Radisha masih diam, dan menundukkan kepalanya sedikitpun ia tidak berani menatap tuan Candler yang saat ini menatap padanya.
Radisha tidak bisa menghindar dari tuan Candler, mau tidak mau dia harus menjawab pertanyaannya.Dengan bibir bergetar, dan tangan saling berpegangan, akhirnya Radisha memberanikan diri menjawab pertanyaan tuan Candler."Saya tidak tahu pasti jika Tuan Kamandanu memiliki perasaan pada saya Tuan, yang saya ketahui beliau hanya memiliki perasaan pada Nona Tifany, dan saya sama sekali tidak berhak memiliki perasaan apapun pada Tuan Kamandanu!" lirih Radisha menjawab pertanyaan tuan Candler dengan suara terbata-bata.Alexandre Candler sejak tadi terus menatap Radisha, dia masih berusaha mencari sebuah kebenaran dari gadis yang telah membuat hati putrinya hancur hingga berkeping-keping. Tuan Candler tidak begitu saja mempercayai perkataan Radisha ia masih terus menyelidikinya."Baiklah jika kau mengaku seperti itu, kau boleh"Kenapa Pa?" tanya Audrey menatap papanya heran."Ini Orang yang nelepon kamu sangat aneh, dia hanya diam padahal Papa terus bertanya padanya!""Apa kata Audrey juga Pa? Itu pasti Orang hanya iseng saja!" ucap Audrey. "Sudahlah jangan diladeni, matikan saja teleponnya!" lanjut Audrey.Setelah mendengar saran dari putrinya, tuan Naratama pun menutup ponsel, dan menyerahkannya kembali pada putrinya."Ini Ponselmu, jika nomor itu menghubungimu lagi kau jangan menerimanya Putriku!" "Iya Pah ... Audrey enggak akan menerima panggilan dari nomor ini lagi!" balas Audrey sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas, dan melanjutkan makannya.Sementara Danu, dan Natalie hanya diam tidak ikut berbicara di meja makan itu. Mereka berdua hanya menikmati makanannya tanpa mau ikut nimbrung dengan Audrey, dan tuan Naratama."Ma ... aku pamit ya?" "Ya sudah kamu hati-hati sayang!""Iya Ma, kamu jangan khawatirkan itu!"
'Jika aku tidak bisa mendapatkan Danu dengan cara yang wajar ... maka cara kotor pun akan aku lakukan, aku akan tetap melanjutkan Perjodohan ini Danu, kau tidak bisa menolaknya!' batin Tifany tersenyum menyeringai, memikirkan rencananya."Kamu kenapa Tifany, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Audrey melambaikan jemari tangannya di depan wajah Tifany."Em-iya ... kenapa Drey?" ujar Tifany tersadar dari lamunannya."Kamu kenapa diam, dan terlihat melamun seperti itu?" Audrey mengulang pertanyaan."Enggak, aku hanya sedih Drey ... kamu kan tahu Danu tidak memiliki perasaan apapun kepadaku, dia ternyata malah menyimpan perasaannya terhadap Radisha. Hal itulah yang membuatku sedih!" Melihat Tifany menangis seperti ini, Audrey merasa kasihan padanya ia berusaha menenangkan Tifany sebisa mungkin. "Kamu yang sabar ya ... suatu saat aku yakin Kak Danu akan mencintaimu, dan aku akan pastikan itu," Audrey mengusap wajah cantik Tifany, yang berhia
Setelah di puji oleh Audrey semakin saja Tifany bertambah semangat untuk menjadi istrinya Danu.Begitu pelayanan kembali, dan membawa bil makanan Tifany langsung membayarnya."Total makanannya 500 ribu rupiah Nona!" seorang pelayan memberikan kertas bon pada Tifany.Tifany pun segera merogoh koceknya, dan memberikan sejumlah uang. "Ambil saja kembaliannya!" ucap Tifany."Terima kasih Nona!" seorang pelayan itu tersenyum pada Tifany.Audrey benar-benar dibuat kagum oleh sosok Tifany yang begitu baik, dan mau berbagi pada orang yang jauh kelasnya dari mereka.'Tidak salah lagi Audrey keputusan kamu membantu Tifany untuk mendekati Kakakmu benar-benar tepat, selain cantik dia juga baik hati!' batin Audrey kagum pada sosok Tifany Candler."Sudahkan membayarnya?""Iya sudah Audrey!" jawaban."Ya sudah ayo kita berangkat ke kantorku!" ajaknya.Perlahan Audrey dengan Tifany berjalan menuju parkiran, di
Danu berjalan lebih cepat setelah ia memarahi Tifany yang berusaha mengikutinya ke basemen. Ia mengumpat karena Tifany berusaha mendekatinya, padahal ia sudah tahu Tifany itu tipe perempuan yang akan meninggalkan pria jika ia dari kalangan keluarga miskin."Dasar Perempuan gila, kau pikir aku akan kena bujuk rayumu? Heh bedebah!" umpatnya sembari menstater mobilnya, dan perlahan keluar dari halaman perusahaan.Tifany yang melihatnya pergi, ia sangat panik lantaran takut jika kehilangan jejak Danu saat itu juga."Oh sial! Kenapa semua ini terjadi di saat aku tidak membawa kendaraan ku sendiri!" kesal Tifany tampak panik, setelah melihat Danu mengemudi dengan sangat kencangnya.Tiba-tiba saja Audrey menepikan mobilnya, dan menurunkan sedikit kaca mobilnya itu. "Ayo naik Tifany ... kita ikuti ke mana Kak Danu akan pergi!"Tanpa menunggu lama Tifany pun masuk dalam mobil Audrey dengan gusarnya dia terus meracau di dalam mobil calon iparnya it
"Rekam saja adegan mereka saat ini, setelah kau berhasil mengambil Video kau sebarkan saja melalui media sosial, ini adalah cara terbaik untuk memberi pelajaran pada Perempuan seperti Radisha!"Tifany pun mengikuti apa yang disarankan oleh Audrey, ia merekam adegan Radisha yang masih bertatapan di depan pintu rumah itu.Dengan satu klik Tifany menguploadnya ke jejaring sosial, dan seketika Video itu viral dengan hastag calon suamiku direbut oleh asistenku.Tifany tersenyum menyeringai menatap tajam pada Radisha. 'Selamat menikmati hari-harimu yang buruk Radisha!' batinnya tersenyum licik.Sementara Danu dan Radisha masih saja saling menatap. Bahkan, Danu tidak sedikitpun mengedipkan matanya, ia tidak rela melihat kecantikan itu terlewat meski hanya satu detik."Radisha!" seseorang memanggil Radisha, dan seketika lamunannya buyar saat itu juga."Siapa yang datang ke Rumah? Kenapa kau sangat lama sekali!" seru seseorang dari dalam
Di seberang sana tepatnya di sebuah perusahaan keluarga Naratama, Tuan Nara menerima panggilan dari Stevani istri dari koleganya yang bernama Tuan Candler, calon besan dari Tuan Nara mengadukan kelakuan putranya.'Halo ... ada apa Nyonya Stevani menghubungi saya?' tanya Naratama terhadap Stevani.'Saya cuma mau bilang sama Anda Pak Nara, Putra Anda ini Danu, teganya dia menyakiti Putri saya dengan berselingkuh sama Radisha asisten Putri saya! Saya tidak terima Putri saya di khianati seperti ini, kasihan dia Pak!' ujar Stevani terdengar murka pada Nara di seberang sana.'Maafkan Putra saya Nyonya ... saya berjanji akan memarahinya, tolong maafkan kelakuan Putra saya!' pintanya memohon pada Stevani agar memaklumi kelakuan Danu.'Saya minta Bapak didik Putra Anda ini, agar dia tidak menjadi pecundang!' kesal Stevani memutus sambungan.'Halo ... Halo Nyonya!' Naratama mengepalkan tangannya, dia sangat geram terhadap tingkah laku pu
Guyuran hujan semakin deras, sedangkan suara petir terdengar menggelegar saling bersahutan. Radisha masih saja berjalan dengan menenteng tas yang berisi pakaiannya."Aku harus ke mana sekarang?" lirihnya meratapi nasib sial yang terus menghampiri hidupnya.Mobil-mobil hanya berlalu lalang di hadapannya, tanpa ada satu orang pun peduli padanya yang sedang dilanda kesialan. Hingga hujan perlahan mereda, tubuhnya tiba-tiba saja terasa menggigil, ia memberanikan diri berteduh di salah satu emperan toko yang tidak jauh letaknya.Radisha duduk di emperan toko itu, sambil memijat betisnya yang terasa pegal akibat berjalan jauh dari rumah keluarga Candler entah ke mana langkah kaki itu membawanya pergi.Tiba-tiba saja ada sekelompok pria datang menghampirinya, bertanya padanya dengan senyum menyeringai. Netranya terlihat menyeramkan seperti menginginkan sesuatu darinya."Mau ke mana Neng?" tanyanya menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki
Natalie masih berharap Radisha mau ikut dengannya. Bukan tanpa sebab Natalie menginginkan Radisha ikut dengannya saat ini, ia begitu menginginkan perempuan seperti Radisha jadi menantunya ditambah lagi Danu begitu menginginkannya gadis itu untuk jadi pendamping hidupnya."Kamu mau kan ikut bersama Tante?" tanya Natalie masih mengharapkan Radisha.Dengan terbata-bata Radisha menjawab. "Iya Tante saya mau!" jawabnya.Natalie sangat senang karena Radisha mau ikut dengannya, keputusan cukup bijak yang di ambil Radisha, selain ia akan lebih dekat dengan Danu tambah lagi ia akan semakin akrab dengan Natalie."Nah gitu dong ... Tante senang mendengarnya!" Natalie tersenyum pada Radisha. "Ayo masuk ke mobil Tante!" ajaknya.Kini Radisha telah berada di dalam mobil, duduk sejajar di kursi penumpang bersama dengan Natalie. "Ayo kita pulang Pak!" perintah Natalie pada sang sopir.Pak Sopir pun menuruti perintah Natalie. "Baik Bu!" timpalnya
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah