Pagi itu Radisha pergi bersama Danu. Saat ini mereka sedang bersama di sebuah butik, Radisha tampak memilih gaun mewah. Sementara Danu, dia terduduk di sofa yang terdapat di butik itu, menunggu Radisha yang sedang dibantu dandan oleh pelayan butik tersebut.
"Apa kamu suka dengan gaun ini Nona?" seorang pelayan itu terlihat sedang melayani Radisha sebagai pelanggan saat ini.Radisha masih memilih gaun, dia belum memutuskan untuk memilih gaun yang akan dia kenakan di hari pernikahannya dengan Danu."Bagaimana dengan gaun yang ini Nona," ucap seorang pelayan butik itu menunjuk pada gaun berwarna putih.Radisha ikut menolehkan kepalanya, menatap pada salah satu gaun tampak anggun di hadapannya."Gaun ini mewah sekali?" gumamnya pelan, "Pasti gaun ini sangat mahal?" tebaknya bergumam.Pelayan butik itu pun kembali menyadarkan Radisha dari lamunan. "Nona, kenapa kamu malah melamun seperti ini?" tanyanya bingung.Radisha tersadRadisha tersenyum malu sambil menggaruk tangannya yang tak gatal, ketika Danu berbicara seperti itu padanya. "Kalau begitu tidak apa-apa jika aku pilih salah satu gaun dari Butik ini?" ucap Radisha dengan senyuman.Danu menganggukkan kepalanya, dia pun tersenyum saat Radisha bertanya jika dia akan memilih salah satu gaun untuknya. "Ya tentu saja! Kau boleh pilih gaun apapun sesukamu!" Radisha tersenyum sumeringah, dan perlahan berjalan masuk kembali ke tempat mencoba gaun pengantin."Ayo Nona!" ajak pegawai butik yang terus mengikutinya dari belakang."Hem ... iya!" Radisha menjawab, sambil terus melangkah masuk ke dalam ruangan mencoba gaun pengantin itu.Setelah di dalam ruangan ganti, Radisha kembali di dandani dengan riasan wajah flawles, serta gaun pengantin berwarna putih yang di pilihnya langsung."Coba Nona pejamkan mata," pinta seorang yang merias wajahnya.Radisha memejamkan matanya, ketika seorang make over i
Audrey sedikit memelankan nada bicaranya, dia tidak menyangka jika Danu akan mengancamnya. Audrey menelan salivanya, dia merasa dipermalukan di hadapan Radisha."Kamu senangkan melihat aku dengan Kak Danu terus bertengkar seperti ini?!" ketus Audrey segera meninggalkan danau itu, karena dia takut dengan ancaman Danu, kakaknya.Radisha merasa bersalah pada Danu, lantaran Danu bertengkar dengan adiknya gara-gara dia yang meminta ke danau ini."Lebih baik kita pulang saja!" Radisha mengajak calon suaminya itu, sambil menundukkan kepalanya.Danu meraih tangan Radisha. "Apa kau yakin kita akan pulang Hem? Bukankah kita akan ke butik untuk mencari kebaya pengantin?" Danu tahu kekasihnya saat ini sedang merasa bersalah padanya. "Kita akan tetap mencari kebaya untuk pernikahan kita!" Danu berusaha meyakinkannya.Pada akhirnya Radisha pun mau di ajak Danu untuk mencari kebaya pengantin."Iya aku mau, tapi...,""Stttt! Tidak ada penolakan, dan alasan apap
Sore itu Danu sengaja mengajak Radisha untuk makan setelah selesai membeli kebaya pengantin untuk dikenakan Radisha di hari pernikahannya. Ketika Radisha sadar kalau Danu berjalan bukan ke arah rumahnya, Radisha bertanya terhadap Danu."Mau ke mana ini?" tanyanya menatap pada Danu yang mengemudikan mobilnya. "Ini bukan arah ke Rumah, kita akan ke mana Danu?" Lanjut Radisha bertanya."Aku mau mengajak kamu ke salah satu tempat Favorit, kamu mau kan," ucap Danu di sela menyetir mobilnya."Ya, tentu saja aku mau!" Radisha menyetujui Danu yang akan membawanya ke tempat yang belum ia ketahui.Danu kembali fokus mengemudikan mobilnya, sementara Radisha hanya menatap hamparan luas jalanan ibukota sore itu. Lampu-lampu kota Jakarta mulai terlihat menyala, menghiasi indahnya kawasan kota Megapolitan itu.Perlahan senja mulai tenggelam, dan kegelapan malam mulai menyapa. Namun, saat Danu fokus berkemudi tiba-tiba saja sebuah mobil memepetnya.
"Dasar Perempuan gatal, saya tidak menyangka kau ini Perempuan rendahan. Padahal kurang apa Tifany sama kamu, dasar Asisten tidak tahu diri!" Hujatan demi hujatan terus berseliweran terdengar pengang ditelinganya. Radisha berusaha menutup telinga rapat-rapat. Sementara Danu masih berdebat dengan Stevani, dan tuan Candler."Danu sudah!" lerai Radisha menggenggam tangan Danu. "Sebaiknya kita pulang saja, jangan ribut di sini," ucapnya lagi.Danu menatap pada wajah Radisha dia merasa kasihan pada calon istrinya. "Ya ... kamu benar, lebih baik kita pulang! Untuk apa kita tanggapi Orang seperti ini," perlahan Danu melangkahkan kakinya berjalan meninggalkan Stevani dengan tuan Candler.Dalam perjalanan menuju rumah, Danu masih saja menggerutu lantaran Stevani masih saja menghujat Radisha, padahal, semuanya sudah jelas bukan salah Radisha. Semua yang terjadi adalah salah Tifany yang menolak untuk di jodohkan dengannya."Sudahlah ... tidak perlu
"Katakan Nak?" Tuan Candler meminta Tifany menyampaikan keinginannya.Tifany masih diam, di dalam benaknya berseliweran rencana licik yang akan kembali membawa masuk dalam hubungan Danu, dan Radisha.Tuan Candler menautkan kedua alisnya dengan heran dia mengguncang pipi cantik putrinya. "Aishhhh ... kenapa kau diam Nak," ucap Tuan Candler, "Apa yang kau inginkan?"Tifany pun tersadar dari lamunannya, ketika sang papa mengguncang wajahnya. "Saya mau Papa melakukan sesuatu untukku, apa Papa akan setuju?""Ya ... tentu saja Papa akan setuju, memangnya apa? Kamu jangan berbelit-belit seperti ini,""Aku mau Papa bersikap baik pada Radisha, bagaimanapun caranya Papa harus lakukan itu!" pinta Tifany memohon pada papanya.Tuan Candler tidak langsung memenuhi permintaan putrinya, dia menolak karena dia tidak akan bisa bersikap baik pada orang yang telah menyakiti putrinya."Kamu masih waras kan?" Tuan Candler menempelkan tan
Danu mengurungkan niatnya, yang hendak memarahi Audrey karena bersikap tidak sopan kepadanya, dan pada Radisha calon iparnya."Kenapa kau menghalangiku?" Danu berbalik menatap wajah kekasihnya."Jangan rusak hubungan baikmu dengan Audrey hanya demi aku," ucap Radisha berusaha menenangkan Danu yang tengah emosi saat ini.Setelah mendengar penuturan Radisha yang begitu menenangkan. Danu mengurungkan niatnya yang akan memarahi adiknya itu. "Jika bukan karena kamu, mungkin aku akan memarahinya. Kenapa kau begitu baik pada orang yang selalu menyakitimu Ra?"Danu begitu mengagumi sosok perempuan yang tengah dicintainya itu, pantas saja dia lebih memilih Radisha meskipun hanya gadis desa ketimbang Tifany sang aktris ternama."Jika aku membalas mereka, lalu apa bedanya aku dengan mereka Hem, sudah ya, mulai sekarang jangan pernah khawatirkan tentang aku," Radisha tersenyum, kemudian menoleh pada si mbok dan melanjutkan menyiapkan makanan untuk sa
Danu mengernyitkan keningnya ketika di minta oleh papanya untuk segera ke ruangan meeting. Lantaran tidak biasanya papanya itu memintanya untuk segera menemuinya."Baiklah, saya akan segera menemuinya! Kau boleh melanjutkan pekerjaanmu!" titahnya mengibas tangan mengaba-aba pada Karyawannya itu.Danu segera bergegas menuju ruangan meeting, setelah diberitahu oleh salah satu Karyawannya itu. Tetapi, Danu tidak berhenti bergumam lantaran dia heran dengan papanya yang tiba-tiba saja memanggilnya.'Sebenarnya ada apa? Tumben sekali Papa memintaku menemuinya?' batin Danu terus bertanya-tanya.Setelah sampai di ruangan meeting, Danu membuka pintu ruangan, dan menatap pada seseorang yang sangat tidak dia sangka akan mengunjungi kantornya itu."Om Alex, kenapa kau mendatangi Kantor saya?" dengan heran dia bertanya pada Tuan Alexandre Candler."Kamu duduk sebentar, kita bicara baik-baik ini tentang kerja sama kita yang sempat tertunda," T
Radisha masih menunggu apa yang ingin di katakan oleh Tifany. Namun, Tifany merasa grogi lantaran di sana juga ada Natalie yang sejak tadi terus mengawasi gerak-geriknya."Sebenarnya Nona mau bicara apa?" tanya Radisha berharap Tifany segera menjawabnya.Seketika Tifany tersadar, berusaha menetralkan kembali pikirannya. "Em ... eh iya. Sebenarnya maksud kedatanganku kemari mau meminta maaf sama kamu Ra, bolehkan aku minta maaf sama kamu?""Tentu saja boleh, siapapun boleh termasuk aku Nona!" ucap Radisha menunjuk dirinya sendiri."Kamu memang Perempuan baik-baik Ra, pantas Danu memilihmu!" selorohnya menatap dengan wajah memelas.Tiba-tiba saja Natalie memperingatkan Radisha, pada perbuatan Tifany yang telah lalu."Kamu jangan mudah percaya pada Perempuan ini Radisha! Kamu harus belajar dari masa lalu, bagaimana dia memperlakukanmu!" ujar Natalie berusaha memperingatkan.Radisha pun berpikir kembali, saat calon ibu mertu
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah