Tifany merasa bersalah saat mendengar semua yang di utarakan Radisha terhadap Danu, kini jalan pikirannya mulai terbuka, dan bisa merasakan kejujuran Radisha selama ini.
"Danu ... lebih baik kau masuk ke dalam, mungkin sebentar lagi Papa akan keluar dari kamarnya!" Tifany memanggil Danu, dan mempersilakannya masuk."Tidak usah, biarkan saya menunggu di sini!""Radisha ... ayo kita berangkat, kebetulan saya sudah terlambat!" Tifany berlalu begitu saja dari hadapan Danu, dan Radisha. Ia berjalan menuju mobilnya lebih dulu."Tuan ... saya tidak bisa menemani Anda lebih lama lagi di sini, saya harus berangkat kerja!" pamitnya terhadap Danu, dan segera menyusul Tifany ke dalam mobilnya."Silakan Radisha!" Danu menatap pada langkah gontai gadis desa bernama Radisha itu.'Maafkan aku telah melibatkan kamu dalam masalahku Radisha!' batinnya merasa bersalah.Sementara Radisha, dan Tifany sudah dalam perjalanan menuju lokasi shooRadisha merasa khawatir kepada ibunya di kampung, tetapi dia tidak berdaya mau menolongnya pun tidak bisa. Karena Radisha belum memiliki uang. Kerjanya saja belum genap satu bulan di kota, mana mungkin Tifany akan memberikan gajinya secara cuma-cuma, terlebih lagi Radisha masih terbilang baru di bidang pekerjaan yang sekarang di jalaninya."Apa iya aku harus meminjam uang dari Nona Tifany, untuk menemui Ibu di Kampung?" ucapnya gusar sambil menggigit bibir bawahnya."Kau kenapa terlihat bingung seperti itu Radisha?" tanya Tifany setelah menghampiri Radisha.Radisha menelan salivanya, gugup saat tiba-tiba saja Tifany mengalihkan perhatiannya. "Radisha, apa yang terjadi? Apa kau sedang ada masalah?" tanyanya lagi.Radisha pun menjawab pertanyaan Tifany. "Anu ... itu, em ... enggak ada apa-apa kok!" jawabnya gugup.Tifany mengernyitkan keningnya, heran dengan gelagat aneh Radisha saat ini.Ia merasa penasaran pada asistennya itu. "A
Merasa keberadaannya mengganggu kedekatan mereka berdua, Radisha sadar diri dia langsung berpamitan pada Tifany, dan Kamandanu Naratama."Kalau begitu saya pamit duluan ya!" Radisha bangkit dari tempat duduknya."Kamu mau ke mana Ra? Kenapa terburu-buru sekali? Padahal aku mau gabung di sini hanya karena ada kamu!" ucap Danu.Radisha menatap pada Tifany yang seketika wajahnya terlihat muram. Tidak mau menciptakan kesalahpahaman lagi di antara dirinya dengan sang bos besar. Radisha tetap melangkahkan kakinya tidak sedikitpun menimpali Danu.Namun, Danu malah ikut bangkit lalu menghentikan Radisha yang mulai melangkah pergi."Kenapa kau hanya diam ... aku minta kau jangan menghindar!" Danu menggenggam tangan Radisha.Tifany membuang tatapannya, hatinya terasa seperti terbakar sakit bukan main melihat pria yang akan bertunangan dengannya malah memilih perempuan lain. Sedangkan dua keluarga sudah sangat cocok dengan perjodohan mereka
Radisha terengah-engah ia menghela nafas panjang, setelah selamat dari mobil yang hampir menyerempetnya. Kemudian Radisha segera membantu Danu untuk bangun."Mari saya bantu Tuan!" Radisha memegang lengan Danu, dan menuntunnya ke pinggir jalan."Terima kasih telah menyelamatkan saya!" ucap Radisha sangat bersyukur pada Danu."Jangan pernah berterima kasih padaku, karena itu adalah kewajibanku melindungimu dari marabahaya Ra!" ujarnya menatap lekat-lekat wajah cantik Radisha.Radisha membuang tatapannya, ia tidak mau terbuai semakin dalam lagi mengagumi sosok Danu si pria baik hati yang muncul, dan merebut hatinya.Danu tahu Radisha sedang berusaha menciptakan jarak dengannya. Namun, Danu tidak mau berpikir buruk tentang hal itu. "Kenapa kau menghindar? Apa salahku?" tanyanya dengan tatapan menyelidik."Tuan tidak salah apa-apa, hanya saja saya merasa tidak pantas ada di antara kalian!" "Kalian siapa maksudmu?
