Share

Part 107–Kembali ke Rumah

last update Last Updated: 2022-07-16 15:28:19

Kami tak lagi pulang ke hotel, tapi ke rumahku. Bi Surti menyambut dengan senang hati bahkan dengan semangat membuatkan pisang goreng kremes kesukaanku.

"Tehnya, Bu, Mbak." Bi Surti meletakkan sepiring pisang goreng dan dua gelas teh manis hangat.

"Terima kasih," ucapku dan Alia bersamaan.

"Sama-sama, Bu. Dede bayinya biar saya tidurkan di kamar, Bu."

Aku menggeleng. "Biar aku saja, Bi. Sekalian mau rebahan sebentar."

"Mau disiapkan apa untuk makan siang, Bu?"

"Terserah Bibi saja. Apa pun akan saya makan asal enggak beracun."

"Ibu bisa saja."

Aku tertawa kecil, lalu menoleh pada Alia. Menyadari dia menatap dalam diam, tawa ini berganti dengan senyum. Terlihat sekali dia mengkhawatirkanku.

"Mbak mau istirahat ke kamar, Al. Kamu juga istirahat. Bisa pakai kamar yang mana saja terserah kamu."

"Aku temani Mbak dulu, ya." Dia ikut berdiri.

"Enggak usah, Al. Mbak juga mau tidur dulu sebentar. Capek."

"Mbak ...." Alia menatap sendu padaku.

"Mbak enggak apa-apa. Jangan khawatir." Aku menyentu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Elsa Sirta
up lagi thor
goodnovel comment avatar
Wahyu Wijayati
la njuttt thour
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 108–Masih Berharap

    Tangan terulur mengambil kemeja kesukaan Mas William. Kemeja yang sengaja kupilihkan untuknya dulu. Hati ini berdesir perih ketika tangan mengusap kemeja biru ini perlahan. Separuh hati masih ingin mempertahankan pernikahan kami, tapi separuh lagi sudah menyerah.“Mbak ….”Secepatnya aku berpaling membelakangi pintu dan mengusap pipi yang basah. Air mata ini tak bisa diajak kompromi. Seikhlas apa pun aku dengan keputusan yang diambil Mas William, tapi tetap saja sedih dan rasa sakit ini tak bisa kutampik.“Ya, Al.” Aku berbalik menghadapnya lagi dan tersenyum.“Mas Firman mau pamit pulang.”Aku mengangguk, lalu berjalan keluar kamar untuk menemui Mas Firman yang sudah selesai membereskan semua barang Mas William ke dalam beberapa koper.“Mas ….” Aku menyodorkan kemeja kesukaan Mas William yang tertinggal. “Ini tadi belum dimasukkan.”“Oh, iya.” Dia menerima kemeja tersebut dan langsung menyimpannya ke dalam koper. “Kalau begitu saya pamit. Pak William sudah menunggu saya di rumahnya.”

    Last Updated : 2022-07-17
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 109–Sia-sia

    Harapan untuk kembali rujuk bersamanya memang ada, tapi sepertinya sia-sia. Aku hanya menanti sesuatu yang tak mungkin terjadi. Tak ada sinyal menuju ke sana.Dua hari ini sengaja kugunakan untuk mendekatinya. Dengan menekan rasa malu, aku selalu datang ke sana. Membiarkan Hafsha mengenal sang papa dan mencoba mengajaknya bicara walau Mas William tak pernah merespon. Mama dan Papa pun beberapa kali datang ke sini untuk menemui sang cucu, tapi keduanya tak bercerita apa pun tentang perkembangan Mas William.Memang kisah cinta kami harus berakhir sampai di sini. Percuma aku berharap dan berjuang kalau nahkodanya sendiri sudah menyerah."Semua sudah dibereskan, Al?" tanyaku pada Alia yang sedang mengemas oleh-oleh untuk orangtuanya."Sudah, Mbak. Apa ada yang mau dibeli lagi untuk di sana?"Aku menggeleng. "Mbak sudah pesan tiket online dari dua hari yang lalu. Sore ini kita berangkat.""Mbak ... yakin enggak mau mengulur waktu? Siapa tahu suami mbak—""Ssstt," potongku seraya menempelka

    Last Updated : 2022-07-18
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 110–Berusaha Tegar

    Semua barang sudah dimasukkan ke dalam taksi. Bi surti ikut mengantar ke stasiun walau aku sudah sempat melarang. Terus menitikkan air mata walau aku sudah memintanya agar tenang. Bi Surti tahu betul bagaimana sulitnya aku menghadapi kelakuan Alex dan berusaha mempertahankan rumah tangga dari orang ketiga.Namun, pada akhirnya semua perjuangan itu sia-sia. Aku sudah kalah. Kalah karena komunikasi di antara aku dan Mas William cukup buruk. Hingga menimbulkan banyak kesalahpahaman dan berakhir dengan perpisahan."Bibi sehat-sehat, ya. Jangan lupa vitaminnya diminum."Bi Surti mengangguk sambil menyeka air mata dengan ujung lengan baju."Ibu dan Non Hafsha juga harus sehat-sehat di sana. Bibi ingin Ibu tersenyum bahagia seperti dulu.""Insyaallah, Bi. Terima kasih atas semuanya, ya. Bibi sangat baik padaku selama ini. Nanti Bibi baru pulang kampung kalau rumahnya sudah laku disewa saja, ya. Enggak apa-apa 'kan, Bi?""Enggak apa-apa, Bu. Saya malah ikut senang bisa merawat rumahnya."Aku

    Last Updated : 2022-07-18
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 111–Secret Admirer

    Tak terasa waktu setahun lebih telah berlalu. Statusku telah menjadi janda untuk yang kedua kalinya. Tak jarang cibiran dari tetangga kuterima, tapi aku tidak mau ambil pusing. Mereka hanya bisa menilai dari luar tanpa tahu masalahnya apa.Wanita mana yang mau menjanda? Semua juga pasti menginginkan pernikahan yang bahagia dan utuh. Namun jika takdir berkata lain, kita bisa apa?Aku masih sering komunikasi dengan orangtuanya Mas William dan Alex. Mereka sering melakukan panggilan video agar bisa melepaskan rindu pada cucu perempuannya. Sementara, Mas William sendiri tak pernah melakukan itu sekali pun.Kami lost kontak. Padahal, bisa saja dia menghubungi kalau memang mau. Entah dia sungguh menyayangi putri kami atau tidak. Apa dia tak merindukan Hafsha?Orangtuanya pun tak pernah bercerita tentang Mas William. Pun aku memilih tak ingin bertanya apa pun. Aku lelah harus selalu merendahkan diri.Sudah mencoba beberapa kali menghubungi nomornya yang kudapat dari Mama, tapi selalu ditolak

    Last Updated : 2022-07-19
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 112–Julid

    Sudah cukup lama kami menghabiskan waktu di taman ini, tapi Hafsha masih terlihat senang bermain dan enggan pulang. Aku yang tengah duduk memangkunya di ayunan ini menoleh ketika Alia mencolek lengan."Kenapa, Al?""Mbak merasa diperhatikan orang enggak?""Maksudnya?"Alia menunjuk ke sisi kiriku dengan dagu dan isyarat mata. "Dari tadi cowok yang di sana lihatin kita terus."Aku ikut melihat ke arah yang dimaksud, dan menemukan pria yang sempat bersenggolan tadi tengah duduk di bangku yang tepat menghadap ke sini."Hanya perasaanmu saja, Al. Memang bangkunya saja yang menghadap kita.""Tapi aku beberapa kali mergokin dia lihat ke sini terus, lho.""Tadi, sih, mbak enggak sengaja nyenggol dia sampai hapenya jatuh. Apa jangan-jangan ... hape dia rusak dan marah?"Alia mengedikkan bahu."Kamu tunggu di sini. Biar mbak pastikan dulu. Enggak enak kalau hapenya benar rusak," kataku, lalu berjalan menghampirinya sembari menggendong Hafsha.Pria yang tak menampakkan rambut dan wajah ini foku

    Last Updated : 2022-07-20
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 113–Sosok Dibalik Masker

    Orang yang ingin menjalin kerjasama dengan usaha baksoku sudah menghubungi Alia lagi. Sudah membuat janji untuk bertemu siang ini di sebuah kafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari sini. Alia tadinya akan ikut, tapi batal karena harus mengantar ayahnya yang sakit ke klinik. Sementara, Hafhsa kutitipkan sebentar pada ibunya."Maaf, ya, Mbak. Aku harusnya ikut dan temani ke sana, tapi gimana.""Enggak apa-apa, Al. Santai saja. Yang penting ayah kamu dibawa berobat dulu. Apa kata dokter?""Belum diperiksa, Mbak. Masih nunggu antrian. Lumayan ramai ini pasiennya.""Oh, ya sudah. Kabari mbak kalau ada apa-apa, ya.""Iya," sahutnya sebelum panggilan telepon kami kuputus.Motor melaju dengan kecepatan sedang sampai akhirnya tiba di parkiran kafe. Pengunjungnya tak begitu ramai. Aku masuk dan mengambil meja di dekat kaca jendela.Sekian menit menunggu, akhirnya seorang pria yang cukup muda datang menghampiri meja."Dengan Mbak Lusi?"Aku mengangguk. "Andi?""Iya. Ini saya.""Silakan duduk."

    Last Updated : 2022-07-20
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 114–Kenapa Baru Sekarang?

    Dada berdebar begitu saja melihat siapa yang ada di hadapanku sekarang. Aku hanya bisa mematung dalam kebisuan. Setelah sekian lama tak pernah bertemu ataupun komunikasi, tiba-tiba dia hadir tanpa pernah diduga.Aku tak bisa menampik perasaan bahagia dan haru yang menyelimuti hati. Namun, semua itu terhempas kembali ketika teringat dirinya yang tak menunjukkan i'tikad baik untuk menjalin komunikasi. Meskipun, hanya sekadar untuk bertanya tentang putri bungsunya."Apa kabar?" Pertanyaan Mas William kembali menyadarkanku dari kebekuan ini.Aku mencoba mengendalikan diri dan perasaan ini. Berusaha amemasang raut wajah tenang kembali walau tangan sedikit gemetar."Aku ... baik juga, Mas. Alhamdulillah," jawabku seraya meremas kuat gamis di pangkuan."Syukurlah." Dia tersenyum. Senyum manis yang dulu selalu membuatku terbuai dan tergila-gila.Aku memalingkan wajah ke sembarang arah. Lama tak bertemu membuatku merasa canggung sekaligus gugup."Aku—""Maaf, Mas. Aku ... izin ke toilet sebent

    Last Updated : 2022-07-21
  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 115–Masih Cinta

    "Aku ...." Mas William menjeda ucapan. Tatapan sendunya membidik tepat pada kedua mata ini. "Aku malu. Sangat malu padamu.""Malu?" Dahiku mengernyit.Mas William membuang muka seraya mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu menatapku lagi."Aku merasa enggak pantas menjadi papanya. Sudah terlalu banyak kesalahan yang kulakukan padamu, Lusi. Bukan hanya membiarkanmu berjuang sendirian melahirkan putri kita, tapi juga sering menorehkan luka. Aku gagal, aku payah. Aku enggak becus menjadi suami dan papa yang bertanggung jawab," tuturnya dengan mata berkaca-kaca."Bukannya karena Mas marah dan benci padaku?" Kuremas kembali gamis di pangkuan demi menahan diri agar tak meneteskan air mata."Marah? Tentu. Saat itu aku sangat marah padamu. Aku kecewa, hatiku sakit. Tapi semua itu enggak seberapa dibandingkan rasa maluku. Aku merasa menjadi laki-laki paling tidak berguna di dunia. Apalagi dengan kondisi lumpuh dan enggak berdaya. Untuk mengurus diri sendiri saja kesulitan, apalagi mengurus kalian?

