Kuhabiskan waktu dengan merenung di kasur malam itu. Ah, untung saja Dara tak apa-apa. Hanya pahanya yang tertembak. Bagaimana jika terkena bagian vital tubuhnya? Ia bisa mati. Yah, teman-temanku bisa mati semua. Dan itu demi keinginanku memburu kelompok Kerbau Merah. Ah, aku sudah mencelakakan teman-temanku. Aku tak bisa begini. Haruskah aku mengikuti saran Selly? Kembali ke desa dan hidup bertani? Meninggalkan segala tetek-bengek superhero ini. Tapi bagaimana jika kejahatan terjadi? Bagaimana jika kelompok Kerbau Merah berulah? Ah, apakah itu bukan urusanku? Sudah banyak superhero di luar sana. Tapi bagaimana dengan teman-temanku? Baik yang di perusahaan dulu, ataupun para superhero jalanan ini? Aku tak bisa membiarkan mereka dalam bahaya. Dan janjiku untuk memburu kelompok itu harus kupenuhi pula. Pada pagi harinya, teman-teman hendak menjenguk Dara. Saat akan berangkat, tiba-tiba ada telepon masuk. Nomor tak dikenal. Cukup aneh. Sebelumnya hanya teman-temanku saja yang men
"Apa?!" tanya superhero itu kaget, "Kau ingin bergabung?!""Yah," jawabku sedikit menganggukkan kepala. "Bagus, ayo kuajak menemui manajer!" ujarnya senang merangkul pundakku, "Kita akan jadi tim yang hebat, Kris!"Aku diajaknya menemui manajer yang kemarin. Seorang paruh baya dan sekertarisnya. Di dalam kantornya, kubaca beberapa lembar kontrak dan menandatanganinya. Tak banyak persyaratan yang diperlukan. "Kalian tak butuh KTP-ku?" tanyaku heran. "Kenapa kami harus butuh itu?" jawab sang sekertaris tersenyum, "Kami sudah tahu siapa kamu. Keris Man, superhero yang begitu mempesona dan terkenal." "Terkenal payah, maksudmu?" balasku. "Tidak," jawabnya mengotak-atik tablet untuk memasukkan dataku, "kau superhero hebat! Hanya perlu sedikit pembenahan!" Ia tersenyum menatapku dan membetulkan kacamatanya. "Jangan dengarkan apa kata netizen, Keris Man!" lanjutnya, "Orang kita belum siap dengan kebebasan bicara! Kami akan memperbaiki performamu!" Dan setelah ia selesai memasukkan datak
"Memangnya di sini digelar setiap hari?" tanyaku. "Yah, tiap pagi dan sore ada sesi Yoga, Tai Chi, senam, aerobik, Aikido, Karate, Pencak Silat dan lain sebagainya!" jawabnya, "Kau bisa lihat jadwalnya di aplikasi! Juga bebas menggunakan fasilitas gym sesukamu!" "Aku paling suka Yoga, Tai Chi dan fitness di gym, Kris!" sahut High Quality Man, "Akan kuhubungi kalau aku mulai olahraga!" "Oke," jawabku mengangkat bahu. "Wah, rupanya ada panggilan!" lanjut High Quality Man melihat notifikasi di ponselnya, "Aku harus pergi, Kris! Kejahatan adalah uang! Haha! Silakan lanjutkan bersama Dina!" Superhero itu pun segera melesat terbang dari jendela kantor. "Oke kini," lanjut Dina menghela nafas, "Kau harus menjalani tes kesehatan singkat!" Kujalani tes kesehatan dasar. Pemeriksaan tekanan darah, tinggi dan berat badan, reflek, serta pengambilan sampel darah, urin dan sperma?! "Kenapa harus tes sperma segala?!" protesku, "Memangnya ini tempat donor sperma?!" "Kami harus memeriksa kondisi
"Yah, lalu bagaimana dengan misimu ingin menyelediki kelompok Kerbau Merah?" tanya si Harimau, "Kita sudah bersusah-payah membantumu. Bahkan Dara pun terluka karenamu!""Karena itulah," jawabku, "aku tak ingin mencelakakan kalian lebih jauh. Bisa saja hal lebih parah dari Dara menimpa kalian. Aku tak ingin itu terjadi.""Biarlah aku sendiri yang mencari kelompok itu," lanjutku, "Dengan jadi superhero resmi, mungkin akan lebih mudah bagiku untuk mencarinya. Kumohon mengertilah. Aku tak ingin membahayakan kalian. Tak perlu lagi membantuku. Dan mari ikut bergabung jadi superhero online saja.""Kupikir kita sudah lain jalan," jawab si Harimau, "Aku tak akan mendaftar sepertimu!""Yah, aku juga!" imbuh si Kuda. "Kalau begitu, berhentilah jadi superhero jalanan. Aku tak ingin terjadi sesuatu pada kalian!" pintaku. "Bukan urusanmu!" jawab si Harimau. "Yah, baiklah," balasku mendesah, "Terimakasih telah menampung dan membantuku selama ini."Akupun pergi meninggalkan tempat itu. "Kris, tung
Setelah puas menikmati asmara, kami saling berbincang di ranjang. Kamar ini cukup nyaman dengan kasur yang empuk. Cocok untuk berbulan madu barangkali. "Kembalilah ke desa," pintaku pada Selly sambil menciumi kepalanya, "Tunggu aku di sana." "Kau akan menyusulku?" tanyanya mengelus dadaku, "Bukankah kau jadi superhero online?" "Tak akan selamanya. Hanya sebagai wadah saja, Sel. Setelah dapat kulumpuhkan kelompok Kerbau Merah itu. Aku akan menyusulmu." "Apakah kau mampu menghadapi mereka?" "High Quality Man sudah bersedia membantuku. Aku rasa kami mampu melawan mereka." "Lalu bagaimana dengan teman-teman kita? Si Harimau, Si Kuda, Dara?" Aku hanya bisa menghela nafas. "Aku akan tetap merawat Dara sampai sembuh," lanjut Selly, "Setelah itu, baru aku akan kembali ke desa." "Hmm, baiklah, itu bagus." Kuciumi lagi bibirnya. Kami masih telanjang dan kembali berpelukan. Kuraba dan kuremas lagi dadanya. Dan kami lanjutkan percintaan kami di ronde berikutnya. TIba-tiba bel berbunyi d
Yah, kulewati malam itu dengan menikmati kehangatan dan kasih sayang Selly. Aku harus memilih kendaraan untuk kunaiki. Ah, biarlah nanti atau besok pagi. Malam ini, biar kunaiki asmara dulu. Pagi harinya, aku pergi ke kantor bersama Selly. Kami langsung menuju ruang klinik tempat Dara dirawat. Si Kuda dan Si Harimau sudah berada di sana. Selly langsung mendekati Dara dan membawakan sarapan. Ia sudah menyiapkannya tadi pagi-pagi sekali. "Ah, kau selalu repot, Sel!" ucap Dara menerima makanan. "Tidak, mau kusuapi?" balas Selly. "Tak perlu, kalian tidur di mana semalam?" tanya Dara. Selly hanya terdiam menatapku. "Akhirnya kau jadi superhero di perusahaan ini, Kris?" tanya Dara tersenyum padaku. "Yah," jawabku canggung. "Tak apa, Kris!" lanjutnya, "Itu pilihanmu! Maaf jika selama ini kami merepotkanmu!" "Tidak, Dara!" jawabku, "Aku yang justru banyak merepotkan kalian! Bahkan kau terluka karenaku!" "Ah, tentu bukan karenamu, Kris! Tenanglah, superhero pasti lekas sembuh! Haha!
Manajer mempersilakan aku untuk menjawabnya. "Hmm, yah begitulah!" jawabku sedikit terbata, "Ada sedikit masalah dengan perusahaan lamaku, jadi aku bergabung kemari!" "Masalah apa itu?!" tanya yang lain. "Lebih enak mana," susul wartawan lain lagi, "Di sini atau di perusahaan lamamu?" "Hmm, aku baru di sini," jawabku, "Jadi aku belum banyak tahu! Tapi kurasa akan nyaman dan menyenangkan bekerja di sini!" "Apakah karena manajemen perusahaan lamamu yang kacau?!" tanya yang lain, "Para superhero dari perusahaan itu kini menurun performanya. Bahkan banyak yang menutup layanannya." "Oh ya?" balasku, "Aku kurang tahu itu!" "Yah, seperti Anginia, Cahayani, Gajah Man! Juga banyak superhero lain yang tak muncul di aplikasi! Apa yang terjadi?!" "Hmm, aku kurang tahu!" "Apakah karena penyerangan misterius itu?!" timpal wartawan lain, kupikir kadang mereka lebih mengerikan daripada penjahat, "Apakah perusahaan lamamu begitu lemah? Kenapa mereka diserang? Siapa yang menyerangnya?!" "Ah,
Pesanan akhirnya datang. Seorang ibu memesan pertolongan di aplikasi. Aku mengambil pesanan itu dan segera pergi dengan sepeda motorku yang baru, Motokris! Semua orang di jalan memandangku dengan terpana. Sebagian nampak terkagum-kagum. Seperti jagoan di film yang baru saja muncul. "Yeah, Keris Man!" seru seseorang yang mengenaliku. Beberapa orang terlihat merekamku dengan kamera ponsel. Mungkin sebentar lagi muncul di Herogram atau Herostube. Aku sampai pada alamat yang dituju. Seorang ibu rumahnya kemasukan ular phyton. Kukeluarkan ular yang cukup jinak itu dan memanggil petugas keselamatan satwa. Ah, tugas semacam ini harusnya tak memerlukan superhero! Namun mau bagaimana lagi, hanya superhero yang baru memiliki aplikasi online. Petugas pemadam kebakaran, polisi dan petugas penyelemat satwa belum memilikinya. Ambulans pun belum memiliki aplikasi online! Mungkin suatu saat bisa kubikin perusahaan aplikasi penyedia ambulans. Sangat berguna untuk keadaan darurat! Banyak bukan k
Kucium mesra pipi Cahayani. Begitu lembut dan hangat. Aroma tubuhnya pun segar. Sahabatku itu terdiam memejamkan mata. Seolah menikmati ciumanku. Aku lalu beralih pada Anginia. Kucium lembut bibirnya. Kueratkan dekapan untuk menikmati kehangatannya. Dua superhero cantik ini. Tak kalah cantik dengan ketiga istriku. Kuciumi bergantian pipi halus mereka. Tak ada protes ataupun keberatan. Anginia kemudian memandangi bibirku. Aku sudah hafal gairah wanita macam begini. Segera saja kukecup bibirnya. Ia pun membalasnya dengan hangat. Bibir yang begitu manis dan lembut. Sepadan dengan pesona dan keanggunannya. Kukencangkan ciuman, dan ia pun makin ganas melumat-lumat bibirku. Kenikmatan sabahat yang luar biasa! "Kau pencium yang hebat!" puji Anginia selepas ciuman sambil memandangiku dalam, "Tak heran punya tiga istri!" Aku tersenyum dan mengecupi bibirnya. Lalu beralih pada Cahayani di sisi lain. Superhero cantik itu terdiam dengan nafas memberat. Kupandangi wajahnya
Sistem informasi kantor lama ini belum secanggih kantor baruku. Untuk melacak keberadaan Gajah Man dan Jago Man pun kesulitan. "Mereka tak bisa ditemukan!" ungkap beberapa staf pegawai. "Alat pelacak kita?" tanya mantan bos "Tak terdeteksi Pak!" jawab staf yang lain. "Bagaimana bisa?!" "Entahlah Bos," "Alat komunikasi radio bagaimana?" tanya mantan bos kian resah. "Tak bisa juga!" "Coba pantau lewat media sosial dan live!" "Baik!" jawab beberapa staf pegawai yang segera memperhatikan berbagai media sosial dan siaran televisi. Kami tunggu beberapa saat. Berharap menemukan petunjuk dimana Gajah Man dan Jago Man berada. "Tak ada tanda-tanda atau liputan tentang mereka!" ungkap beberapa staf. Bos nampak kian kebingungan. "Sebaiknya kalian sementara berlindung ke kantor kami," pintaku pada Anginia dan Cahayani. "Mereka superhero-ku, Kris!" sahut mantan bos, "Biar mereka tetap dalam perlindungan kami!" "Tapi kalian tak punya sistem keamanan memadai!" balasku.
Mereka terus maju dan berusaha menyerang kami. Segera saja kami balas untuk mengalahkan mereka. Aku dan High Quality Man menghadapi empat orang. Sementara Anginia dan Cahayani menghadapi dua yang lain. Lagi-lagi musuh yang cukup kuat. Kami harus bersiaga dan waspada. Pukulan-pukulan mereka cukup kuat dan cepat. Kami tangkis dan hindari sebagian. Berusaha kami balas serangan mereka dengan pukulan-pukulan kami. Namun nampaknya tak membuat luka berarti. Pukulan-pukulan mereka memiliki kekuatan bagai kerbau. Kadang kuat seperti gajah. Sebisa mungkin kami halau atau hindari. Satu pukulan kutangkis, dan kekuatannya cukup membuatku terhempas mundur. Lawan High Quality Man pun demikian. Kekuatannya cukup besar untuk dilawan. Untung saja sahabatku itu memiliki postur yang cukup besar untuk menanganinya. Mereka juga menggunakan serudukan dan serangan-serangan lutut yang cukup merepotkan. Benar-benar mirip kerbau atau gajah. Kami sedikit kewalahan menghadapi mereka. Kukerahka
Kucumbui dan kugumuli tiga wanita menawan itu. Meredakan ketegangan dan kelelahan. Kuelus dan kuraba ketiganya penuh kasih dan hasrat. Ciuman pun mendarat di manapun gairah ini menggelora. Leher perempuan muda yang begitu menggoda untuk diciumi dan dicumbui. Lalu berlanjut ke pundak, bahu dan dada mereka. Tak tahan lagi, segera kami raih kehangatan asmara dengan ganas. Tiga istri yang menjadi sumber kebahagiaanku hingga puas. Sesuai menikmati asmara, kami pun menjalani malam untuk beristirahat. Semoga para penjahat juga beristirahat. Pagi harinya, kami jalani hari masih dalam keresahan. Masih berusaha keras menemukan teman-teman kami yang diculik. Bos memutuskan untuk melapor pada polisi. Tak lama kemudian para petugas pun datang. Dipimpin oleh seorang reserse yang terlihat cukup berpangkat. Kami paparkan segala kejadian. Termasuk memperlihatkan alat bukti rekaman kamera pengawas. "Cukup parah," gumam pemimpin aparat yang datang itu, "Baiklah, akan kami catat. Akan ka
Aku pun kembali ke kantor. Teman-teman menanyaiku. "Bagaimana Kris?' "Aku sudah bicara dengan mereka," jawabku, "Sebagian mau offline, sebagian tidak. Tapi tetap waspada." "Yah, kucek, Anginia dan Cahayani offline," balas Dina, "Sedangkan Gajah Man dan Jago Man tetap online." "Yah, begitulah," jawabku. "Jadi kita sekarang baby sitter perusahaan sebelah?" seloroh Dina. "Yah, barangkali." "Sebaiknya kalian beristirahat!" perintah Dina pada kami, "Biar kantor dibersihkan dan diamankan ulang!" "Yah," jawabku, "Kau juga, beristirahatlah Din!" "Yah," Aku masuk ke kamar bersama tiga istriku. Begitu juga High Quality Man yang kembali ke kamarnya. Aku mandi di kamar dan segera beristirahat. Tirtasari dan si kembar melayaniku. Menghilangkan makanan dan kami santap bersama. Kami menikmati hidangan nikmat itu di meja makan kamar. "Kemana mereka menculik teman-teman?!" kesah Tirtasari. "Tenang saja, kita pasti akan menemukan mereka!" jawabku. "Yah, semoga." Seusai makan,
Kuikuti Anginia mengembalikan tas yang dicopet kepada pemiliknya. Ia melesat terbang rendah. Kupacu ringan Motokris di belakangnya. Ibu itu berterima kasih banyak pada Anginia. "Terimakasih, aku habis mengambil uang di bank," ucapnya, "Ini sebagai ucapan terimakasih!" lanjutnya menyerahkan beberapa lembar uang dari tasnya kepada Anginia. "Sama-sama Bu," jawab Anginia, "Ibu yang memesan lewat aplikasi?" "Bukan! Ponselku ada di dalam tas." "Saya yang memesan lewat aplikasi," papar seorang wanita muda tak jauh dari situ. "Jangan khawatir, Bu," ungkapnya pada sang korban, "Sudah kubayar lewat aplikasi." "Ah, terimakasih!" balas sang ibu menyerahkan uang pada wanita itu, "Ini untuk gantinya!" "Ah, tidak usah Bu!" balas sang wanita, "Murah saja kok pesannya! Tidak perlu diganti!" "Kau tak mau dibayar!" balas Sang Ibu, "Superhero ini juga tak mau dibayar! Lalu aku harus bagaimana?!" "Jangan pikirkan, Bu," jawab Anginia tersenyum, "Saya sudah dapat gaji dari perusahaan! Tak
Yah, kami kembali kebingungan untuk mencari teman-teman kami. Ternyata truk itu bukan termasuk bagian dari komplotan Kerbau Merah. Sopir truk dikembalikan pada kendaraannya oleh pegawai kantor. Diberi uang kompensasi atas apa yang telah kami lakukan. "Bagaimana kita mencari teman-teman?" tanya High Quality Man. "Entahlah," jawab Dina, "Pelacakan dari laptop itu belum berhasil?" tanyaku. Kami pun kembali ke ruang kontrol dan menanyakan pada para pegawai IT, "Bagaimana?" tanya Dina, "Ada perkembangan?!" "Susah!" jawab salah satu dari mereka. "Ini memakai teknologi tinggi yang susah diretas," imbuh yang lain, "Sepertinya memakai ahli IT yang tak main-main. Sulit ditundukkan!" "Coba terus!* perintah Dina. *Hei, lihat!* ungkap salah seorang pegawai IT, "Ada sesuatu!* Kami amati layar laptop yang telah disambungkan ke sebuah layar kantor yang cukup besar. Program itu memunculkan nama-nama baru. Gajah Man, Jago Man, Anginia, Cahayani. "Astaga, mereka teman-temanku!* gum
"Belum," jawab para pegawai, "Kami coba lacak dari beberapa kamera cctv yang dapat kita akses! Tapi butuh waktu lama!" "Teruskan!" perintah Dina. "Kami menemukan sesuatu," ungkap salah seorang petugas IT yang memeriksa laptop, "Lihat!" Kami bergegas menuju ke meja pegawai ahli IT yang memeriksa laptop. Terlihat progam di layar laptop seperti yang kami dapati kemarin. Hanya saja sekarang tertulis; Elistrik, Buaya Budiman, Manusia Elang serta para superhero perusahaan yang lain "Nama mereka dicentang," ungkap Tirtasari, "Mungkin menunjukkan korban yang berhasil mereka culik!" "Astaga!" kesah Dina. "Apa maksud semua ini?!* tanya High Quality Man, "Target mereka berubah?! Semula para superhero yang lain tidak ada dalam daftar!" "Entahlah," jawabku, "Apakah sebelumnya hanya mengecoh kita?! Atau memang menyesuaikan dengan apa yang ada?!" "Mereka sengaja memancing kita keluar?!" tanya High Quality Man. "Barangkali?" jawabku. "Kami dapati sesuatu," ungkap pegawai IT yang lain, "Mere
Kalau saja Tirtasari terlambat atau kurang dalam menyemburkan air, barangkali monster itu bisa membakarku. Sebenarnya ini tindakan yang cukup nekat. Menyerap api ke dalam diri sendiri! Namun untungnya aku dapat mempercayai istriku. Barangkali ini yang dinamakan ikatan setelah pernikahan?! Sang monster perlahan terus memudar seiring hisapanku dan semburan air Tirtasari. Ia berusaha berontak dan marah. Namun tetap tak berdaya dalam jebakan kami. Dengan wajah penuh amarah, ia lalu berusaha menghujam dan menyerangku dengan ganas. Untung saja Tirtasari mampu melihatnya dan menyemburkan air padanya lebih deras sebelum mengenai diriku. Splasshh, splasshh, splasshh! Tubuh api itu kian mengecil dan akhirnya musnah ditelan air. Aku dan Tirtasari mampu bernafas lega. Masyarakat pun berteriak-teriak senang. Mereka mengelukan kami yang telah menyelamatkan mereka. Para superhero yang terkalahkan sebelumnya segera kembali ke kantor. Beberapa warga memberi mereka pakaian karena kostum