Radisha terdiam saat Natalie mengutarakan isi hatinya, pada Radisha. Perihal kekecewaannya terhadap Tifany yang secara tidak langsung menolak putranya, Kamandanu.
"Saya tidak mungkin menerima semua ini Tante, saya tidak bisa!"Radisha menolak untuk menerima Danu, meskipun Natalie menginginkan dia bersatu dengan putranya. "Kenapa kamu tidak bisa menerimanya? Apa yang kurang dari Putra Tante?" ucap Natalie penuh harap."Tidak Tante, bukan seperti itu. Danu bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari pada saya. Saya tidak pantas untuknya!" tolaknya lembut.Natalie terus meyakinkan Radisha, agar dia mau menerima Danu sebagai calon suaminya. "Tante mohon ... jangan menolak untuk menjadi Istrinya Danu," pintanya membujuk Radisha."Tapi Tante ...,""Tante mohon jangan menolak Radisha, Tante yakin kamu Perempuan paling tepat untuk Putra Tante!"Radisha dalam keadaan dilema. Di sisi lain dia takut dengan Tifany. Karena jika dia menerima permintaan Natalie maka sama saja dia telah mengkhianati Tifany."Kenapa kamu diam? Tolong jawab Tante?" Natalie terus mencecar Radisha dengan pertanyaan, dia sudah tidak sabar ingin mendapatkan jawaban dari calon menantunya. Meski baru bertemu sekali, entah mengapa dia nyaman dengan gadis di hadapannya ini.Cukup lama keduanya diam--sampai Radisha menghela nafasnya.
"Saya terima Danu sebagai Calon Suami saya, Tante!" Dengan berat hati, Radisha pun terpaksa mengiyakan permintaan Natalie.
Sementara dari kejauhan, Audrey menatap pada Radisha, dia berusaha mengingat-ingat perempuan yang sedang berinteraksi dengan ibunya. 'Sepertinya Perempuan itu bukanlah Tifany, saya sangat mengenal wajah Tifany, sepertinya Perempuan ini berbeda dengan Tifany yang ada di Televisi.' ucapnya dalam hati.
Perlahan Audrey berjalan mendekati arah Radisha, setelah Natalie meninggalkannya. "Kamu bukan Tifany, siapa sebenarnya dirimu?" tanya Audrey dengan tatapan menyelidik.Radisha terlihat sangat gugup, dia berusaha meyakinkan Audrey jika dia memanglah Tifany."Kenapa kau berkata seperti itu? Saya benar-benar Tifany Candler!" jawabnya gugup. Meski sudah mengaku pada Natalie, tapi Radisha begitu merasa terancam dengan pertanyaan Audrey.
"Jangan berbohong!" bentak Audrey. "Saya tahu betul wajah Tifany Candler yang sebenarnya, dan kau bukanlah Tifany!" tegasnya lagi terus mendesak Radisha agar mengaku siapa sebenarnya dia.Kamandanu ternyata memperhatikan itu semua dari jauh.Dia tidak akan membiarkan rahasia Radisha terbongkar di hadapan umum. Dia masih membutuhkan penyamaran Radisha, untuk membalas Tifany."Kamu ini apa-apaan Dek? Dia ini benar-benar Tifany. Kakak sudah menemui kedua orang tuanya!" sela Danu memotong ucapan adiknya, Audrey.Audrey menelan kembali ucapannya, dia masih yakin jika perempuan yang saat ini berhadapan dengannya bukanlah Tifany Candler."Kakak yakin Perempuan ini Tifany? Kenapa segampang ini Kakak percaya?!" ujar Audrey masih meyakini jika perempuan di hadapannya ini berbohong.Danu menimpali Audrey, dan meyakinkannya. "Ya, tentu saja Kakak mempercayainya. Lagi pula tidak ada alasan untuk Kakak mencurigai Calon Istri Kakak ini!"Audrey berjalan menjauh dari Danu, dan Radisha. 'Saya harus mencaritahu siapa sebenarnya Perempuan ini?' Tapi bagaimana caranya saya membuktikan jika Perempuan itu bukanlah Tifany!' batinnya masih penasaran.Hingar bingar pesta membuat kepala Radisha
Audrey heran dengan ucapan Danu, ia masih berusaha mencernanya. "Bagaimana bisa Tifany menipumu Kak? Jelas-jelas Perempuan itu yang telah berbohong pada kita!""Dia di suruh oleh Tifany agar berbohong pada kita Audrey!" tutur Danu menyampaikan.Audrey menggeleng kepalanya, dia masih tidak bisa menerimanya. "Tunggu, Kak. Sepertinya Tifany tidak menyuruhnya ini pasti hanya akal-akalan Perempuan itu saja, siapa tadi namanya?""Radisha!""Ya pokoknya dia lah, yang berbohong." Audrey tetap bersikukuh menyalahkan Radisha.Danu menatap Audrey, dan tidak percaya pada adiknya yang malah menyalahkan Radisha. Padahal, sudah jelas Tifany lah yang menolak untuk bertemu dengannya, dan malah mengutus Radisha untuk berpura-pura menjadi dirinya."Kakak capek jika harus berdebat denganmu Audrey, sudah Kakak katakan barusan bukan. Perempuan bernama Radisha itu tidak berniat membohongi kita!" tegasnya meyakinkan Audrey."Jikalau dia tidak b
Audrey Terus mengemudikan mobilnya, demi menyusul Danu--kakaknya.Sementara Tifany telah sampai di rumahnya, dia memaksa Radisha untuk segera keluar dari dalam mobilnya. Kali ini Tifany sangat marah pada Radisha, pikirnya selama ini Radisha telah menipunya."Saya tidak habis pikir ya sama kamu Radisha! Ternyata dibalik wajah polosmu ini tersimpan sejuta kelicikan!" "Saya mohon maaf Nona!" lirih Radisha memohon supaya di maafkan oleh Tifany. "Saya tidak bermaksud membohongi Nona!""Halah ... kau pikir ada maling mau ngaku, jika maling mau ngaku sepertimu maka penjara penuh!" tukasnya. "Kau jangan mengelak lagi, kau mau merebut Calon Tunangan saya kan?"Tifany tetap saja tidak percaya pada pengakuan Radisha. Kebaikan Radisha selama ini rupanya tidak bisa membuatnya merasakan jika yang dilakukannya saat ini salah.Tifany membabi buta memarahi Radisha. Bahkan, dia mengancam akan memulangkan Radisha ke kampungnya lagi. "Apa perlu say
"Radisha ya ampun ... kenapa tidak masuk saja ke Rumah!" Tifany keluar dari rumah dengan tangan menggenggam payung. Danu bersama dengan Radisha menoleh pada Tifany, yang tengah berdiri di depan pintu rumah."Kenapa kau baru keluar? Oh-saya tahu ini pasti ulah kamu kan? Kamu marah sama Radisha karena aku tidak bisa bersamamu?""Danu, kau ini ngomong apa? Aku tidak sekejam itu, kau jangan menilai aku dari cangkangnya saja dong, kau belum mengenalku. Jadi jangan menyimpulkan kalau aku seburuk itu!" Sedemikian rupa Tifany berusaha bersikap baik di hadapan Danu, lantaran ia tidak mau Danu berpikir buruk tentang keluarganya.'Dasar Radisha, apa sih menariknya dari Perempuan Desa ini?' batinnya sangat kesal.Kemudian Tifany bergerak mendekat, dan mengajak Radisha untuk masuk ke dalam rumah. "Radisha, ayo ikut saya masuk!" ajaknya menggenggam tangan Radisha dengan keras. Kemudian berbisik di telinga Radisha.'Jangan
