Dia kemudian meluruskan punggunnya dan berdiri tegak. Pukulan selanjutnya mendera, k

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 3 : API KEHIDUPAN PHOENIX

    "Kita bertemu lagi Ezio alias Agra Diaz. Kau telah memenuhi syarat pertama untuk mendapatkan bimbinganku. Syarat itu adalah tekad." Bayangan Phoenix itu mengeluarkan suara. "Aku sudah melewati banyak hal dalam hidup. Tapi semua keanehan ini adalah hal baru bagiku""Kau bisa bertanya padaku, beberapa hal akan kujawab"Ezio melihat seluruh badannya, lalu menunjukkan kedua belah tangannya yang menyala, terbakar api. "Kenapa aku ada di tubuh anak ini, api apa yang sebenarnya muncul dari tanganku?""Karena itu adalah takdirmu, menggantikan anak ini yang kenyataannya sudah meninggal, karena koma yang begitu lama. Sedangkan yang menyebabkan tanganmu terbakar adalah api kehidupan Phoenix. Karunia yang juga memberikanmu kehidupan kedua""Mengapa ini diberikan untukku?"Phoenix menjelaskan bahwa Ezio yang pada kehidupan sebelumnya dikenal sebagai Agra Diaz merupakan sosok yang banyak memberikan kehidupan. Sehingga dirinya menjadi orang yang terpilih untuk menjalani kesempatan kedua. Selain it

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 2 : EZIO OSBORN

    "Tabiiib, tangannya bergerak""Tidak mungkin, ini sudah 3 tahun""Nah ini coba kau lihat, kelopak matanya bergerak… EH MA-MATANYA TERBUKA !""Ya ampun ini keajaiban""Puji Yang Maha Kuasa !! kau akhirnya sadar. Ini aku ibumu, nak""Maaf, tolong minggir sebentar. Biar ku periksa"Begitu Agra Diaz terbangun. Yang pertama terlihat seorang wanita yang berusia sekitar 35 tahunan, sedangkan yang satunya bapak-bapak dengan badan kurus dan rambut panjang yang di sanggul. Orang itu dipanggil si ibu dengan tabib. Ketika kesadarannya mulai pulih. Agra melihat ke arah tangannya, yang terlihat di sana sepasang tangan kecil dan halus. Tangannya yang kekar serta berotot berubah ! Ketika melihat keseluruhan tubuhnya, badan sang panglima perang telah berubah menjadi seorang anak-anak. Terkejut dengan keadaan itu, Ia mencoba bangun, kemudian ditahan oleh si tabib. "Kau harus istirahat dulu, tubuhmu masih belum siap"Agra perlahan-lahan merebahkan badannya lagi dengan tenang. Dia memikirkan pertemuan

  • KSATRIA API PHOENIX   BAB 1 : AGRA DIAZ

    Langit terlihat muram dengan awan hitam yang bergulung-gulung. Angin bertiup kencang, debu berterbangan. Matahari yang awalnya panas terik, menghilang dari peredarannya siang itu. Puluhan ribu manusia berkerumun menyaksikan satu tontonan. Dalam hati mereka semua, menahan kedukaan. Sebagian besar mulai meneteskan air mata, bahkan beberapanya ada yang terlihat menangis histeris. Di depan mereka, ada sebuah panggung yang menjadi pusat perhatian semua masyarakat yang hadir. Di sana terdapat seseorang yang berdiri dalam keadaan terikat dan mata yang tertutup. Sosok orang itu adalah seorang pria yang berumur sekitar 40an tahun. Dia memiliki tubuh yang tinggi serta berperawakan besar. Rambut coklatnya yang panjang, terlihat berkibar tertiup angin dan beberapa helainya menutupi wajah. Di atas panggung juga terlihat seseorang yang lain. Berbadan besar tanpa baju dengan celana kulit berwarna hitam. Wajahnya nampak tertutup sebuah topeng. Orang itu yang berperan sebagai algojo. Kemudian, nam

DMCA.com Protection Status