Share

Part 99–Nasihat Alia

Penulis: Airi Mitsukuni
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-13 16:12:00

"Mbak enggak usah bohong padaku. Mbak rindu, kan? Enggak ada salahnya coba temui dia, Mbak. Siapa tahu ternyata memang hanya terjadi kesalahpahaman di antara kalian."

"Enggak mungkin, Al. Aku tahu jelas Mas William itu seperti apa. Dia akan melakukan apa pun untuk Alex. Sudah pasti pada akhirnya Mas William akan setuju untuk rujuk dengan mantan istrinya itu." Aku menengadahkan wajah. Mengerjap-ngerjapkan mata cepat agar air mata ini tak kembali luruh membasahi pipi.

"Semua masih fifty-fifty 'kan, Mbak? Bisa jadi itu hanya kesimpulan Mbak sendiri. Mungkin saja suami Mbak selama tiga bulan ini sedih dan kelimpungan mencari Mbak Lusi."

"Enggak tahu, Al. Tapi sepertinya enggak," jawabku pelan seraya memainkan jemari Hafsha hingga dia tersenyum lucu.

"Coba saja temui dulu. Enggak ada yang enggak mungkin 'kan selama Allah berkehendak? Apa enggak akan menyesal atau sedih kalau ternyata terjadi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Wahyu Wijayati
lanjuttt thor
goodnovel comment avatar
Yuliana
senengnya penasaran am kisah William ya...
goodnovel comment avatar
Lulu Lulu
jangan happy ending dlu Thor ...bikin bahagia dlu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 100–Pulang

    "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Masuk, Al, Bu, Pak," jawabku ketika melihat ketiganya berdiri di ambang pintu. "Baru mbak rencana mau ke rumah kamu sekalian pamit pada Ibu dan Bapak.""Iya, Mbak. Habisnya Ibu ini enggak sabaran sekali mau bertemu Hafsha. Katanya takut nanti enggak bisa lihat lagi.""Boleh ibu gendong dulu Hafsha sebentar, Nak?"Aku tersenyum dan mengangguk.Ibunya Alia bergegas mendekati Hafsha yang sudah rapi, lalu menggendong sambil mengusap-usap kepalanya."Nenek akan rindu berat, nih, ditinggal kamu," ucap ibunya Alia, lalu mencium pucuk kepala Hafsha."Iya, Bu. Bapak juga pasti rindu sekali nanti." Ayahnya Alia ikut mendekat dan ikut mencium pucuk kepalanya."Kalau kalian sudah sampai, jangan lupa langsung kabari, ya. Jangan buat kami khawatir!""Insyaallah." Aku mengangguk."Tenang, Bu. Kan, ada aku. Nanti pasti kukabari terus. Jangan khawatir," timpal Alia."Iya. Kamu harus gantian gendong Hafsha kalau Nak Lusi capek.""Beres, Bu. Enggak dikasih tahu juga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 101–Kembali Sakit Hati

    Usai sarapan, kami pun langsung pergi menuju rumahku. Jantung berdetak cepat tak karuan. Kaki dan tangan bahkan tak berhenti bergerak-gerak sambil menggigit sudut bibir."Rileks, Mbak. Tarik napas dan dzikir. Insyaallah semuanya akan baik-baik saja." Alia menyentuh pundakku."Mbak deg-degan, Al," lirihku seraya memegangi dada yang berdebar kencang.Alia hanya tersenyum, lalu mengusap pipi Hafsha yang sedang memainkan khimarku.Sepanjang perjalanan dari hotel ke rumah, tak henti-hentinya dzikir kulantunkan di dalam hati. Meskipun, itu tidak berhasil mengurangi kegugupan dan ketakutan akan apa yang terjadi nanti.Sanggupkah aku menerima kenyataan jika benar Mas William sudah berpaling dan ternyata telah menikah siri dengan Indira?Aku menggeleng cepat demi mengusir pikiran negatif. Berusaha berpikir

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 102–Kedatangan Indira ke Hotel

    "Ayo, Bu, masuk!" ajak Bi surti setelah mengembalikan Hafsha pada Alia.Aku menggeleng. "Aku akan kembali ke tempat tinggalku yang baru, Bi. Tempat kami sudah bukan di sini lagi. Biarkan Mas William bahagia dengan kehidupan barunya," terangku, lalu melambai pada taksi yang lewat."Tapi, Bu ....""Enggak apa-apa, Bi. Aku sudah ikhlas. Mungkin sudah jalan hidup kami harus seperti ini.""Ibu ....""Ini ...." Aku merogoh amplop putih dan meletakkannya di telapak tangan Bi Surti. "Anggap ini sebagai tanda terima kasih atas kebaikan Bibi selama ini. Aku bersyukur bisa mengenal Bibi. Bibi jaga diri baik-baik, ya. Jaga kesehatan dan titip rumah dulu." Kupeluk sekilas Bi Surti yang terisak pelan. "Ayo, Al!"🍁🍁🍁"Bu ... tunggu, Bu. Ibu harus bertemu dengan Bapak dulu." Bi Surti mengejar kami yang bersiap naik taksi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-14
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 103–Fakta yang Terungkap

    Tak henti-hentinya aku terisak di mobil walau Alia sudah berusaha menenangkan. Rasa sesal dan bersalah ini begitu menyiksa. Akibat keegoisan dan nafsu yang didahulukan, aku sampai tak bisa melihat kebenaran. Tak bisa berpikir jernih dan mencoba mencari tahu semuanya dulu. Kini, menyesal pun rasanya percuma. Semua sudah terjadi.Entah Mas William akan memaafkanku atau tidak. Aku pun tidak berharap banyak karena kesalahan ini memang besar. Andai waktu bisa diputar ulang. Sayang, itu hal mustahil. Nasi telah jadi bubur. Fokusku sekarang berusaha mendapatkan maaf dan ridanya walau kemungkinannya kecil."Ayo, Lus," ajak Indira ketika kami sudah sampai di kediaman Papa dan Mama.Kutarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Menghapus jejak air mata sebelum akhirnya turun menyusul Indira dan Alia. Baru saja kami maju beberapa langkah, Mama dan Papa sudah lebih dulu keluar.Langkahku terhenti seketika dan berdiri tertegun dengan mata berkaca-kaca. Merasa malu dan bersalah atas apa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 104–Ampuni Aku

    Sebulan yang lalu, ternyata Mas William mengalami kecelakaan hebat ketika sedang mencariku dengan menggunakan sepeda motor. Motor dan tubuhnya sama-sama ikut terseret truk beberapa meter. Dia mengalami pendarahan hebat di kepala yang membuatnya sempat koma dua hari. Tak hanya itu, Mas William juga mengalami patah tulang di bagian pergelangan kaki dan cedera tulang bagian belakang.Dokter mengatakan kedua kakinya bisa kembali berfungsi normal selama Mas William mau sabar mengikuti terapi, tapi dia menolak. Lebih memilih diam tak berdaya di kursi roda walau semua orang telah membujuknya. Bahkan, obat yang seharusnya diminum pun sering kali ketahuan malah dibuang.Mas William benar-benar tak mempedulikan kesehatannya sendiri. Kepergianku telah mengubahnya menjadi pria yang dingin. Dia tak pernah mau diajak bicara walau oleh Alex sekalipun. Kesehariannya hanya merenung di balkon kamar dan halaman belakang.Seminggu lagi Mas William tidak akan ada di sini. Setelah kepergianku dan kecelakaa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 105–Keputusan William

    "Jangan katakan itu, Mas. Jangan ....""Kenapa? Bukankah kamu juga melakukan hal yang sama? Kamu pergi seenaknya tanpa memikirkan perasaanku. Sekarang, gantian aku yang akan pergi jauh. Gantian aku yang akan meninggalkanmu sendirian.""Enggak, Mas. Enggak. Jangan pergi ...." Aku menggeleng cepat."Kenapa jangan? Ini harus kulakukan supaya kamu tahu bagaimana menderitanya aku selama ini. Supaya kamu tahu bagaimana rasanya ditinggal orang yang kita cintai tanpa kepastian. Sakit, Lusi, sakit!" Mas William memukul-mukul dadanya sendiri."Kamu sudah membuat setengah jiwaku mati. Kamu membuatku setiap hari hidup dalam kubangan penyesalan dan keputusasaan. Aku rasanya hampir gila, Lusi. Hampir gila! Setiap hari aku enggak bisa tidur tenang karena memikirkan keselamatanmu. Memikirkan bayi kita! Di mana perasaanmu, huh?""Ampun, Mas. Tolong ... jangan pergi, Mas. Jangan tinggalkan aku.""Bangun, Lusi. Bangun!" Kedua tangan Mas William berusaha menarikku yang bersimpuh di kedua kakinya ."Engga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 106–Sebutan 'mama'

    "Semuanya sudah selesai. Ayo kita pulang, Al!""Mbak." Alia menahan pergelangan tanganku yang hendak masuk ke dalam. "Coba bicarakan kembali."Aku tersenyum seraya melepaskan perlahan cekalannya. "Keputusan Mas William sudah bulat, Al. Dalam pandangan agama, ucapannya sudah jatuh talak. Mungkin ini hukuman karena dosaku yang telah meninggalkannya selama ini.""Mbak ...." Tetesan air mata Alia semakin deras dengan tatapan sendunya."Jangan nangis. Mbak enggak apa-apa. Mbak ikhlas. Ayo." Kuraih pergelangan tangan Alia, lalu menuntunnya yang masih terisak agar mengikutiku ke dalam.Papa, Mama dan Indira yang sedang menjaga Hafsha serempak menoleh. Sempat Mama meminta agar kami menginap di sini sebelum beliau tahu yang sebenarnya. Akan tetapi, aku menolak dan menceritakan bahwa hubunganku dan Mas William telah berakhir.Mama menangis sambil memelukku erat. Tak henti-hentinya mengatakan dirinya menyesal karena telah ikut andil dalam perpisahan kami ini. Bahkan, ini pertama kalinya aku meli

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 107–Kembali ke Rumah

    Kami tak lagi pulang ke hotel, tapi ke rumahku. Bi Surti menyambut dengan senang hati bahkan dengan semangat membuatkan pisang goreng kremes kesukaanku."Tehnya, Bu, Mbak." Bi Surti meletakkan sepiring pisang goreng dan dua gelas teh manis hangat."Terima kasih," ucapku dan Alia bersamaan."Sama-sama, Bu. Dede bayinya biar saya tidurkan di kamar, Bu."Aku menggeleng. "Biar aku saja, Bi. Sekalian mau rebahan sebentar.""Mau disiapkan apa untuk makan siang, Bu?""Terserah Bibi saja. Apa pun akan saya makan asal enggak beracun.""Ibu bisa saja."Aku tertawa kecil, lalu menoleh pada Alia. Menyadari dia menatap dalam diam, tawa ini berganti dengan senyum. Terlihat sekali dia mengkhawatirkanku."Mbak mau istirahat ke kamar, Al. Kamu juga istirahat. Bisa pakai kamar yang mana saja terserah kamu.""Aku temani Mbak dulu, ya." Dia ikut berdiri."Enggak usah, Al. Mbak juga mau tidur dulu sebentar. Capek.""Mbak ...." Alia menatap sendu padaku."Mbak enggak apa-apa. Jangan khawatir." Aku menyentu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16

Bab terbaru

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 129–Forever and Ever

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Niat awal memang ingin melahirkan secara normal lagi, tapi ternyata tidak memungkinkan. Kali ini, dokter menyarankan agar menjalani operasi caesar demi keselamatanku dan bayinya. Akhir-akhir ini, tekanan darahku sering tidak stabil dan cenderung tinggi. Sampai Mas William dan orangtuanya panik sendiri takut terjadi apa-apa padaku.Aku pun tak bisa keras kepala. Jika memang melahirkan secara caesar adalah jalan terbaik, maka akan kulakukan.Tanggal sudah ditentukan dan kini semua persiapan sudah selesai. Jujur, aku sangat gugup karena ini pertama kalinya akan menjalani operasi. Bahkan kedua tanganku sampai gemetar, tapi Mas William dan orangtuanya selalu ada untuk menguatkan dan menenangkan."Dengar." Mas William menangkup lembut kedua pipiku. "Ada mas di sini. Enggak akan terjadi apa pun padamu atau bayi kita. Ok? Kamu harus rileks. Jangan sampai tensi kamu naik terus. Hm?"Aku mengangguk dan mencoba mengatur pernapasan."Berdoa, ya, Nak." Mama mengusap

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 128–Menjauhlah dari Kami

    Semua file bukti kebohongan Claudia sudah kusiapkan dengan baik. Ini juga berkat bantuan Mas Firman —asisten pribadi Mas William— yang diam-diam bantu menyelidiki. Memang aku sengaja tak memberitahu Mas William soal rencana ini. Saat itu, dia sedang banyak pikiran dan sibuk mengurus bisnis. Sampai-sampai dengan mudahnya memberikan uang tanpa berpikir dulu.Maka dari itu, biarlah kuman kecil seperti Claudia kutangani sendiri. Suami istri memang harus saling bahu membahu termasuk dalam membasmi bibit-bibit penyakit dalam pernikahan."Permisi, Bu."Aku menoleh pada Bi Yatmi yang berdiri di depan pintu yang memang terbuka lebar. Kuletakkan lipstik, lalu berdiri dan berjalan menghampirinya."Ya, Bi.""Tamunya sudah datang, Bu."Aku tersenyum. "Persilakan masuk dan sajikan minum.""Baik, Bu." Bi Yatmi mengangguk paham, lalu kembali ke lantai bawah.Aku berjalan ke kamar Hafsha untuk memanggil Mas William yang sedang bermain bersamanya. Hafsha sempat merengek minta ikut, tapi berhasil kubuju

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 127–Panas?

    Selama makan di restoran, hanya aku dan Mas Williamlah yang berbincang. Claudia bak makhluk tak kasat mata yang tidak diakui kehadirannya. Dia menyantap makan siang dengan wajah masam sambil sesekali melirik pada kami yang duduk di hadapannya."Enak?"Aku mengangguk dan tersenyum. "Coba, deh, Mas."Mas William membuka mulut menerima suapan dariku, lalu tersenyum."Enak, kan?" Aku terkekeh kecil."Iya. Kamu mau coba punya mas enggak?""Mau, dong."Kini giliran aku yang tersenyum menerima suapan darinya beberapa kali. Setelah menghabiskan menu utama, kini aku tengah menikmati es krim strawberry. Sementara, Mas William sedang menikmati minuman sodanya sambil memandangiku."Ada es krim nempel." Mas William mengusap sudut bibirku dengan ibu jari. "Manis," imbuhnya setelah menjilat ibu jari sendiri.Aku tertawa kecil. "Manis, dong, Mas. Namanya juga es krim.""Iya. Semanis yang lagi makan esnya." Mas William mencubit gemas hidungku."Eh? Mau ke mana, Claudia?" tanyaku saat melihatnya beranj

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 126–Kerikil Kecil

    "Kamu meragukanku?" Mas William menatapku dengan dahi berkerut. Aku tersenyum, lalu mendekat padanya yang berdiri di dekat meja rias. "Aku percaya padamu, Mas. Sangat percaya," kataku sembari membantu membukakan kancing kemeja. "Terus, kenapa malah menyetujui permintaan Claudia? Kamu sungguh ingin mas menikahinya?" Tersirat ada kekecewaan dari sorot matanya yang membidikku. Kutangkup kedua pipinya lembut seraya menatap lekat. "Apa aku terlihat tipe wanita yang rela berbagi, hm? Mas William menyentak napas kasar, lalu menyentuh satu tanganku di pipinya. "Mas takut kamu terhasut ucapan Claudia, Sayang. Mas enggak mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya." Aku tersenyum. "Itu enggak akan terjadi. Enggak akan kubiarkan batu kerikil menghancurkan pernikahan kita." "Terus untuk apa kamu minta dia datang lusa nanti?" "Mas percaya padaku?" Dia mengangguk. "Kalau begitu, ikuti saja semua arahan dan perintahku tadi. Cukup ikuti sandiwara yang sudah kubuat ini. Ok, Suamiku?" Mas

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 125–Sebuah Rencana

    "Temani Hafsha dulu, ya. Mama mau temui tamunya," pintaku pada Alex yang dijawabnya dengan anggukan.Aku berjalan keluar kamar Hafsha bersama Bi Yatmi untuk menemui tamu yang datang. Seorang wanita yang memakai kemeja putih dipadukan blazer abu tengah duduk di ruang keluarga. Dia menoleh dan terlihat mengubah posisi duduk saat menyadari kehadiranku."Tolong buatkan minum, ya, Bi.""Baik, Bu." Bi Yatmi mengangguk dan pergi ke dapur.Wanita ini tersenyum canggung dan hendak berdiri, tapi aku kembali mempersilakannya duduk. Namanya Claudia —sekretaris Mas William yang sudah dipecat."Silakan diminum," ucapku padanya ketika Bi Yatmi menyajikan minuman di meja."Terima kasih." Dia meneguk minumannya sedikit.Dari gelagat yang terlihat gelisah saja, aku sudah tahu maksud kedatangan dia apa. Bahkan, aku sudah bersiap dengan apa yang akan dikatakannya sekarang."Pak Williamnya ada?" Dia mulai membuka percakapan."Enggak usah basa-basi. Kamu pasti sudah tahu suamiku itu sibuk. Kamu datang ke s

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 124–Peresmian

    "Hati-hati!" ucapku setelah Alex mencium punggung tanganku dan Mas William.Alex mengangguk, lalu naik ke mobil. Sesekali dia memang diantar sopir, tapi tak jarang juga diantar Mas William."Jangan lupa kabarin mama atau Papa kalau ada sesuatu, ya," pesanku sebelum mobilnya melaju keluar halaman.Alex mengangkat satu jempol dan melambaikan tangan pada Hafsha yang tersenyum ceria pada kakaknya."Mas enggak ke kantor?" tanyaku saat kami tengah berjalan masuk lagi."Enggak. Kan, hari ini ada peresmian usaha baru, Sayang. Restoran. Lupa, ya?""Oh, iya. Maaf, Mas. Lupa.""Dasar." Dia tersenyum seraya mencubit gemas pipiku yang lebih berisi ini."Jam berapa Mas berangkat?""Jam sepuluh. Nanti kamu dan Hafsha ikut, ya?" ujarnya setelah kami duduk di sofa ruang keluarga."Boleh?""Ya jelas boleh, dong, Sayang. Malah kamu wajib hadir." Mas William merangkul dan mengusap-usap lenganku."Aku boleh ikut juga, Pah?" tanya Hafsha yang duduk di pangkuannya."Uhm– boleh ikut enggak, ya?" Mas William

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 123

    Setelah hampir enam bulan mengalami gejala stroke ringan, sekarang aku sudah sembuh total dan bisa beraktivitas dengan normal lagi. Hanya saja, dokter menyarankan untuk tetap menjaga pola hidup agar gejala stroke tak kembali menyerang. Termasuk mencegah terjadinya tensi yang tinggi baik itu oleh pola makan maupun pikiran.Selama aku sakit, Mas William benar-benar seperti malaikat tak bersayap. Dia selalu ada di sisiku. Menjadi kaki dan tangan yang belum bisa berfungsi normal. Dia selalu membantuku dengan menyuguhkan senyum manisnya. Bahkan, dia tidak pernah pergi ke kantor. Semua urusan pekerjaan diserahkan pada asisten pribadi kecuali memang harus menghadiri meeting penting.Tak terasa, sekarang kami sudah menjalani pernikahan lagi selama setahun setengah lebih lamanya. Tak ada masalah yang berarti. Saling terbuka dan jujur membuat kami tak pernah salah paham lagi.Hubunganku dengan Indira pun lebih baik. Dia juga bisa lebih menghargaiku dan menjaga sikap. Dia hanya akan datang sesek

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   122–Home Sweet Home

    Mataku terbuka perlahan ketika merasakan usapan lembut di pipi. Mas William tersenyum dengan Hafsha yang tertidur di pangkuannya."Sudah sampai, Mas?"Mas William mengangguk. "Ayo turun."Mama dan Papa mendekat ke mobil kami. Mengambil alih menggendong Hafsha karena Mas William harus membantuku turun."Enggak mau, Mas. Enggak usah digendong," tolakku saat hendak dibopongnya."Kenapa?""Aku mau jalan saja. Kan, dokter juga menyarankan kalau aku harus sering latihan.""Iya memang. Tapi ini sudah larut malam. Kamu capek.""Aku masih kuat, Mas."Mas William menghela napas pelan, lalu merangkulku."Ya sudah ayo. Tapi pelan-pelan." Mas William mulai memapahku menyusul Mama Papa yang sudah masuk lebih dulu."Permisi, Pak." Pak Agung–salah satu sopir pribadi keluarganya menghampiri kami yang sudah sampai di pintu. "Barang-barangnya mau disimpan di mana?""Oh, letakkan di ruang keluarga dulu saja. Biar besok saya yang rapikan.""Baik, Pak." Pak Agung mengangguk, lalu kembali ke mobil."Mamaa!"

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   121–Lembaran Baru

    Selama bukan melakukan kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan atau tidak menafkahi dengan sengaja, cobalah untuk bertahan. Masalah kecil masih bisa dibicarakan dan dicari solusinya sama-sama.Hubungan yang rusak tak melulu harus diganti baru. Diperbaiki bukan diakhiri, dibicarakan bukan ditinggalkan. Itulah dewasa.Pernikahan merupakan ibadah terpanjang dalam hidup. Butuh kesabaran dan kerjasama pasangan. Mempertahankan pernikahan itu tak bisa dilakukan seorang diri. Pria dan wanita disatukan dalam ikatan janji suci bukan untuk saling menuntut kesempurnaan, melainkan untuk saling melengkapi dan menutupi kekurangan.Janganlah menuntut pasangan untuk sempurna tanpa celah, tapi sempurnakanlah diri kita untuk menutupi kekurangannya. Aku pun menyesal sudah berpisah dari Mas William.Namun, saat itu aku tidak berdaya karena Mas Williamlah yang memegang kendali sebagai suami. Kami berdua sadar telah sama-sama salah dan berdosa. Ego dan kemarahan sesaat telah membuat pernikahan kami han

DMCA.com Protection Status