Pesanan akhirnya datang. Seorang ibu memesan pertolongan di aplikasi. Aku mengambil pesanan itu dan segera pergi dengan sepeda motorku yang baru, Motokris! Semua orang di jalan memandangku dengan terpana. Sebagian nampak terkagum-kagum. Seperti jagoan di film yang baru saja muncul. "Yeah, Keris Man!" seru seseorang yang mengenaliku. Beberapa orang terlihat merekamku dengan kamera ponsel. Mungkin sebentar lagi muncul di Herogram atau Herostube. Aku sampai pada alamat yang dituju. Seorang ibu rumahnya kemasukan ular phyton. Kukeluarkan ular yang cukup jinak itu dan memanggil petugas keselamatan satwa. Ah, tugas semacam ini harusnya tak memerlukan superhero! Namun mau bagaimana lagi, hanya superhero yang baru memiliki aplikasi online. Petugas pemadam kebakaran, polisi dan petugas penyelemat satwa belum memilikinya. Ambulans pun belum memiliki aplikasi online! Mungkin suatu saat bisa kubikin perusahaan aplikasi penyedia ambulans. Sangat berguna untuk keadaan darurat! Banyak bukan k
Hari sudah sore, kuajak Selly pulang dari kantor. Ia masih menunggui Dara di klinik."Bagaimana harimu, Kris?" tanya Dara melihatku datang, "Banyak pesanan?""Yah, lumayan," jawabku, "Lumayan capek!""Jangan terlalu memaksakan diri!" balasnya."Yah," jawabku, "Bagaimana keadaanmu?""Baik, Kris. Sebentar lagi pulih kok. Jangan khawatir. Ajaklah Selly pulang."Aku mengajak Selly pulang dan berpamitan padanya."Kemana si Kuda dan Harimau?" tanyaku saat hendak pergi."Entahlah," jawab Dara tersenyum, "Cari kesibukan barangkali!""Jaga diri, baik-baik ya!" pamit Selly berciuman pipi dengan Dara."Jangan pikirkan aku, Sel! Temani Kris!"Kami berdua pun pulang mengendari Motokris. Kupakai mode biasa yang tak menunjukkan identitas sebagai superhero ataupun perusahaan aplikasi."Motor yang keren!" puji Selly membonceng padaku."Yah, kau suka?!" balasku."Suka!" jawabnya memelukku.Rasanya memang nyaman sepulang kerja dipeluk oleh kekasih di sepanjang perjalanan. Membuat rasa lelah berkurang.K
Pekerjaan dimulai. Pesanan datang satu per satu. Para superhero pun mengambil pesanan yang datang. Aku mendapatkan beberapa pesanan. Yang pertama melawan para penjambret. Seorang wanita dijambret saat menunggu angkot. Ponsel yang ditaruh di dalam tas turut terampas. Seseorang yang sama-sama menunggu angkot yang memanggil superhero lewat aplikasi. Dan untungnya lagi, orang itu bersama yang lain di tempat kejadian sempat memotret sepeda motor sang penjambret. Berbekal nomor telepon dan alamat email wanita yang terjambret, aku meminta kantor untuk melacak keberadaan ponselnya. Juga dari foto yang kurang begitu jelas, kuminta kantor melacak nomor kendaraan para penjambret yang berjumlah dua orang berboncengan itu. Dina bersama tim pelacak kantor segera bekerja dan terus mengabariku. Mereka bisa dengan mudah menemukan lokasi ponsel yang terjambret. Namun butuh waktu agak lama untuk melacak nomor kendaraan sang penjambret. Lokasi ponsel sudah cukup. Kulacak dari monitor Motokris yan
"Dapat kau ambil sampel cairan ludah yang tersisa, Dok?" tanya Dina yang juga berada di sana."Yah, sepertinya kami mendapatkan sedikit!" jawab si dokter, "Akan segera kami teliti!""Bagus, Dok!" puji Dina."Yah, maaf, kostum jadi rusak!" ucapku pada Dina."Tak masalah, ada kostum lagi yang lebih bagus!" jawabnya, "Masih dari template. Kostum aslimu belum jadi juga, Kris!""Yah, tak apa!" balasku."Setelah kami teliti sampel air ludah itu," lanjut Dina, "Mungkin kami bisa menambahkan fitur anti cairan itu pada kostummu. Juga kostum superhero yang lain!""Tapi siapa mereka?""Jika sudah baikan, bisa ke ruanganku untuk kutunjukkan sesuatu," pinta Dina."Kau harus hati-hati, Kris!" pesan Selly.Aku pun menuju kantor Dina seusai menjalani perawatan. Lukaku diberi obat luar dan diperban."Ayo, ikuti aku!" ajak Dina saat menjumpaiku.Kami menuju ruang kontrol superhero. Banyak terdapat pekerja yang terhubung dengan komputer dan memakai headphone. Pastinya komputer mereka terkoneksi dengan i
Yah, kondisi Dara sudah membaik dan boleh pulang. Kantorku membiayai seluruh pengobatannya. Kantor yang cukup baik hati! Bahkan kami tak perlu membayar iuran semacam asuransi atau BPJS. Selly ingin merawat superhero cantik itu. Tapi Dara tak ingin menyusahkannya. "Sungguh, Dara, aku ingin sekali merawatmu," desak Selly, "Kau masih belum pulih benar!" "Tak apa, Sel! Kamu sudah lama menjagaku, aku sangat berterimakasih!" "Lalu kemana kau akan pergi? Kemana si Harimau dan si Kuda? Mereka menghilang begitu saja!" "Yah, mereka mendapatkan tempat baru! Jangan pikirkan kami. Kami akan baik-baik saja." "Dimana tempat baru kalian? Aku akan ikut!" "Tak perlu, Sel!" "Katamu kami harus berhenti mencolok, kan?" alih Dara padaku, "Jangan khawatir! Kami akan tetap low profile!" "Yah, jangan sampai intelejen memantau kalian karena jadi superhero jalanan," jawabku. Dara hanya tersenyum. "Kau bisa ikut ke rumah baru Kris," bujuk Selly lagi, "Di sana aman, aku bisa merawatmu! Betul kan, Kris?
Mereka bertiga lalu pergi. Entah dimana sekarang mereka tinggal.Beberapa hari berikutnya, mereka muncul lagi untuk menyelamatkan orang. Beberapa murid SMA diculik oleh orang-orang misterius. Diduga hendak diperkosa dan dijerumuskan dalam prostitusi.Secara tak sengaja bertemu dengan mereka setelah menyelamatkan klien. Terdapat kerumunan orang dan kudekati mereka."Ah, Kerisman!" sambut si Kuda, "Untung kau datang! Kami menangkap para penculik gadis!""Kalian muncul lagi?" tanyaku pada mereka."Lalu siapa yang akan menolong mereka?" jawab si Harimau geram sambil menunjuk tiga murid SMA yang dipeluk Dara."Serahkanlah mereka pada polisi!" pinta Dara menunjuk lima orang penculik di samping mobil minibus mereka, "Aku akan antar pulang anak-anak ini.""Apa yang terjadi?" tanyaku.Setelah mereka menjelaskan kejadiannya, kuhubungi polisi agar datang dan menangkap para penculik itu. Makin aneh-aneh saja kejahatan sekarang ini."Polisi segera datang!" ujarku."Kalau begitu, kami pergi!" jawa
Kami pun saling berciuman melepas rindu di halaman rumahnya. Hanya sawah yang terhampar luas di depannya. Beberapa rumah tetangga terletak agak jauh."Kubuatkan masakan desa," katanya mempersiapkan makan siang, "Nasi pecel.""Hmm, sambal kacang bisa meningkatkan gairah!" jawabku memeluk, mencium pipi dan meremas dadanya."Haha, sabar! Udah nggak tahan ya ditinggal lama?! Makan dulu!"Kami pun makan siang bersama. Seperti biasa, masakan Selly sangat enak.Setelah itu, aku tertidur karena lelahnya perjalanan. Cuaca pedesaan pun kini semakin panas meski tak separah di kota. Menghantarkan kantuk dan lelah ke peraduan.Sore hari, aku ingin berjalan-jalan menikmati desa Selly. Ia pun dengan senang hati mengantarkanku berkeliling.Kami berjalan-jalan menyusuri persawahan dan desa. Aku cukup rindu dengan kampungku sendiri. Kampung-kampung di Jawa memang tak jauh berbeda suasananya.Akupun jadi ingat dengan masa laluku. Ketika keluargaku diasingkan oleh keluarga besarku sendiri.Juga saat aku
Aku tanggap dan segera berbalik sambil tersenyum. Kugenggam kedua tangannya yang beralih memijat dadaku. "Kau superhero!" katanya lembut mengusap dadaku, "Pasti bisa mengatasi semua ini!" Kurengkuh tangannya hingga tubuhnya menubrukku. Ia tersenyum kaget dan menciumi bibirku. Kulanjutkan acara malam dengan menikmati kekasihku itu. Oh, betapa malam-malamku terasa sepi tanpa wanita ini. Kunikmati tubuh indah kekasihku dalam iringan jangkrik dan katak di sawah. Hari berikutnya kami habiskan menikmati alam pedesaan lagi. Kuminta beberapa waktu di pagi hari untuk bersemedi di dalam hutan. Dulu guruku sering mengajarkan ini. Untuk menambah kekuatan spiritualitas dan sekaligus jasmani. Semenjak pindah ke kota, aku jarang melakukannya lagi. Tak ada hutan di sana. Yang ada hanya rimba raya pikuknya manusia dan peradabannya. Kucoba menemukan keheningan pagi itu di hutan. Mendengarkan suara alam, merasakan nafas alam dan sentuhan sucinya. Mencoba mencari petunjuk tentang hal-hal yang mem
"Belum," jawab para pegawai, "Kami coba lacak dari beberapa kamera cctv yang dapat kita akses! Tapi butuh waktu lama!" "Teruskan!" perintah Dina. "Kami menemukan sesuatu," ungkap salah seorang petugas IT yang memeriksa laptop, "Lihat!" Kami bergegas menuju ke meja pegawai ahli IT yang memeriksa laptop. Terlihat progam di layar laptop seperti yang kami dapati kemarin. Hanya saja sekarang tertulis; Elistrik, Buaya Budiman, Manusia Elang serta para superhero perusahaan yang lain "Nama mereka dicentang," ungkap Tirtasari, "Mungkin menunjukkan korban yang berhasil mereka culik!" "Astaga!" kesah Dina. "Apa maksud semua ini?!* tanya High Quality Man, "Target mereka berubah?! Semula para superhero yang lain tidak ada dalam daftar!" "Entahlah," jawabku, "Apakah sebelumnya hanya mengecoh kita?! Atau memang menyesuaikan dengan apa yang ada?!" "Mereka sengaja memancing kita keluar?!" tanya High Quality Man. "Barangkali?" jawabku. "Kami dapati sesuatu," ungkap pegawai IT yang lain, "Mere
Kalau saja Tirtasari terlambat atau kurang dalam menyemburkan air, barangkali monster itu bisa membakarku. Sebenarnya ini tindakan yang cukup nekat. Menyerap api ke dalam diri sendiri! Namun untungnya aku dapat mempercayai istriku. Barangkali ini yang dinamakan ikatan setelah pernikahan?! Sang monster perlahan terus memudar seiring hisapanku dan semburan air Tirtasari. Ia berusaha berontak dan marah. Namun tetap tak berdaya dalam jebakan kami. Dengan wajah penuh amarah, ia lalu berusaha menghujam dan menyerangku dengan ganas. Untung saja Tirtasari mampu melihatnya dan menyemburkan air padanya lebih deras sebelum mengenai diriku. Splasshh, splasshh, splasshh! Tubuh api itu kian mengecil dan akhirnya musnah ditelan air. Aku dan Tirtasari mampu bernafas lega. Masyarakat pun berteriak-teriak senang. Mereka mengelukan kami yang telah menyelamatkan mereka. Para superhero yang terkalahkan sebelumnya segera kembali ke kantor. Beberapa warga memberi mereka pakaian karena kostum
Di sekitaran minimarket, para superhero terus berupaya melawan musuh berbadan besar dan kekar itu. Namun mereka terus kewalahan. Dihajar habis-habisan dan tersungkur lemah. "Ia akan membunuh mereka!* ungkap Buaya Budiman. Dan di area kerusuhan, para superhero kian kewalahan menghadapi para perusuh yang beringas dan bersenjatakan anaka macam. Mereka kini tersungkur hendak dikeroyok. "Kita harus membantu!" desakku. "Aku juga harus turun!" sahut Tirtasari, "Memadamkan monster api itu!" "Jangan Kris!" cegah Dina, "Tirtasari!" "Mereka bisa mati!" sahutku, "Kita tak punya pilihan lain!" "Yah, kota terancam!" imbuh Tirtasari, "Tidak ada lagi yang bisa melawan monster itu!" Dina memandang pada Bos. Dan sang manajer menghela nafas berat. "Baiklah," jawabnya, "Berhati-hatilah! Jika terdesak langsung mundur! Utamakan keselamatan kalian! Dan kalau bisa, selamatkan teman-teman di sana!" "Baik Bos!" jawabku dan Tirtasari bersamaan. "Kami ikut!" pinta Buaya Budiman dan yang lain
Yah, orang-orang senang karena kebakaran yang melanda rumah dan lingkungan mereka mereda. Tapi mereka cukup kesal dengan bau dan entitas air sungai yang kotor dan jorok. Bahkan beberapa tumpukan sampah menimpa mereka. "Uh, siapa yang buang popok bayi ke sungai?!" keluh salah seorang warga yang tertimpa bungkusan popok bayi kotor. "Juga sampah-sampah ini?!" timpal yang lain karena terkena terpaan sampah, "Dasar! Orang-orang parah, membuang sampah di sungai!" "Kita kan juga sering begitu!" balas warga yang lain. "Ah! Iya, betul juga!" "Hei, siapa yang buang bangkai ke sungai?!" gerutu warga lain kesal karena terkena bungkusan jorok, "Bangkai apa ini?! Tikus?! Menjijikkan!" Sementara itu, superhero angin terus berusaha menyemburkan air pada sang monster. Kebakaran cukup mereda dan menyisakan titik-titik api kecil saja. Ia sekarang lebih banyak menyerang sang monster dengan semburan air sungai. Namun moster itu ternyata cukup cerdas. Ia menyeberang sungai dengan nyalanya yang mela
Yah, monster itu menyerang helikopter yang ditumpangi paparazi. Terlihat di layar, semburan api yang mengerikan menerpa mereka. Lalu suara terbakar dan teriakan-teriakan. "Ia membakar kami!" pekik sang wartawan, "Ia membakar kita!" "Sial!" umpat Dina dan teman-teman. Terlihat dari layar lain, helikopter itu terbakar dan berputar-putar tak karuan. Sepertinya rekaman live dari seorang netizen. "Lihat itu!" teriakan orang-orang di bawah, "Awas!" Pesawat itu hendak jatuh menerpa kerumunan orang di bawah. Mereka pun panik dan berusaha menyelamatkan diri. Superhero angin segera meluncur ke bawah. Ia gunakan kekuatan angin untuk mengangkat helikopter itu ke atas dan menghindari terjatuh menimpa orang-orang. "Wuuu!" pekik orang-orang tertegun. Dengan kekuatan angin pula, sang superhero menghembuskan api di helikopter agar padam. Sang wartawan, kameraman dan pilot melompat ke bawah. Mereka pun diselamatkan dengan energi angin sang superhero. Mendarat di jalan dengan selamat.
Dari layar terlihat beberapa perusuh nampak aneh. Tubuh mereka kecil, layaknya orang pedesaan. Menenteng berbagai senjata. Mulai dari senjata tajam hingga tongkat kayu. "Siapa kalian?!" tanya para superhero, "Sengaja membikin rusuh?! Pulanglah! Kalian tak nampak seorang demonstran!" Mereka seolah tak mau mendengar dan terus merangsek maju sambil menyiapkan senjata. Para superhero nampak waspada. "Mereka sepertinya penyusup!" ungkap beberapa polisi yang mendekat pada superhero, "Bukan bagian dari para demonstran!" "Inilah yang ditakutkan dari aksi demontrasi!" susul polisi yang lain, "Hadirnya para penyusup dan provokator?" "Mundur kalian!" bentak para polisi, "Atau kami tindak keras!" Para penyerang tak menggubris peringatan itu dan terus maju. "Biar kami hadapi!" terang para superhero bersiap. Mereka lalu saling bertarung. Para penyerang nampak ganas dan mengarahkan senjata mereka secara membabi-buta. Para superhero pun mengerahkan tenaga dan kemampuan mereka untu
Terlihat dari video live, para superhero bantuan mulai datang. Ada dua superhero yang hendak membantu melawan monster api. Video dari para superhero bantuan pun dapat terlihat di layar. Mereka beterbangan dan meloncat-loncat dari gedung ke gedung untuk mengatasi musuh. "Bagaimana kita akan mengatasi ini?!" tanya superhero yang datang. "Entahlah, kucoba meniupnya dengan energi yang angin milikku," jawab superhero angin, "Tapi malah tambah besar!" Kebakaran pun kian melanda di sana-sini. Beberapa gedung dan bangunan terbakar. Begitu juga dengan beberapa orang yang malang. Beberapa kendaraan, baik mobil ataupun sepeda motor juga tak lepas dari kobaran api. Para pengendaranya terlihat kocar-kacir dan sebagian terbakar. "Lihat, ada yang terjebak dalam mobil!" pekik beberapa orang di bawah. Sebagian merekamnya secara live. "Ada anak-anak di dalam!" seru yang lain, "Sepertinya satu keluarga!" "Mereka akan terbakar habis!" "Superhero," panggil Dina pada para superhero yang me
"Mohon bantuan!" pekik Manusia Elang lewat radio komunikasi. "Ada apa?!" balas Dina dari kantor. "Ada musuh yang kuat! Ia muncul dari perampokan di minimarket dan menyerangku!" "Identifikasi penyerang!" balas Dina, "Kenapa video tak muncul dari kostummu?!" "Perangkat video mungkin rusak karena perkelahian! Dia sangat kuat dan bertubuh besar! Berbaju serba hitam!" Kami saling pandang di kantor. "Kerbau Merah?!" gumam Dina padaku. "Barangkali!" jawabku. "Kami butuh bantuan!" pekik superhero lain yang menangani kebakaran. "Apa yang terjadi?!" tanya Dina. "Musuh yang kuat!" balasnya, "Berkekuatan api!" Kami kembali saling pandang dan cemas. "Ia muncul dari api kebakaran!" lanjut sang pelapor, "Sangat kuat dan besar!" "Perangkat videomu rusak?!" tanya Dina. "Entahlah! Mungkin terbakar karena panas!" "Kita harus bantu mereka!" usulku pada Dina dan yang lain. "Jangan Kris!" cegah Dina, "Kalian offline! Biar dibantu superhero lain!" "Stok superhero kita makin m
"Semoga semua dapat kita atasi," imbuhku untuk menenangkan mereka. Kunikmati ketiga istriku dalam eksotika pemandangan kota. Chantrea dan Chanthou makin ketagihan dinikmati dalam suasana yang jauh berbeda dari pedesaannya ini. Hari berikutnya berjalan seperti sebelumnya. Kami terus waspada dan bersiaga di kantor. Hal yang cukup menjemukan bagi teman-teman yang terpaksa offline. "Jadi kapan mereka akan menyerang?!" keluh Buaya Budiman, "Nampaknya kita bosan menunggu! Apa benar mereka akan menyerang?" "Apa benar informasi yang kau dapat, Kris?!" imbuh High Quality Man. "Entahlah," jawabku, "tapi sepertinya kita harus tetap waspada!" "Jangan-jangan mereka merubah rencana?!" kesah Buaya Budiman. "Kita tak tahu apa-apa," sahut Elistrik nampak lebih santai. "Mungkin perlu kita lihat lagi laptop itu!" desak Buaya Budiman. "Kenapa?" tanya Elistrik. "Lihat saja! Barangkali ada petunjuk lain." Kami pun mengamati lagi laptop itu yang sebelumnya disimpan Tirtasari. Tak ada ya