Radisha bergumam dalam hatinya. 'Kenapa Nyonya Stevani tiba-tiba saja ingin bicara denganku? Ada apa ini Tuhan?' Radisha membatin heran."HEY!" Stevani melambaikan tangannya tepat di depan wajah Radisha.Radisha pun tersadar dari lamunannya. Lalu bertanya dengan gugup. "Ada apa Nyonya?" tanyanya."Ayo ikut saya!" Stevani menarik tangan Radisha secara kasar dengan genggaman teramat keras, hingga Radisha merasakan sakit di pergelangan tangannya."Nyonya sebenarnya ada apa? Kenapa Nyonya memperlakukan saya sekasar ini?" ringis Radisha mencoba melepaskan tangannya yang terasa sakit.Namun, Stevani mengabaikan Radisha. Ia tetap menarik tangannya hingga ke teras belakang rumahnya. Setelah sampai di sana barulah pergelangan tangan Radisha di lepaskan."Kamu ini di kasih hati minta jantung ya!" sentak Stevani dengan lantang. Radisha masih bingung dengan Stevani, lantaran tiba-tiba saja Nyonya besar keluarga Candler itu memarah
Danu ikut memastikan Audrey, dia mengekor dibelakang ibunya untuk melihat keadaan Audrey yang sedang dalam keadaan marah saat ini."Audrey!" Natalie memanggilnya. Namun, tidak disahuti sedikitpun oleh putrinya itu. "Buka pintunya Audrey!" pintanya lagi. Tetapi, tetap saja Audrey menghiraukan ibunya."Biar Danu yang memanggilnya Ma," Danu meminta Natalie menyerahkan semuanya padanya."Tolong bujuk Adikmu, Mama khawatir dia melakukan hal yang aneh-aneh Nak!" Natalie menyingkir dari pintu, membiarkan Danu membujuk Audrey.Belum sempat Danu memanggil adiknya itu, dari dalam sudah terdengar sahutan dari Audrey. "Percuma saja kamu membujuk aku Kak ... aku kecewa sama Kakak, dan Mama!" lirihnya dengan suara murka bercampur tangisan."Aku tidak mau membuka pintunya!" lanjut Audrey berujar."Audrey ... tolong dengarkan Kaka dulu, kamu jangan seperti ini. Kita omongin semuanya baik-baik!""Enggak! Pergi saja kalian!" seru Audrey m
Natalie perlahan mendekati putranya, ia juga ikut prihatin dengan apa yang telah terjadi saat ini."Mama kasih saran sama kamu, kali ini kamu turuti saja inginnya Papamu yah!" Natalie mengelus pundak putranya, berusaha membuatnya untuk tetap bersabar. "Mama yakin suatu saat Papa akan setuju dengan keputusanmu, tetapi, kali ini kamu turuti saja perintahnya untuk makan malam bersama Keluarga Candler!" lanjut Natalie.Danu hanya diam tidak menimpali ibunya, untuk berbicarapun Danu sudah malas. Karena percuma saja dia membantah, semua usahanya akan gagal percuma.Natalie bangkit kembali dari tempat duduknya. "Kamu segera bersiap ya ... Mama akan bicara dengan Adikmu!" Danu segera bergegas menuju kamarnya, untuk sekedar membersihkan dirinya sebelum berangkat menuju rumah Keluarga Candler.Lima belas menit kemudian, Danu telah bersiap. Iya terlihat tampan mengenakan Tuxedo berwarna putih, dan celana hitam. Tidak lupa Danu memakai sepatu pantof
Dengan santai Radisha menyajikan makanan di meja makan, meskipun di meja itu ada keluarga Danu dengan yang lainnya, Radisha meletakkan beberapa makanan di meja itu.Namun, pandangan Danu tidak matanya terus menatap ke manapun Radisha bergerak."EKHEM!"Stevani berdeham lantaran dia tahu jika saat ini Danu terus menatapi asisten putrinya sejak tadi.'Ini Radisha kenapa lama sekali sih menyajikan makanan, apa dia sengaja berlama-lama di sini? Dasar ganjen Gadis Desa ini,' batinnya sangat kesal.Sedangkan yang lainnya tidak sadar dengan kejadian ini."Radisha tolong percepat menyajikan makanannya. Barangkali salah satu dari kami sudah ada yang lapar, jika kau masih belum selesai, bagaimana kami akan menikmati makanannya!" celoteh Stevani mengusir halus Radisha."Iya Nyonya ... saya berusaha mempercepat menyajikan ini kok!" sahut Radisha, sehingga membuat Stevani geram.'Nyahut saja lagi ... dasar perempuan gatal!'
"Jangan pernah merugikan Orang lain!" tegasnya lagi.Bukannya menuruti permintaan ibunya, yang lebih condong ke menasihatinya. Audrey malah membangkang pada Natalie."Kata siapa Audrey merugikan Orang lain? Enggak kok!" ucapnya tegas. "Lagian Radisha memang pantas diperlakukan seperti itu, karena dia itu Orang yang sangat licik Ma!" lanjutnya lagi.Natalie menatap tidak percaya atas ucapan yang terlontar dari mulut putrinya ini. "Astaga Audrey, Orang sebaik dan sepolos Radisha masih kau bilang Orang licik? Hati-hati jika menilai Orang Nak ... jangan sampai kau malu dengan ucapanmu hari ini!" "Ah sudahlah! Susah kalau ngomong sama Orang seperti Mama!" gerutu Audrey. "Aku mau kembali lagi ke ruang makan, malas meladeni Mama!" ketusnya meninggalkan Natalie.Natalie menggeleng kepalanya, dia tidak habis pikir dengan watak keras yang dimiliki putrinya.'Kapan kau bersikap biasa Audrey? Kau sama sekali tidak memahami Kakakmu!' batin Natali
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah