Untung ojek online segera datang. Aku segera meluncur ke lokasi. Terjadi perampokan sebuah bank. Pelaku menyandera orang-orang di dalam. Polisi sudah bersiap mengepung. Terlihat beberapa mobil polisi memblokade area depan bank. Para personil pun sudah bersiap dengan senjata mengacung. Batas polisi dipasang dan masyarakat berkerumun dari beberapa jarak. Salah satu dari polisi berseru dengan megaphone, "Perhatian, kalian yang di dalam! Menyerahlah! Tempat ini sudah kami kepung! Bebaskan para sandera!"Tak terdengar jawaban ataupun balasan dari dalam. "Jika kalian tak menyerah, kami akan menyerang ke dalam!" lanjut polisi yang kuduga adalah seorang komandan. "Di mana kalian?" tanyaku pada teman-teman lewat radio yang terpasang di telinga seperti earphone. "Aku ada di atas gedung sebelah!" jawab Dara. "Aku di samping kiri gedung!" jawab si Harimau, "Sembunyi di antara kerumunan.""Aku di kafe seberang gedung," jawab si Kuda."Aku di belakang polisi," balasku, "Dari mana kau tahu ka
Kucoba menyerang si kekar. Ia memang cukup kuat. Kami berbaku hantam cukup seru. Sementara si kecil terus memburu dan memberondong si Harimau dengan peluru. Si Kuda yang bangkit kembali mencari celah dan menerjang pemberondong itu hingga terjatuh. Si Harimau segera meloncat cepat merampas senjata si kecil. Teman-temanku memang tak kebal senjata api. Ia juga merenggut tas besar dalam tentengan lengan perampok itu. Sempat robek akibat cakar Harimau. Dan isinya berupa uang yang cukup banyak. Sebagian tersebar keluar. Dengan satu kali tamparan, perampok kecil itu pingsan tak berdaya. Sementara aku masih bertarung dengan perampok kekar. Cukup aneh, kekuatan kerisku seakan tak berdaya melawannya. Setiap kali kukeluarkan energi keris sakti, ia seakan menyerap energinya hingga tak mempan sama sekali padanya. Aneh! Sama anehnya dengan orang besar dari Kerbau Merah yang tempo hari menyerangku. Ia juga seolah bisa menyerap energiku. Apakah mereka juga bisa menyerap energi kawan-kawanku dari
Ah, satu orang berhasil Dara tangkap. Aku harus menanyainya. Sementara si kekar juga melarikan diri dari jendela dan dikejar para polisi. Entah kenapa gedung-gedung perkantoran memiliki jendela-jendela kaca yang besar. Baik yang klasik maupun modern. "Biar kukejar!" gumam High Quality Man bangkit dan keluar gedung. Aku juga segera bangkit dan menyusulnya. Berlarian mengikuti para polisi di jalan-jalan kecil di antara pergedungan. High Quality Man segera terbang dan mendahului para polisi itu. Berusaha mengikuti jejak si kekar. Enak benar ia. Aku harus susah payah berlari. Kami melalui lorong berliku-liku. Dan sepertinya kehilangan jejak. Para polisi dan High Quality Man kebingungan dan mencari-cari si perampok di sebuah gedung tua yang sudah tak terpakai. Jejaknya hilang di sini. Mereka menggeledah ruangan demi ruangan. Nihil. Gedung itu terlihat kumuh dan berantakan. Di sana-sini terdapat sisa-sisa bangku, kursi, sofa, sekat, kertas-kertas, kasur dan berbagai kelengkapan kantor l
Tembak-tembakkan terus terjadi. Dan kami terus menghindari serangan dua perampok itu. Mata mereka menyala merah seperti sinar infrared. Aku berusaha mengeluarkan energi keris untuk menjatuhkan si kekar. Atau setidaknya menyingkirkan senjatanya. Namun lagi-lagi seolah ia bisa menyerap energiku. Di sisi lain, si Kuda dan Harimau terus menghindari tembakan dari si perampok kecil. Mereka nampak menunggu saat yang tepat untuk menyerang balik. Kuberusaha mendekati si kekar. Tak ada jalan lain untuk menghentikannya. Berondongan senapan tak mampu melukaiku. Kuhadirkan sebuah keris sakti di tanganku. Barangkali bisa kutebas senjatanya. Kuyakin senapan itu tak bisa menyerap energiku. Perampok itu nampak resah melihatku maju tak gentar. Berondongan ia perkuat. Baru hendak kuserang, tiba-tiba muncul High Quality Man ke atas gedung dengan terbang. "Yuhuu!" serunya, "Di sini kau rupanya!"Si kekar nampak kaget dan mengarahkan berondongan pada superhero itu. Tak mempan! High Quality Man denga
"Semua perusahaan bilang begitu," jawab si Kuda, "Apalagi jika perusahaan start up." "Haha, tidak juga," balas High Quality Man, "Lihat saja fasilitas yang kudapatkan. Kostum bagus. Iklan tak terlalu norak. Tak seperti, kalian tahu, sinetron sekarang. memasukkan iklan sembarangan." Kami bertiga terdiam. Kostum High Quality Man memang bagus. Elegan dan tidak norak. Dan seperti kata teman-temanku dulu, para superhero di perusahaan ini memang kabarnya mendapatkan fasilitas yang bagus. "Gaji dan fasilitas kami lumayan," lanjut superhero itu sambil meminum tehnya, "Aku bisa bangun mansion mewah di perbatasan kota. Hanya superhero tertentu yang bisa kaya raya, Bruce Wayne misalnya. Itupun karena warisan dari ayahnya." "Kau ini supehero atau sales?" balas si Kuda. "Hahaha, di jaman seperti ini, superhero pun jadi bahan iklan dan kapitalisme yang bagus. Buktinya, banyak film superhero yang laris manis. Belum lagi muncul versi game-nya!" Kami hanya terdiam. Yah, apa yang dikatakan High Q
Kuhabiskan waktu dengan merenung di kasur malam itu. Ah, untung saja Dara tak apa-apa. Hanya pahanya yang tertembak. Bagaimana jika terkena bagian vital tubuhnya? Ia bisa mati. Yah, teman-temanku bisa mati semua. Dan itu demi keinginanku memburu kelompok Kerbau Merah. Ah, aku sudah mencelakakan teman-temanku. Aku tak bisa begini. Haruskah aku mengikuti saran Selly? Kembali ke desa dan hidup bertani? Meninggalkan segala tetek-bengek superhero ini. Tapi bagaimana jika kejahatan terjadi? Bagaimana jika kelompok Kerbau Merah berulah? Ah, apakah itu bukan urusanku? Sudah banyak superhero di luar sana. Tapi bagaimana dengan teman-temanku? Baik yang di perusahaan dulu, ataupun para superhero jalanan ini? Aku tak bisa membiarkan mereka dalam bahaya. Dan janjiku untuk memburu kelompok itu harus kupenuhi pula. Pada pagi harinya, teman-teman hendak menjenguk Dara. Saat akan berangkat, tiba-tiba ada telepon masuk. Nomor tak dikenal. Cukup aneh. Sebelumnya hanya teman-temanku saja yang men
"Apa?!" tanya superhero itu kaget, "Kau ingin bergabung?!""Yah," jawabku sedikit menganggukkan kepala. "Bagus, ayo kuajak menemui manajer!" ujarnya senang merangkul pundakku, "Kita akan jadi tim yang hebat, Kris!"Aku diajaknya menemui manajer yang kemarin. Seorang paruh baya dan sekertarisnya. Di dalam kantornya, kubaca beberapa lembar kontrak dan menandatanganinya. Tak banyak persyaratan yang diperlukan. "Kalian tak butuh KTP-ku?" tanyaku heran. "Kenapa kami harus butuh itu?" jawab sang sekertaris tersenyum, "Kami sudah tahu siapa kamu. Keris Man, superhero yang begitu mempesona dan terkenal." "Terkenal payah, maksudmu?" balasku. "Tidak," jawabnya mengotak-atik tablet untuk memasukkan dataku, "kau superhero hebat! Hanya perlu sedikit pembenahan!" Ia tersenyum menatapku dan membetulkan kacamatanya. "Jangan dengarkan apa kata netizen, Keris Man!" lanjutnya, "Orang kita belum siap dengan kebebasan bicara! Kami akan memperbaiki performamu!" Dan setelah ia selesai memasukkan datak
"Memangnya di sini digelar setiap hari?" tanyaku. "Yah, tiap pagi dan sore ada sesi Yoga, Tai Chi, senam, aerobik, Aikido, Karate, Pencak Silat dan lain sebagainya!" jawabnya, "Kau bisa lihat jadwalnya di aplikasi! Juga bebas menggunakan fasilitas gym sesukamu!" "Aku paling suka Yoga, Tai Chi dan fitness di gym, Kris!" sahut High Quality Man, "Akan kuhubungi kalau aku mulai olahraga!" "Oke," jawabku mengangkat bahu. "Wah, rupanya ada panggilan!" lanjut High Quality Man melihat notifikasi di ponselnya, "Aku harus pergi, Kris! Kejahatan adalah uang! Haha! Silakan lanjutkan bersama Dina!" Superhero itu pun segera melesat terbang dari jendela kantor. "Oke kini," lanjut Dina menghela nafas, "Kau harus menjalani tes kesehatan singkat!" Kujalani tes kesehatan dasar. Pemeriksaan tekanan darah, tinggi dan berat badan, reflek, serta pengambilan sampel darah, urin dan sperma?! "Kenapa harus tes sperma segala?!" protesku, "Memangnya ini tempat donor sperma?!" "Kami harus memeriksa kondisi
"Belum," jawab para pegawai, "Kami coba lacak dari beberapa kamera cctv yang dapat kita akses! Tapi butuh waktu lama!" "Teruskan!" perintah Dina. "Kami menemukan sesuatu," ungkap salah seorang petugas IT yang memeriksa laptop, "Lihat!" Kami bergegas menuju ke meja pegawai ahli IT yang memeriksa laptop. Terlihat progam di layar laptop seperti yang kami dapati kemarin. Hanya saja sekarang tertulis; Elistrik, Buaya Budiman, Manusia Elang serta para superhero perusahaan yang lain "Nama mereka dicentang," ungkap Tirtasari, "Mungkin menunjukkan korban yang berhasil mereka culik!" "Astaga!" kesah Dina. "Apa maksud semua ini?!* tanya High Quality Man, "Target mereka berubah?! Semula para superhero yang lain tidak ada dalam daftar!" "Entahlah," jawabku, "Apakah sebelumnya hanya mengecoh kita?! Atau memang menyesuaikan dengan apa yang ada?!" "Mereka sengaja memancing kita keluar?!" tanya High Quality Man. "Barangkali?" jawabku. "Kami dapati sesuatu," ungkap pegawai IT yang lain, "Mere
Kalau saja Tirtasari terlambat atau kurang dalam menyemburkan air, barangkali monster itu bisa membakarku. Sebenarnya ini tindakan yang cukup nekat. Menyerap api ke dalam diri sendiri! Namun untungnya aku dapat mempercayai istriku. Barangkali ini yang dinamakan ikatan setelah pernikahan?! Sang monster perlahan terus memudar seiring hisapanku dan semburan air Tirtasari. Ia berusaha berontak dan marah. Namun tetap tak berdaya dalam jebakan kami. Dengan wajah penuh amarah, ia lalu berusaha menghujam dan menyerangku dengan ganas. Untung saja Tirtasari mampu melihatnya dan menyemburkan air padanya lebih deras sebelum mengenai diriku. Splasshh, splasshh, splasshh! Tubuh api itu kian mengecil dan akhirnya musnah ditelan air. Aku dan Tirtasari mampu bernafas lega. Masyarakat pun berteriak-teriak senang. Mereka mengelukan kami yang telah menyelamatkan mereka. Para superhero yang terkalahkan sebelumnya segera kembali ke kantor. Beberapa warga memberi mereka pakaian karena kostum
Di sekitaran minimarket, para superhero terus berupaya melawan musuh berbadan besar dan kekar itu. Namun mereka terus kewalahan. Dihajar habis-habisan dan tersungkur lemah. "Ia akan membunuh mereka!* ungkap Buaya Budiman. Dan di area kerusuhan, para superhero kian kewalahan menghadapi para perusuh yang beringas dan bersenjatakan anaka macam. Mereka kini tersungkur hendak dikeroyok. "Kita harus membantu!" desakku. "Aku juga harus turun!" sahut Tirtasari, "Memadamkan monster api itu!" "Jangan Kris!" cegah Dina, "Tirtasari!" "Mereka bisa mati!" sahutku, "Kita tak punya pilihan lain!" "Yah, kota terancam!" imbuh Tirtasari, "Tidak ada lagi yang bisa melawan monster itu!" Dina memandang pada Bos. Dan sang manajer menghela nafas berat. "Baiklah," jawabnya, "Berhati-hatilah! Jika terdesak langsung mundur! Utamakan keselamatan kalian! Dan kalau bisa, selamatkan teman-teman di sana!" "Baik Bos!" jawabku dan Tirtasari bersamaan. "Kami ikut!" pinta Buaya Budiman dan yang lain
Yah, orang-orang senang karena kebakaran yang melanda rumah dan lingkungan mereka mereda. Tapi mereka cukup kesal dengan bau dan entitas air sungai yang kotor dan jorok. Bahkan beberapa tumpukan sampah menimpa mereka. "Uh, siapa yang buang popok bayi ke sungai?!" keluh salah seorang warga yang tertimpa bungkusan popok bayi kotor. "Juga sampah-sampah ini?!" timpal yang lain karena terkena terpaan sampah, "Dasar! Orang-orang parah, membuang sampah di sungai!" "Kita kan juga sering begitu!" balas warga yang lain. "Ah! Iya, betul juga!" "Hei, siapa yang buang bangkai ke sungai?!" gerutu warga lain kesal karena terkena bungkusan jorok, "Bangkai apa ini?! Tikus?! Menjijikkan!" Sementara itu, superhero angin terus berusaha menyemburkan air pada sang monster. Kebakaran cukup mereda dan menyisakan titik-titik api kecil saja. Ia sekarang lebih banyak menyerang sang monster dengan semburan air sungai. Namun moster itu ternyata cukup cerdas. Ia menyeberang sungai dengan nyalanya yang mela
Yah, monster itu menyerang helikopter yang ditumpangi paparazi. Terlihat di layar, semburan api yang mengerikan menerpa mereka. Lalu suara terbakar dan teriakan-teriakan. "Ia membakar kami!" pekik sang wartawan, "Ia membakar kita!" "Sial!" umpat Dina dan teman-teman. Terlihat dari layar lain, helikopter itu terbakar dan berputar-putar tak karuan. Sepertinya rekaman live dari seorang netizen. "Lihat itu!" teriakan orang-orang di bawah, "Awas!" Pesawat itu hendak jatuh menerpa kerumunan orang di bawah. Mereka pun panik dan berusaha menyelamatkan diri. Superhero angin segera meluncur ke bawah. Ia gunakan kekuatan angin untuk mengangkat helikopter itu ke atas dan menghindari terjatuh menimpa orang-orang. "Wuuu!" pekik orang-orang tertegun. Dengan kekuatan angin pula, sang superhero menghembuskan api di helikopter agar padam. Sang wartawan, kameraman dan pilot melompat ke bawah. Mereka pun diselamatkan dengan energi angin sang superhero. Mendarat di jalan dengan selamat.
Dari layar terlihat beberapa perusuh nampak aneh. Tubuh mereka kecil, layaknya orang pedesaan. Menenteng berbagai senjata. Mulai dari senjata tajam hingga tongkat kayu. "Siapa kalian?!" tanya para superhero, "Sengaja membikin rusuh?! Pulanglah! Kalian tak nampak seorang demonstran!" Mereka seolah tak mau mendengar dan terus merangsek maju sambil menyiapkan senjata. Para superhero nampak waspada. "Mereka sepertinya penyusup!" ungkap beberapa polisi yang mendekat pada superhero, "Bukan bagian dari para demonstran!" "Inilah yang ditakutkan dari aksi demontrasi!" susul polisi yang lain, "Hadirnya para penyusup dan provokator?" "Mundur kalian!" bentak para polisi, "Atau kami tindak keras!" Para penyerang tak menggubris peringatan itu dan terus maju. "Biar kami hadapi!" terang para superhero bersiap. Mereka lalu saling bertarung. Para penyerang nampak ganas dan mengarahkan senjata mereka secara membabi-buta. Para superhero pun mengerahkan tenaga dan kemampuan mereka untu
Terlihat dari video live, para superhero bantuan mulai datang. Ada dua superhero yang hendak membantu melawan monster api. Video dari para superhero bantuan pun dapat terlihat di layar. Mereka beterbangan dan meloncat-loncat dari gedung ke gedung untuk mengatasi musuh. "Bagaimana kita akan mengatasi ini?!" tanya superhero yang datang. "Entahlah, kucoba meniupnya dengan energi yang angin milikku," jawab superhero angin, "Tapi malah tambah besar!" Kebakaran pun kian melanda di sana-sini. Beberapa gedung dan bangunan terbakar. Begitu juga dengan beberapa orang yang malang. Beberapa kendaraan, baik mobil ataupun sepeda motor juga tak lepas dari kobaran api. Para pengendaranya terlihat kocar-kacir dan sebagian terbakar. "Lihat, ada yang terjebak dalam mobil!" pekik beberapa orang di bawah. Sebagian merekamnya secara live. "Ada anak-anak di dalam!" seru yang lain, "Sepertinya satu keluarga!" "Mereka akan terbakar habis!" "Superhero," panggil Dina pada para superhero yang me
"Mohon bantuan!" pekik Manusia Elang lewat radio komunikasi. "Ada apa?!" balas Dina dari kantor. "Ada musuh yang kuat! Ia muncul dari perampokan di minimarket dan menyerangku!" "Identifikasi penyerang!" balas Dina, "Kenapa video tak muncul dari kostummu?!" "Perangkat video mungkin rusak karena perkelahian! Dia sangat kuat dan bertubuh besar! Berbaju serba hitam!" Kami saling pandang di kantor. "Kerbau Merah?!" gumam Dina padaku. "Barangkali!" jawabku. "Kami butuh bantuan!" pekik superhero lain yang menangani kebakaran. "Apa yang terjadi?!" tanya Dina. "Musuh yang kuat!" balasnya, "Berkekuatan api!" Kami kembali saling pandang dan cemas. "Ia muncul dari api kebakaran!" lanjut sang pelapor, "Sangat kuat dan besar!" "Perangkat videomu rusak?!" tanya Dina. "Entahlah! Mungkin terbakar karena panas!" "Kita harus bantu mereka!" usulku pada Dina dan yang lain. "Jangan Kris!" cegah Dina, "Kalian offline! Biar dibantu superhero lain!" "Stok superhero kita makin m
"Semoga semua dapat kita atasi," imbuhku untuk menenangkan mereka. Kunikmati ketiga istriku dalam eksotika pemandangan kota. Chantrea dan Chanthou makin ketagihan dinikmati dalam suasana yang jauh berbeda dari pedesaannya ini. Hari berikutnya berjalan seperti sebelumnya. Kami terus waspada dan bersiaga di kantor. Hal yang cukup menjemukan bagi teman-teman yang terpaksa offline. "Jadi kapan mereka akan menyerang?!" keluh Buaya Budiman, "Nampaknya kita bosan menunggu! Apa benar mereka akan menyerang?" "Apa benar informasi yang kau dapat, Kris?!" imbuh High Quality Man. "Entahlah," jawabku, "tapi sepertinya kita harus tetap waspada!" "Jangan-jangan mereka merubah rencana?!" kesah Buaya Budiman. "Kita tak tahu apa-apa," sahut Elistrik nampak lebih santai. "Mungkin perlu kita lihat lagi laptop itu!" desak Buaya Budiman. "Kenapa?" tanya Elistrik. "Lihat saja! Barangkali ada petunjuk lain." Kami pun mengamati lagi laptop itu yang sebelumnya disimpan Tirtasari. Tak ada ya