Share

90

Author: Cahyo Sumarsongko
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ini juga anak gadisku," ungkap seorang ibu yang lain, "Empat belas tahun. Lebih muda dan lebih cantik. Juga pintar memasak dan memeras susu sapi."

"Ha ha ha, kalian ini!" tegur sang paman dan istrinya geli.

Kami pun menanggapi pesta dadakan itu. Kian banyak warga yang memperkenalkan anak-anak gadisnya padaku.

"Kenapa kalian membawa semua anak kalian kemari?!" tanya sang paman.

"Biar saja," jawab salah satu di antara mereka, "tidak bisa jadi istri Kong Kea, jadi istri menantunya juga tak mengapa!"

"Yah, apalagi bersanding bersama Chantrea dan Chanthou!" imbuh yang lain.

"Ha ha ha!" gelak paman dan yang lain.

"Kau kian hari kian populer saja Kris!" bisik Tirtasari dengan bahasa negeri, "Bisa mengalahkan Kong Kea. Pilih tuh cewek-cewek mana yang mau kau ambil. Mumpung di sini! Ha ha!"

"Kerjaan dulu, urusan kawin belakangan," jawabku tersenyum.

Kuperiksa peralatan kami. Baterai lumayan cukup terisi.

Kuperiksa lokasi orang yang kami buntuti. Orang itu terpantau bera
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KERIS MAN   91

    "Tidak, turun!" bentak salah seorang dari mereka. Kulihat seorang pemuda barangkali seumuran dengan Chantrea dan Chanthou. Aku pun turun dengan waspada dan menanyai maksud mereka, "Ada apa ini? Apa mau kalian?" Chantrea, Chanthou dan Tirtasari turut turun dan waspada. Si kembar menggenggam dua pedang mengimbangi para pencegat yang membawa tongkat, tombak dan sebagian pedang. "Jadi, ini suami baru kalian?!" tanya sang pencegat menyeringai, "Lumayan!" Lelaki muda itu memperhatikanku dengan seksama. Memandangi dari atas ke bawah seperti seorang pemangsa menaksir mangsanya. "Kami dengar pernikahan kalian!" cerocosnya berkeliling mengintimidasi, "Semalam! Tanpa mengundang warga desa kami!" Lelaki lain bersama para pencegat pun turut mengawasi dan memperhatikanku dengan pandangan mencibir dan meremehkan. "Tapi apa dia bisa mengalahkan kalian?!" bentak sang lelaki pada Chantrea dan Chanthou, "Itu syarat untuk menjadi suami kalian bukan?!" "Bukan urusanmu," jawab Chantrea, "pe

  • KERIS MAN   92

    Kami lanjutkan perjalanan seusai mengatasi para pencegat itu. Kami kendarai sedan tua pemberian paman istri-istriku ini menuju ke kota yang lebih besar. "Astaga, ternyata masih ada juga rebutan wanita dengan cara ini di sini," keluh Tirtasari. "Yah, cara-cara lama masih bertahan di sini!" dukungku. "Beginilah cara hidup nenek moyang kami yang masih bertahan sampai sekarang," sahut Chantrea. "Tak heran kalian berlatih bela diri sedemikian rupa!" puji Tirtasari pada si kembar, "Tapi bagaimana dengan mereka yang tidak bisa bela diri?! Apa semua wanita harus belajar bela diri di sini?" "Mereka harus selalu dijaga oleh ayah, suami, saudara lelaki dan warga desa lainnya," jawab Chantrea, "Tapi kami memilih untuk bisa melintas diri sendiri!" "Kalian hebat, cocok jadi anak Kong Kea!" puji Tirtasari lagi. Perjalanan masih melewati persawahan, desa-desa dan kadang hutan-hutan kecil. Kami harus ekstra waspada. Berjaga-jaga jika muncul pencegat lagi. Baik warga lokal yang berebuta

  • KERIS MAN   93

    Kami terus menyelinap ke halaman dan melihat kondisi mansion. Suasana sepi dan beberapa taman rimbun memudahkan kami untuk menyusup. Tak banyak penjaga di halaman samping ini. Kami kitari rumah yang cukup besar berlantai dua itu. Terlihat suasana tak terlalu ramai. Barangkali hanya ada beberapa orang di dalam. Jendela coba kami intip. Sepi. Sebagian terhalang oleh tirai-tirai besar. Saat kami melangkah ke sisi depan, beberapa orang melihat kami. Mereka bersiaga mendekati kami. Chantrea dan Chanthou bersiap di kanan dan kiriku. Sementara Tirtasari bersiaga di belakang. "Kita ketahuan?" tanyanya. Empat orang penjaga berwajah garang dan menyeramkan terus mendekati kami. "Halo," sapaku berusaha menghindari kecurigaan, "Apakah kalian punya kamar mandi? Kami sangat butuh kamar mandi segera." Mereka tak menghiraukan sapaanku dan maju menyerang. Kami hadapi satu-persatu dari mereka. Para penjaga itu cukup kuat dan memiliki keterampilan yang dibutuhkan. Tapi masih bukan tandinga

  • KERIS MAN   94

    "Anggota kriminal yang membuat onar dimana-mana," jawabku. Mereka tersenyum kecil sambil menikmati hisapan rokok. "Rupanya kalian membuat percobaan pada manusia untuk menjadikannya kuat," lanjutku. "Pak," balas salah seorang, "Kami bukan kelompok kriminal. Kami ingin memberantas pemerintahan yang tak beres ini." "Oh ya?" "Korupsi, nepotisme, menipu rakyat, mencurangi pemilu," lanjutnya, "Rakyat kecil sudah lama menderita akibat ulah mereka." "Di negeri kalian ini atau dimana?" balasku. "Hampir dimana saja! Tak kau lihatkah penderitaan ada dimana-mana?! Bahkan di negeri-negeri Eropa yang maju. Semakin maju, semakin banyak hutang mereka. Semakin sulit kehidupan mereka!" "Lalu kenapa kalian merampok dan menbuat onar dimana-mana? Menculik orang untuk bahan percobaan dan dijadikan mesin pembunuh?!" "Yah, itu hanya salah satu jalan." "Bahkan membunuh para superhero?!" "Hmmh," jawabnya menghisap rokok cukup dalam dan menghembuskan asapnya, "Kami bisa mengatasi militer,

  • KERIS MAN   95

    Satu lagi maju berganti menyerangku. Ia nampak marah melihat temannya tersungkur. Serangannya pun cepat dan membabi-buta seperti sebelumnya. Kutangkis dan kuhalau berbagai pukulan dan tendangan. Kubalas dengan serangan siku sesuai gaya pertarungan yang diajarkan Chantrea. Tendangan ke perut kuluncurkan dan membuatnya terhempas ke belakang. Ia maju lagi dan kembali menyerang. Kupotong serangannya dan kuhajar kepalanya dengan pukulan dan tendangan. Tubuhnya terlempar dan berguling ke belakang. Pergulatan terus berlanjut. Mereka berdua kembali menyerangku. Begitu juga yang lain dengan lawan masing-masing. Chantrea, Chanthou dan Tirtasari berjibaku menghadapi para musuh. Karena kekuatan dan perlawanan kami, para musuh pun kian terdesak. Mereka terhempas dan tersungkur ke berbagai arah. Terdesak terus oleh kekuatan kami, mereka kian geram dan ternyata mampu mengeluarkan energi super. Kekuatan energi mirip gajah. Salah satu lawanku mengeluarkan energi itu. Berhasil kuhind

  • KERIS MAN   96

    Chantrea dan Chanthou nampak terkagum melihat pemandangan dari atas pesawat. Seperti anak-anak kecil yang mendapati sesuatu yang baru. Istri-istri manis itu. "Baru pertama kali naik pesawat?" tanya Tirtasari. "Yah!" jawab keduanya. "Jadi begini rasanya bidadari terbang?" gumam Chanthou tak henti-hentinya memandangi keluar jendela. "Barangkali," jawab Tirtasari, "Aku juga penasaran bagaimana terbang sampai ke khayangan." "Kami sering meminta ibu untuk membawa terbang sampai ke khayangan," ungkap Chanthou seperti anak kecil bercerita. "Terus?" tanya Tirtasari. "Ibu bilang, suatu saat nanti kami akan ke sana!" jawab Chanthou. "Yah," balas Tirtasari tersenyum. Pasangan suami istri yang duduk di kursi sebelah mendengar percakapan kami. Mereka cukup berumur dan nampaknya para pengusaha. Mereka pun cukup kebingungan mendengar perihal terbang ke khayangan. Dahi mereka mengernyit. Mungkin mereka pikir kami gila. "Maaf, kalian harus meninggalkan tanah kelahiran kalian," ungk

  • KERIS MAN   97

    Seusai Dina membebaskan kami dari keruwetan birokrasi pemerintah, mobil perusahaan menjemput dan mengantar kami ke kantor. Sesampainya di sana, orang-orang pun heboh. "Bagaimana liburan kalian?" tanya High Quality Man dan yang lain. "Luar biasa!" jawab Tirtasari tersenyum menghela. "Siapa mereka?" tanya Elistrik melihat Chantrea dan Chanthou. "Mereka istri-istriku," jawabku, "Perkenalkan, Chantrea dan Chanthou, dari Kamboja!" "Apa?!" pekik mereka kaget. "Istri?!" tanya Elistrik, "Kamboja?!" "Kau sebenarnya pergi ke Myanmar atau Kamboja?!" tanya High Quality Man. "Mereka berdua istrimu semua?!" tanya Buaya Budiman. "Yah, mereka berdua istriku," jawabku, "Juga Tirtasari. Kami menikah bersama di Kamboja!" "Apa?!" "Sial, aku kalah buaya darimu, Kris!" ledek Buaya Budiman. Mereka pun lalu saling berkenalan. Terutama Elistrik yang nampak senang dan segera akrab dengan Chantrea dan Chanthou. "Kalian cantik sekali," puji Elistrik mengagumi kedua istriku, "Mirip bidad

  • KERIS MAN   98

    Kami pun keluar dari ruangan bos. Chantrea dan Chanthou tengah mengobrol hangat dengan teman-teman. High Quality Man, Buaya Budiman dan Elistrik menyambut kami dan bertanya-tanya. Tentu mereka telah diberitahu oleh Dina. "Benarkah itu?" tanya Elistrik. "Mereka mengincar kami?" imbuh Buaya Budiman, "Bos menyuruh kami offline dulu!" "Yah," jawabku menghela nafas. "Ini dokumen yang kami temukan saat mengikuti orang Kerbau Merah," terang Tirtasari menunjukkan laptop di meja, "Banyak superhero menjadi sasaran. Dan kalian bertiga yang pertama-tama." "Kenapa kami?" tanya Buaya Budiman. "Entahlah," jawab Tirtasari. "Barangkali kalian superhero paling terkenal," imbuhku, "Terutama kau, High Quality Man!" "Nampaknya kita perlu waspada," jawab High Quality Man agak tenang, "Tapi tak perlu takut juga! Kita hadapi bersama. Ini tugas kita bukan?" "Tugas kita hanya menerima pesanan online bukan?!" ledek Buaya Budiman pada kebijakan konyol pemerintah ini, "Kita hajar siapa saja ya

Latest chapter

  • KERIS MAN   112

    "Belum," jawab para pegawai, "Kami coba lacak dari beberapa kamera cctv yang dapat kita akses! Tapi butuh waktu lama!" "Teruskan!" perintah Dina. "Kami menemukan sesuatu," ungkap salah seorang petugas IT yang memeriksa laptop, "Lihat!" Kami bergegas menuju ke meja pegawai ahli IT yang memeriksa laptop. Terlihat progam di layar laptop seperti yang kami dapati kemarin. Hanya saja sekarang tertulis; Elistrik, Buaya Budiman, Manusia Elang serta para superhero perusahaan yang lain "Nama mereka dicentang," ungkap Tirtasari, "Mungkin menunjukkan korban yang berhasil mereka culik!" "Astaga!" kesah Dina. "Apa maksud semua ini?!* tanya High Quality Man, "Target mereka berubah?! Semula para superhero yang lain tidak ada dalam daftar!" "Entahlah," jawabku, "Apakah sebelumnya hanya mengecoh kita?! Atau memang menyesuaikan dengan apa yang ada?!" "Mereka sengaja memancing kita keluar?!" tanya High Quality Man. "Barangkali?" jawabku. "Kami dapati sesuatu," ungkap pegawai IT yang lain, "Mere

  • KERIS MAN   111

    Kalau saja Tirtasari terlambat atau kurang dalam menyemburkan air, barangkali monster itu bisa membakarku. Sebenarnya ini tindakan yang cukup nekat. Menyerap api ke dalam diri sendiri! Namun untungnya aku dapat mempercayai istriku. Barangkali ini yang dinamakan ikatan setelah pernikahan?! Sang monster perlahan terus memudar seiring hisapanku dan semburan air Tirtasari. Ia berusaha berontak dan marah. Namun tetap tak berdaya dalam jebakan kami. Dengan wajah penuh amarah, ia lalu berusaha menghujam dan menyerangku dengan ganas. Untung saja Tirtasari mampu melihatnya dan menyemburkan air padanya lebih deras sebelum mengenai diriku. Splasshh, splasshh, splasshh! Tubuh api itu kian mengecil dan akhirnya musnah ditelan air. Aku dan Tirtasari mampu bernafas lega. Masyarakat pun berteriak-teriak senang. Mereka mengelukan kami yang telah menyelamatkan mereka. Para superhero yang terkalahkan sebelumnya segera kembali ke kantor. Beberapa warga memberi mereka pakaian karena kostum

  • KERIS MAN   110

    Di sekitaran minimarket, para superhero terus berupaya melawan musuh berbadan besar dan kekar itu. Namun mereka terus kewalahan. Dihajar habis-habisan dan tersungkur lemah. "Ia akan membunuh mereka!* ungkap Buaya Budiman. Dan di area kerusuhan, para superhero kian kewalahan menghadapi para perusuh yang beringas dan bersenjatakan anaka macam. Mereka kini tersungkur hendak dikeroyok. "Kita harus membantu!" desakku. "Aku juga harus turun!" sahut Tirtasari, "Memadamkan monster api itu!" "Jangan Kris!" cegah Dina, "Tirtasari!" "Mereka bisa mati!" sahutku, "Kita tak punya pilihan lain!" "Yah, kota terancam!" imbuh Tirtasari, "Tidak ada lagi yang bisa melawan monster itu!" Dina memandang pada Bos. Dan sang manajer menghela nafas berat. "Baiklah," jawabnya, "Berhati-hatilah! Jika terdesak langsung mundur! Utamakan keselamatan kalian! Dan kalau bisa, selamatkan teman-teman di sana!" "Baik Bos!" jawabku dan Tirtasari bersamaan. "Kami ikut!" pinta Buaya Budiman dan yang lain

  • KERIS MAN   109

    Yah, orang-orang senang karena kebakaran yang melanda rumah dan lingkungan mereka mereda. Tapi mereka cukup kesal dengan bau dan entitas air sungai yang kotor dan jorok. Bahkan beberapa tumpukan sampah menimpa mereka. "Uh, siapa yang buang popok bayi ke sungai?!" keluh salah seorang warga yang tertimpa bungkusan popok bayi kotor. "Juga sampah-sampah ini?!" timpal yang lain karena terkena terpaan sampah, "Dasar! Orang-orang parah, membuang sampah di sungai!" "Kita kan juga sering begitu!" balas warga yang lain. "Ah! Iya, betul juga!" "Hei, siapa yang buang bangkai ke sungai?!" gerutu warga lain kesal karena terkena bungkusan jorok, "Bangkai apa ini?! Tikus?! Menjijikkan!" Sementara itu, superhero angin terus berusaha menyemburkan air pada sang monster. Kebakaran cukup mereda dan menyisakan titik-titik api kecil saja. Ia sekarang lebih banyak menyerang sang monster dengan semburan air sungai. Namun moster itu ternyata cukup cerdas. Ia menyeberang sungai dengan nyalanya yang mela

  • KERIS MAN   108

    Yah, monster itu menyerang helikopter yang ditumpangi paparazi. Terlihat di layar, semburan api yang mengerikan menerpa mereka. Lalu suara terbakar dan teriakan-teriakan. "Ia membakar kami!" pekik sang wartawan, "Ia membakar kita!" "Sial!" umpat Dina dan teman-teman. Terlihat dari layar lain, helikopter itu terbakar dan berputar-putar tak karuan. Sepertinya rekaman live dari seorang netizen. "Lihat itu!" teriakan orang-orang di bawah, "Awas!" Pesawat itu hendak jatuh menerpa kerumunan orang di bawah. Mereka pun panik dan berusaha menyelamatkan diri. Superhero angin segera meluncur ke bawah. Ia gunakan kekuatan angin untuk mengangkat helikopter itu ke atas dan menghindari terjatuh menimpa orang-orang. "Wuuu!" pekik orang-orang tertegun. Dengan kekuatan angin pula, sang superhero menghembuskan api di helikopter agar padam. Sang wartawan, kameraman dan pilot melompat ke bawah. Mereka pun diselamatkan dengan energi angin sang superhero. Mendarat di jalan dengan selamat.

