"Ma, sudahlah, sementara ini kita lakukan saja apa yang disarankan oleh Nadine. Papa rasa ia juga ingin menyelamatkan nama baik kita."
"Anakku tidak mungkin mandul. Aku tidak percaya sebelum aku membawa David ke dokter sendiri!"
Arnold menghela napas panjang, ia sendiri memng tidak percaya jika putra tunggalnya itu mandul. Dulu, ia dan Kinasih memang memutuskan untuk memiliki satu anak saja karena kesehatan Kinasih.Setelah David lahr dua kali Kinasih mengalami keguguran sehingga dokter memang menyarankan supaya sang istri tidak hamil lagi karena berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak pada akhirnya.
"Ma, kita ikuti saja dulu rencana Nadine. Papa juga tidak akan tinggal diam, Ma. Tapi, sementara waktu ini papa rasa lebih baik kita amati saja perkembangannya terlebih dahulu."
"Papa terlalu sabar. Lagi pula, sejak dulu mama kan memang sudah tidak setuju jika Nadine menikah dengan David. Sampai
Liliana hampir melompat mundur saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu apartemennya. Gadis itu gugup, tapi senyum ramah Kinasih berhasil membuatnya sedkit tenang dan langsung mempersilakan wanita cantik itu untuk masuk."Maafkan saya, Bu. Hari ini saya tidak enak badan jadi saya tidak bisa masuk ke kantor dan bekerja seperti biasanya. Silakan masuk, Bu, biar saya siapkan minuman," ujar Liliana. Gadis itu baru saja akan beranjak ke dapur, tetapi Kinasih dengan cepat menarik tangannya."Ada Tuti, kan? Biar dia saja yang membuatkan minuman untuk saya, kau temani duduk di sini , kita bicara." Kinasih mengucapkan kalimatnya denganpelan, tetapi nadanya penuh dengan ketegasan. Lilana pun segera mengikuti kemauan dari ibu bosnya itu. Dalam hati Liliana merasa sangat gelisah dan juga takut. Ia sangat yakin jika Nadine pasti sudah mengatakan rencananya untuk menjadikan Liliana istri kedua David. &n
"Kalau begitu jadilah menantuku, Liliana.""Bu, saya ...""Kau tidak akan menandatangani apa-apa. Tidak ada istri di atas kertas atau kawin kontrak. Kau akan menjadi menantuku seutuhnya, aku akan mempersiapkan pernikahanmu dan David secara negara, sah. Bukan menikah siri," ujar Kinasih membuat Liliana terbelalak kaget."Bu, saya ini bukan gadis yang suci yang pantas menerima semua ini. Ini terlalu banyak buat saya," jawab Liliana. Ya, gadis itu tidak mau berharap banyak. David bertanggung jawab saja itu sudah suatu keuntungan baginya. Ia tidak mau memanfaatkan kebaikan Kinasih."Bu, bagaimana dengan perasaan Mbak Nadine nantinya?" Kinasih menggelengkan kepalanya, ia merasa kagum pada gadis cantik di hadapannya ini. Gadis lain mana mungkin mau memikirkan bagaimana nasib istri pertama dari calon suaminya. Tapi, Liliana memang berbeda, hal ini tentu
"Saya mau jika Pak David juga meminta saya, Bu. Karena saya tidak mau pernikahan ini terjadi jika Pak David tidak menginginkannya," jawab Liliana setelah beberapa saat. Mendengar pernyataan Liliana, Kinasih tentu langsung merasa gembira."Mama sendiri yang akan menyuruhnya melamarmu," ujar Kinasih dengan semangat."Mulai sekarang, jangan panggil saya Ibu. Panggil saya mama, karena saya akan menjadi mama mertuamu," kata Kinasih dengan gembira."Baik Bu- ehm, Ma," jawab Liliana sedikit gugup."David akan kemari sepulang bekerja. Atau jam makan siang nanti mama akan suruh dia melamarmu. Mama sendiri yang akan mempersiapkan pernikahan kalian nanti. Pesta, semuanya. Sebelum perutmu terlihat. Kita akan membuat orang mengira jika kau melahirkan secara prematur. Jangan sampai ada yang curiga jika ini bukan anak David." Deg! Dada Liliana terasa seperti dihantam oleh b
PLAK! PLAK!"Papa tidak pernah mengajarimu untuk menyakiti wanita! Apa lagi melakukan hal seperti itu! Kau sudah tidak waras, Dave?!" hardik Arnold dengan wajah memerah penuh amarah. Ia sama sekali tidak menyangka jika anaknya sanggup berbuat hal memalukan."Pa, aku khilaf. Malam itu aku mabuk dan salah masuk kamar. Dan terjadilah ....""Lalu?" David menghela napas panjang lalu menceritakan apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Liliana."Aku mencintainya, Pa. Untuk pertama kalinya dalam hidup aku merasakan yang namamya jatuh cinta. Dan itu kepada Liliana. Entahlah, saat itu apa yang aku pikirkan. Awalnya aku merasa karena aku mabuk, tapi ternyata aku merasa tidak rela setiap kali aku melihatnya bersama dengan lelaki lain, meski hanya diantar pulang atau makan siang di kantin bersama." Arnold menghela napas panjang, ia merasa semakin yakin jika anaknya tidak be
Kinasih baru saja hendak mengajak Liliana makan siang saat bel di pintu apartemen Liliana berbunyi. Tuti dengan tergopoh-gopoh membuka pintu dan degub jantung Liliana seolah berhenti saat melihat siapa yang datang."Dave, kau mau apa?" tanya Kinasih sambil mengerutkan dahi."Aku mau mengajak Liliana makan siang dan bicara." Kinasih tersenyum, ia yakin sekali suaminya pasti sudah menemui David."Baiklah kalo begitu, mama tidak jadi mengajak Lili makan siang bersama. Kau ajak saja Lili keluar. Asal kau tau sejak tadi dia belum makan dengan benar."Kinasih pun menoleh kepada Liliana dan mengelus bahu gadis itu, "Mama pulang dulu, ya. Besok malam saja kita makan malam bersama. Sekarang David sepertinya punya hal yang penting untuk dibahas,"ujarnya. Ia pun mengecup kedua pipi Liliana lalu melangkah keluar setelah menepuk bahu David sekilas."Kau sudah siap, kan? Tadiny
Liliana tersenyum lalu melangkah kembali ke kursinya dan menatap David penuh arti."Saya tidak mau memakai cincin itu sendiri, Mas. Jika memang Mas David menginginkan saya menjadi istri, saya ingin Mas yang memakaikan cincin itu di jari saya," kata Liliana dengan kedua pipi yang sudah merona merah. David melonjak, ia merasa dadanya dipenuhi kebahagiaan. Dengan cepat ia menyambar cincin yang ada di hadapannya dan segera berlutut di hadapan Liliana lalu memakaikan cincin dengan mata berlian itu di jari manis Liliana."Jadilah istriku," ujarnya lirih lalu mengecup kening Liliana dengan penuh perasaan."Terima kasih, Mas. Aku tidak menyangka kau akan menyiapkan semua ini," ujar Liliana dengan suara bergetar menahan tangis. David tersenyum dan membawa Liliana ke dalam pelukannya."Kau berhak mendapatkan semua ini. Maafkan aku, Li. Aku janji akan membuatmu tersenyum dan menjadi ayah yang baik untu
Seharian berada di apartemen, Nadine sengaja mematikan ponsel dan mengganti nomor dengan nomor khusus. Nomor itu hanya Dirga dan managernya yang tau. Ia memang tidak ingin diganggu."Kau sudah makan malam?" tanya Dirga saat ia datang."Menurutmu?" Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya, sejak dulu Nadine memang sangat manja."Kita delivery order saja untuk makan malam, ya. Aku sangat lelah, hari ini ada dua operasi cesar. Juga aku harus membantu beberapa kelahiran secara normal," kata Dirga."Kenapa kau ambil spesialis kandungan, Mas?" tanya Nadine tiba-tiba sambil memeluk Dirga dengan manja."Kau tau jawabannya sejak lama, sayang. Mamaku dulu meninggal sesaat setelah melahirkan aku. Jadi, aku selalu ingin membantu wanita yang hendak melahirkan, termasuk istriku sendiri nantinya.""Aku? Aku tidak akan bisa memberimu keturunan, Mas." &nb
"Bagaimana bisa kau menikah resmi dengan Liliana? Aku tidak setuju, jika kalian menikah resmi," protes Nadine siang itu. Ia baru saja kembali dari apartemen setelah puas memadu asmara dengan Dirga."Mama dan Papa yang mau mereka menikah dengan resmi. Ingat, bayi yang ada dalam kandungan Liliana akan menjadi anak David. Jadi, mereka harus menikah dengan sah sehingga secara hukum akan resmi dan sah. Kau tidak bisa protes, ingat ini semua kan idemu," ujar Kinasih kesal. Nadine terdiam, ia benar-benar bodoh sehingga lupa jika yang ia manfaatkan adalah anak dalam kandungan Liliana."Lalu, apa dia akan tinggal di sini?" tanya Nadine cemas."Tentu saja, dia akan menjadi menantuku juga. Ini rumah David, jadi istri David tentu akan tinggal di sini," jawab Kinasih lagi."Aku juga akan mencari sekretaris baru, Liliana sudah aku larang untuk bekerja. Aku tidak mau nantinya akan ada omongan tidak
_28 TAHUN KEMUDIAN_ "Nggak punya mata?! Nggak liat ada manusia sebesar ini? Matanya di mana?" hardik Alexandra kesal. Hancur sudah penampilannya hari ini, padahal ia sudah berdandan sejak jam lima pagi. Hari ini wawancara kerjanya. Tapi, penampilannya rusak karena tersiram segelas kopi hitam. "Kau yang tidak punya mata, kalau mau melamun ya jangan sambil jalan. Melamun dulu, baru jalan, atau seharusnya tadi ketika kau bangun tidur ya habiskan lamunanmu dulu!" bentak pemuda yang baru saja Alexandra hardik. Pemuda itu sebenarnya sangat tampan, dengan tinggi sekitar 180 CM ia tampak begitu gagah. Matanya yang coklat, dengan alis tegas dan tebal, hidung mancung dan bibir yang begitu sensual untuk seorang pria. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau terpesona denganku, kan?" ujar pemuda itu sambil tersenyum nakal. Demi Tuhaaan, senyumnya membuat Alexandra terpukau, terlebih senyum p
Pagi itu jenazah Kadita dibawa pulang dari rumah sakiit dan langsung dimandikan untuk segera dimakamkan. Kinasih, Nadila dan Nadine turun tangan untuk memandikan jenazah Kadita."Mami masih tidak percaya nenekmu meninggal secepat ini. Padahal kondisinya sudah membaik bahkan sudah sembuh dari stroke yang dideritanya," kata Nadila pada Nadine."Tidak ada yang tau takdir Tuhan, Mami," ujar Nadine. Setelah dimandikan dan diberi kain kafan, jenazah pun langsung disalatkan dan langsung dibawa ke pemakaman. Arnold dan Sanjaya bahkan ikut membawa keranda dan juga masuk ke dalam lubang kubur untuk memakamkan jenazah Kadita. Sanjaya dan Arnold menatap tanah merah di hadapan mereka. Ayu, perawat Kadita pun tampak sangat terpukul dengan kepergian Kadita yang begitu mendadak. Sementara pelayat yang lain sudah pulang, keduanya masih berada di makam Kadita."Ibumu sudah tenang di sana," kata Arnold sambil
Liliana menatap Nadine, "Mbak, tapi ...."Dirga yang mengerti maksud Liliana tersenyum."Nadine memang mengalami anovulasi, Li. Tapi, bukan berarti tidak dapat disembuhkan. Saat ini kami sedang berobat supaya Nadine bisa hamil dan kami memiliki anak," jelas Dirga.Liliana hanya mengangguk-angguk, ia memang pernah membaca dari sebuah artikel tentang anovulasi. Dan memang bisa sembuh dengan cara terapi. Tak lama acara pun dimulai dengan doa- doa setelah itu barulah diteruskan dengan acara yang lainnya. Tampak Liliana dan David begitu bahagia. Tapi, tiba-tiba saja saat acara hampir selesai Kadita yang sedang duduk dan bicara dengan Kinasih memegangi dadanya dan jatuh pingsan. Sanjaya dan Arnold yang duduk tak jauh dari Kadita langsung menggendongnya dan membawa ke rumah sakit."Cinta sejati tidak akan pernah mati,meskipun orang yang kita cintai sudah tid
Arini benar-benar menepati perkataannya. Rumah Liliana mendadak ramai, dua kamar tamu terisi dan setiap hari ada saja yang membuat Liliana tertawa geli. Arini dan Kinasih dengan semangat membagi tugas. Arini merawat Liliana dengan jamu-jamu tradisional buatannya dan juga tak lupa mengoleskan obat buatannya ke perut Liliana. Setiap pagi, Arini akan membuatkan kunyit asam sirih untuk Liliana minum setiap hari. Selain itu untuk mengembalikan bentuk tubuh Liliana seperti semula, Arini membuat jamu dengan bahan-bahan yang terdiri dari 7 gram daun papaya, daun jinten, 10 gram kayu rapet, 10 gram daun sendok, 7 gram daun iler, 7 gram daun sambilonto dan 7 gram asam Jawa. Semua bahan-bahan ini ia tumbuk halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga mendidih. Dan, Liliana mau tidak mau meminumnya sambil memejamkan mata. Ia sama sekali tidak bisa menolak, karena Arini akan menunggunya hingga m
Pagi itu Liliana terbangun dan ia merasa perutnya terasa sedikit sakit. Baru saja ia akan melaksanakan ibadah salat subuh, tapi rasa sakit di perutnya makin terasa. Perlahan, ia membangunkan David."Mas, perutku sakit ..." keluh Liliana. David langsung membuka matanya dan menatap istrinya yang meringis kesakitan. Ia bertambah panik saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Liliana."Ya Allah, kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu, aku panaskan mobil sebentar." David langsung mengganti pakaiannya, dan ia berlari keluar kamar. Tuti yang melihat David panik langsung menghampiri."Ada apa, Pak?" tanyanya."Ibu mau lahiran. Cepat bawakan tas yang sudah di siapkan." Kinasih yang kebetulan baru bangun pun ikut panik dan segera membangunkan seisi rumah. Untung saja seminggu sebelumnya Kinasih berinsiatif untu
"Kau suka kamar baru kita?" tanya David."Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman. Oya, Mas rumah lama kita kau jual?" tanya Liliana."Iya, saat ini masih dalam proses perbaikan. Jendela yang pecah dan kunci semua diganti. Kemarin, kata Mushi ada yang berminat tapi, dia mau supaya semua direnovasi terlebih dahulu.""Terimakasih, Mas. Kau sangat memikirkan aku. Kau tau bahwa aku mungkin akan sedikit merasa trauma di rumah itu. Dan, kau berinisiatif untuk membawaku pindah rumah. Terimakasih ya, Mas.""Sama-sama, sayang."“Tapi, perusahaanmu baru bangkit kembali. Itu pun uang dari Opa, kan? Apa tidak boros ... kau membeli rumah baru ini?” tanya Liliana. David menggelengkan kepalanya perlahan.“Rumah ini aku beli dari uang yang selama ini aku simpan ditambah uang dari papa. Papa dan Opa yang menyuruh untuk pindah. Tidak mengapa, sayang ... toh rumah lam
Sudah tiga hari Liliana dan David tinggal di hotel. Dan, pagi itu David dengan wajah ceria membawa kabar gembira untuk Liliana"Apa kita bisa segera cek out dari sini, Mas?" tanya Liliana."Hmm, besok ya sayang. Kejutanku besok baru siap. Jadi, ya kau bersabar saja sampai besok." Liliana hanya mengerutkan dahinya. Ia mulai curiga melihat gelagat David. Ia yakin, suaminya pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang sama sekali tidak ia duga sebelumnya."Mas, beritahu aku kau sedang mempersiapkan apa? Kenapa aku tidak boleh pulang dulu sekarang?" tanya Liliana sambil duduk di atas pangkuan suaminya itu."Kau penasaran?""Ya jelas, Mas. Ayolah, kau ini jahat sekali. Selama beberapa hari ini, kau bahkan menyita ponsel milikku. Tidak boleh bicara dengan siapapun. Bahkan, aku tidak kau izinkan untuk sekedar berenang. Ayolah, Mas," rayu Liliana. David hanya terta
Selama dua hari Liliana tidak sadarkan diri, selama itu pula David menemani sang istri. Saat tersadar, Liliana menatap suaminya itu dengan perasaan haru sekaligus geli melihat lelaki gagah dan tampan yang ia cintai itu menangis."Kau ini lucu, Mas. Aku baik-baik saja. Sini, lebih baik kau menciumiku seperti tadi," jawab Liliana dengan suara lirih sambil menahan nyeri di punggungnya."Sakit, Sayang?""Pundakku nyeri, Mas.""Tentu saja, kau ini terkena peluru. Lain kali, jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi," ucap David lirih."Lalu, apa aku harus diam saja melihat suamiku hampir celaka? Kalau kau mengatakan bahwa kau mencintaiku dan tidak mau aku celaka, aku juga mencintaimu, Mas. Dan, aku tidak mau suami ... ayah dari anakku celaka. Jadi, tolong jangan pernah lalai untuk menjaga dirimu sendiri." David terharu mendengar jawaban sang istri. David tidak pernah mengira bahwa Liliana
Dor! Leo melepaskan tembakan, peluru nya menyerempet kaki Liliana sehingga wanita itu merosot turun dan membuat Aryo kesulitan hingga akhirnya ia melepaskan Liliana dan mengeluarkan senjata api miliknya juga dan mengarahkan pada David yang lengah. Melihat suaminya dalam bahaya, Liliana tak mengindahkan rasa nyeri pada kakinya, dengan sekuat tenaga ia bangkit dan menghambur ke dalam pelukan David. Namun, sebuah peluru yang sudah terlanjur di lepaskan menembus ke punggung Liliana. Melihat itu, KOMPOL Leo melepaskan kembali tembakan untuk melumpuhkan Aryo dan Yudi. Sementara David yang melihat darah dari punggung Liliana meraung dan memeluk sang istri. Sanjaya segera berlari dan menghampiri David dan Liliana."Kita bawa istrimu ke rumah sakit, biar Bang Leo yang mengurus sisanya. Ayo, kau bawa ke mobilky, cepaaat Dave!!!" seru Sanjaya. David pun menurut dan segera menggendong Liliana ke dalam mob