    Last Updated : 2022-07-21

Latest chapter

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 129–Forever and Ever

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Niat awal memang ingin melahirkan secara normal lagi, tapi ternyata tidak memungkinkan. Kali ini, dokter menyarankan agar menjalani operasi caesar demi keselamatanku dan bayinya. Akhir-akhir ini, tekanan darahku sering tidak stabil dan cenderung tinggi. Sampai Mas William dan orangtuanya panik sendiri takut terjadi apa-apa padaku.Aku pun tak bisa keras kepala. Jika memang melahirkan secara caesar adalah jalan terbaik, maka akan kulakukan.Tanggal sudah ditentukan dan kini semua persiapan sudah selesai. Jujur, aku sangat gugup karena ini pertama kalinya akan menjalani operasi. Bahkan kedua tanganku sampai gemetar, tapi Mas William dan orangtuanya selalu ada untuk menguatkan dan menenangkan."Dengar." Mas William menangkup lembut kedua pipiku. "Ada mas di sini. Enggak akan terjadi apa pun padamu atau bayi kita. Ok? Kamu harus rileks. Jangan sampai tensi kamu naik terus. Hm?"Aku mengangguk dan mencoba mengatur pernapasan."Berdoa, ya, Nak." Mama mengusap

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 128–Menjauhlah dari Kami

    Semua file bukti kebohongan Claudia sudah kusiapkan dengan baik. Ini juga berkat bantuan Mas Firman —asisten pribadi Mas William— yang diam-diam bantu menyelidiki. Memang aku sengaja tak memberitahu Mas William soal rencana ini. Saat itu, dia sedang banyak pikiran dan sibuk mengurus bisnis. Sampai-sampai dengan mudahnya memberikan uang tanpa berpikir dulu.Maka dari itu, biarlah kuman kecil seperti Claudia kutangani sendiri. Suami istri memang harus saling bahu membahu termasuk dalam membasmi bibit-bibit penyakit dalam pernikahan."Permisi, Bu."Aku menoleh pada Bi Yatmi yang berdiri di depan pintu yang memang terbuka lebar. Kuletakkan lipstik, lalu berdiri dan berjalan menghampirinya."Ya, Bi.""Tamunya sudah datang, Bu."Aku tersenyum. "Persilakan masuk dan sajikan minum.""Baik, Bu." Bi Yatmi mengangguk paham, lalu kembali ke lantai bawah.Aku berjalan ke kamar Hafsha untuk memanggil Mas William yang sedang bermain bersamanya. Hafsha sempat merengek minta ikut, tapi berhasil kubuju

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 127–Panas?

    Selama makan di restoran, hanya aku dan Mas Williamlah yang berbincang. Claudia bak makhluk tak kasat mata yang tidak diakui kehadirannya. Dia menyantap makan siang dengan wajah masam sambil sesekali melirik pada kami yang duduk di hadapannya."Enak?"Aku mengangguk dan tersenyum. "Coba, deh, Mas."Mas William membuka mulut menerima suapan dariku, lalu tersenyum."Enak, kan?" Aku terkekeh kecil."Iya. Kamu mau coba punya mas enggak?""Mau, dong."Kini giliran aku yang tersenyum menerima suapan darinya beberapa kali. Setelah menghabiskan menu utama, kini aku tengah menikmati es krim strawberry. Sementara, Mas William sedang menikmati minuman sodanya sambil memandangiku."Ada es krim nempel." Mas William mengusap sudut bibirku dengan ibu jari. "Manis," imbuhnya setelah menjilat ibu jari sendiri.Aku tertawa kecil. "Manis, dong, Mas. Namanya juga es krim.""Iya. Semanis yang lagi makan esnya." Mas William mencubit gemas hidungku."Eh? Mau ke mana, Claudia?" tanyaku saat melihatnya beranj