  • KERIS MAN   107

    Dari layar terlihat beberapa perusuh nampak aneh. Tubuh mereka kecil, layaknya orang pedesaan. Menenteng berbagai senjata. Mulai dari senjata tajam hingga tongkat kayu. "Siapa kalian?!" tanya para superhero, "Sengaja membikin rusuh?! Pulanglah! Kalian tak nampak seorang demonstran!" Mereka seolah tak mau mendengar dan terus merangsek maju sambil menyiapkan senjata. Para superhero nampak waspada. "Mereka sepertinya penyusup!" ungkap beberapa polisi yang mendekat pada superhero, "Bukan bagian dari para demonstran!" "Inilah yang ditakutkan dari aksi demontrasi!" susul polisi yang lain, "Hadirnya para penyusup dan provokator?" "Mundur kalian!" bentak para polisi, "Atau kami tindak keras!" Para penyerang tak menggubris peringatan itu dan terus maju. "Biar kami hadapi!" terang para superhero bersiap. Mereka lalu saling bertarung. Para penyerang nampak ganas dan mengarahkan senjata mereka secara membabi-buta. Para superhero pun mengerahkan tenaga dan kemampuan mereka untu

  • KERIS MAN   106

    Terlihat dari video live, para superhero bantuan mulai datang. Ada dua superhero yang hendak membantu melawan monster api. Video dari para superhero bantuan pun dapat terlihat di layar. Mereka beterbangan dan meloncat-loncat dari gedung ke gedung untuk mengatasi musuh. "Bagaimana kita akan mengatasi ini?!" tanya superhero yang datang. "Entahlah, kucoba meniupnya dengan energi yang angin milikku," jawab superhero angin, "Tapi malah tambah besar!" Kebakaran pun kian melanda di sana-sini. Beberapa gedung dan bangunan terbakar. Begitu juga dengan beberapa orang yang malang. Beberapa kendaraan, baik mobil ataupun sepeda motor juga tak lepas dari kobaran api. Para pengendaranya terlihat kocar-kacir dan sebagian terbakar. "Lihat, ada yang terjebak dalam mobil!" pekik beberapa orang di bawah. Sebagian merekamnya secara live. "Ada anak-anak di dalam!" seru yang lain, "Sepertinya satu keluarga!" "Mereka akan terbakar habis!" "Superhero," panggil Dina pada para superhero yang me

  • KERIS MAN   105

    "Mohon bantuan!" pekik Manusia Elang lewat radio komunikasi. "Ada apa?!" balas Dina dari kantor. "Ada musuh yang kuat! Ia muncul dari perampokan di minimarket dan menyerangku!" "Identifikasi penyerang!" balas Dina, "Kenapa video tak muncul dari kostummu?!" "Perangkat video mungkin rusak karena perkelahian! Dia sangat kuat dan bertubuh besar! Berbaju serba hitam!" Kami saling pandang di kantor. "Kerbau Merah?!" gumam Dina padaku. "Barangkali!" jawabku. "Kami butuh bantuan!" pekik superhero lain yang menangani kebakaran. "Apa yang terjadi?!" tanya Dina. "Musuh yang kuat!" balasnya, "Berkekuatan api!" Kami kembali saling pandang dan cemas. "Ia muncul dari api kebakaran!" lanjut sang pelapor, "Sangat kuat dan besar!" "Perangkat videomu rusak?!" tanya Dina. "Entahlah! Mungkin terbakar karena panas!" "Kita harus bantu mereka!" usulku pada Dina dan yang lain. "Jangan Kris!" cegah Dina, "Kalian offline! Biar dibantu superhero lain!" "Stok superhero kita makin m

  • KERIS MAN   104

    "Semoga semua dapat kita atasi," imbuhku untuk menenangkan mereka. Kunikmati ketiga istriku dalam eksotika pemandangan kota. Chantrea dan Chanthou makin ketagihan dinikmati dalam suasana yang jauh berbeda dari pedesaannya ini. Hari berikutnya berjalan seperti sebelumnya. Kami terus waspada dan bersiaga di kantor. Hal yang cukup menjemukan bagi teman-teman yang terpaksa offline. "Jadi kapan mereka akan menyerang?!" keluh Buaya Budiman, "Nampaknya kita bosan menunggu! Apa benar mereka akan menyerang?" "Apa benar informasi yang kau dapat, Kris?!" imbuh High Quality Man. "Entahlah," jawabku, "tapi sepertinya kita harus tetap waspada!" "Jangan-jangan mereka merubah rencana?!" kesah Buaya Budiman. "Kita tak tahu apa-apa," sahut Elistrik nampak lebih santai. "Mungkin perlu kita lihat lagi laptop itu!" desak Buaya Budiman. "Kenapa?" tanya Elistrik. "Lihat saja! Barangkali ada petunjuk lain." Kami pun mengamati lagi laptop itu yang sebelumnya disimpan Tirtasari. Tak ada ya

DMCA.com Protection Status