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 126–Kerikil Kecil

    "Kamu meragukanku?" Mas William menatapku dengan dahi berkerut. Aku tersenyum, lalu mendekat padanya yang berdiri di dekat meja rias. "Aku percaya padamu, Mas. Sangat percaya," kataku sembari membantu membukakan kancing kemeja. "Terus, kenapa malah menyetujui permintaan Claudia? Kamu sungguh ingin mas menikahinya?" Tersirat ada kekecewaan dari sorot matanya yang membidikku. Kutangkup kedua pipinya lembut seraya menatap lekat. "Apa aku terlihat tipe wanita yang rela berbagi, hm? Mas William menyentak napas kasar, lalu menyentuh satu tanganku di pipinya. "Mas takut kamu terhasut ucapan Claudia, Sayang. Mas enggak mau kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya." Aku tersenyum. "Itu enggak akan terjadi. Enggak akan kubiarkan batu kerikil menghancurkan pernikahan kita." "Terus untuk apa kamu minta dia datang lusa nanti?" "Mas percaya padaku?" Dia mengangguk. "Kalau begitu, ikuti saja semua arahan dan perintahku tadi. Cukup ikuti sandiwara yang sudah kubuat ini. Ok, Suamiku?" Mas

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 125–Sebuah Rencana

    "Temani Hafsha dulu, ya. Mama mau temui tamunya," pintaku pada Alex yang dijawabnya dengan anggukan.Aku berjalan keluar kamar Hafsha bersama Bi Yatmi untuk menemui tamu yang datang. Seorang wanita yang memakai kemeja putih dipadukan blazer abu tengah duduk di ruang keluarga. Dia menoleh dan terlihat mengubah posisi duduk saat menyadari kehadiranku."Tolong buatkan minum, ya, Bi.""Baik, Bu." Bi Yatmi mengangguk dan pergi ke dapur.Wanita ini tersenyum canggung dan hendak berdiri, tapi aku kembali mempersilakannya duduk. Namanya Claudia —sekretaris Mas William yang sudah dipecat."Silakan diminum," ucapku padanya ketika Bi Yatmi menyajikan minuman di meja."Terima kasih." Dia meneguk minumannya sedikit.Dari gelagat yang terlihat gelisah saja, aku sudah tahu maksud kedatangan dia apa. Bahkan, aku sudah bersiap dengan apa yang akan dikatakannya sekarang."Pak Williamnya ada?" Dia mulai membuka percakapan."Enggak usah basa-basi. Kamu pasti sudah tahu suamiku itu sibuk. Kamu datang ke s

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 124–Peresmian

    "Hati-hati!" ucapku setelah Alex mencium punggung tanganku dan Mas William.Alex mengangguk, lalu naik ke mobil. Sesekali dia memang diantar sopir, tapi tak jarang juga diantar Mas William."Jangan lupa kabarin mama atau Papa kalau ada sesuatu, ya," pesanku sebelum mobilnya melaju keluar halaman.Alex mengangkat satu jempol dan melambaikan tangan pada Hafsha yang tersenyum ceria pada kakaknya."Mas enggak ke kantor?" tanyaku saat kami tengah berjalan masuk lagi."Enggak. Kan, hari ini ada peresmian usaha baru, Sayang. Restoran. Lupa, ya?""Oh, iya. Maaf, Mas. Lupa.""Dasar." Dia tersenyum seraya mencubit gemas pipiku yang lebih berisi ini."Jam berapa Mas berangkat?""Jam sepuluh. Nanti kamu dan Hafsha ikut, ya?" ujarnya setelah kami duduk di sofa ruang keluarga."Boleh?""Ya jelas boleh, dong, Sayang. Malah kamu wajib hadir." Mas William merangkul dan mengusap-usap lenganku."Aku boleh ikut juga, Pah?" tanya Hafsha yang duduk di pangkuannya."Uhm– boleh ikut enggak, ya?" Mas William

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   Part 123

    Setelah hampir enam bulan mengalami gejala stroke ringan, sekarang aku sudah sembuh total dan bisa beraktivitas dengan normal lagi. Hanya saja, dokter menyarankan untuk tetap menjaga pola hidup agar gejala stroke tak kembali menyerang. Termasuk mencegah terjadinya tensi yang tinggi baik itu oleh pola makan maupun pikiran.Selama aku sakit, Mas William benar-benar seperti malaikat tak bersayap. Dia selalu ada di sisiku. Menjadi kaki dan tangan yang belum bisa berfungsi normal. Dia selalu membantuku dengan menyuguhkan senyum manisnya. Bahkan, dia tidak pernah pergi ke kantor. Semua urusan pekerjaan diserahkan pada asisten pribadi kecuali memang harus menghadiri meeting penting.Tak terasa, sekarang kami sudah menjalani pernikahan lagi selama setahun setengah lebih lamanya. Tak ada masalah yang berarti. Saling terbuka dan jujur membuat kami tak pernah salah paham lagi.Hubunganku dengan Indira pun lebih baik. Dia juga bisa lebih menghargaiku dan menjaga sikap. Dia hanya akan datang sesek

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   122–Home Sweet Home

    Mataku terbuka perlahan ketika merasakan usapan lembut di pipi. Mas William tersenyum dengan Hafsha yang tertidur di pangkuannya."Sudah sampai, Mas?"Mas William mengangguk. "Ayo turun."Mama dan Papa mendekat ke mobil kami. Mengambil alih menggendong Hafsha karena Mas William harus membantuku turun."Enggak mau, Mas. Enggak usah digendong," tolakku saat hendak dibopongnya."Kenapa?""Aku mau jalan saja. Kan, dokter juga menyarankan kalau aku harus sering latihan.""Iya memang. Tapi ini sudah larut malam. Kamu capek.""Aku masih kuat, Mas."Mas William menghela napas pelan, lalu merangkulku."Ya sudah ayo. Tapi pelan-pelan." Mas William mulai memapahku menyusul Mama Papa yang sudah masuk lebih dulu."Permisi, Pak." Pak Agung–salah satu sopir pribadi keluarganya menghampiri kami yang sudah sampai di pintu. "Barang-barangnya mau disimpan di mana?""Oh, letakkan di ruang keluarga dulu saja. Biar besok saya yang rapikan.""Baik, Pak." Pak Agung mengangguk, lalu kembali ke mobil."Mamaa!"

  • KETIKA SUAMIKU MEMBAWA PULANG ISTRI BARU   121–Lembaran Baru

    Selama bukan melakukan kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan atau tidak menafkahi dengan sengaja, cobalah untuk bertahan. Masalah kecil masih bisa dibicarakan dan dicari solusinya sama-sama.Hubungan yang rusak tak melulu harus diganti baru. Diperbaiki bukan diakhiri, dibicarakan bukan ditinggalkan. Itulah dewasa.Pernikahan merupakan ibadah terpanjang dalam hidup. Butuh kesabaran dan kerjasama pasangan. Mempertahankan pernikahan itu tak bisa dilakukan seorang diri. Pria dan wanita disatukan dalam ikatan janji suci bukan untuk saling menuntut kesempurnaan, melainkan untuk saling melengkapi dan menutupi kekurangan.Janganlah menuntut pasangan untuk sempurna tanpa celah, tapi sempurnakanlah diri kita untuk menutupi kekurangannya. Aku pun menyesal sudah berpisah dari Mas William.Namun, saat itu aku tidak berdaya karena Mas Williamlah yang memegang kendali sebagai suami. Kami berdua sadar telah sama-sama salah dan berdosa. Ego dan kemarahan sesaat telah membuat pernikahan kami han

DMCA.com Protection Status