"Iya yang dia katakan benar, saya sengaja memintanya agar tetap bekerja di Rumah kita!" balas Tifany menimpali pertanyaan ibunya.Stevani kembali menatap pada Radisha. "Ya sudah kau letakkan saja makanannya di meja!" perintah Stevani.Radisha pun segera meletakkan makanan yang diminta oleh Tifany di meja ruang tamu itu. Tidak mau kena marah lagi oleh Tifany, Radisha segera bergegas meninggalkan ruangan tempat berkumpulnya keluarga Candler itu."Tunggu Radisha," panggil Tifany. Radisha menoleh lalu menyahutinya."Ada apa Nona? Apa Nona membutuhkan sesuatu?" tanyanya menoleh."Kemarilah, duduk di sebelahku sampai aku menghabiskan makanan ini!" pinta Tifany.Dengan langkah gemetar, Radisha kembali menghampiri Tifany. Ada rasa takut yang mulai menghantui isi kepalanya. "Silakan dilanjut Mom's ... sampai di mana tadi kita membahas pertunangan aku dengan Danu!" ucap Tifany sengaja mengencangkan volume suaranya, ia sengaja ber
Sinar mentari pagi perlahan naik kepermukaan, suasana pagi dengan aroma bau tanah yang masih basah tercium begitu kental di kota Cianjur. Pagi ini Prasasti Aulia, ibu kandung dari Radisha Adelia tengah berjalan menuju pasar. Niat hati ingin berbelanja, sialnya ia malah bertemu dengan para penagih hutang, anak buahnya Juragan Komar.Prasasti semakin mempercepat langkahnya, kala itu dia berada di tempat sepi jauh dari keramaian. Namun, sialnya dua anak buah dari Juragan Komar itu berhasil menghadangnya."HEY!" seru dua orang berkepala plontos itu memanggil Prasasti.Bulu kuduk Prasasti terasa berdiri semuanya, hatinya mulai berdesir ketakutan. Dia tahu saat ini dirinya dalam keadaan tidak aman."Mau apa kalian?" "Mau apa katamu Hem ... tentu saja kami mau menagih hutang padamu!""Saya tidak punya uang, saya mohon beri saya waktu untuk melunasi hutangnya. Tolong sampaikan pada Juragan!" ucap Prasasti dengan suara terengah-engah.
Tifany merasa bersalah saat mendengar semua yang di utarakan Radisha terhadap Danu, kini jalan pikirannya mulai terbuka, dan bisa merasakan kejujuran Radisha selama ini."Danu ... lebih baik kau masuk ke dalam, mungkin sebentar lagi Papa akan keluar dari kamarnya!" Tifany memanggil Danu, dan mempersilakannya masuk."Tidak usah, biarkan saya menunggu di sini!""Radisha ... ayo kita berangkat, kebetulan saya sudah terlambat!" Tifany berlalu begitu saja dari hadapan Danu, dan Radisha. Ia berjalan menuju mobilnya lebih dulu."Tuan ... saya tidak bisa menemani Anda lebih lama lagi di sini, saya harus berangkat kerja!" pamitnya terhadap Danu, dan segera menyusul Tifany ke dalam mobilnya."Silakan Radisha!" Danu menatap pada langkah gontai gadis desa bernama Radisha itu. 'Maafkan aku telah melibatkan kamu dalam masalahku Radisha!' batinnya merasa bersalah.Sementara Radisha, dan Tifany sudah dalam perjalanan menuju lokasi shoo
Radisha merasa khawatir kepada ibunya di kampung, tetapi dia tidak berdaya mau menolongnya pun tidak bisa. Karena Radisha belum memiliki uang. Kerjanya saja belum genap satu bulan di kota, mana mungkin Tifany akan memberikan gajinya secara cuma-cuma, terlebih lagi Radisha masih terbilang baru di bidang pekerjaan yang sekarang di jalaninya."Apa iya aku harus meminjam uang dari Nona Tifany, untuk menemui Ibu di Kampung?" ucapnya gusar sambil menggigit bibir bawahnya."Kau kenapa terlihat bingung seperti itu Radisha?" tanya Tifany setelah menghampiri Radisha.Radisha menelan salivanya, gugup saat tiba-tiba saja Tifany mengalihkan perhatiannya. "Radisha, apa yang terjadi? Apa kau sedang ada masalah?" tanyanya lagi.Radisha pun menjawab pertanyaan Tifany. "Anu ... itu, em ... enggak ada apa-apa kok!" jawabnya gugup.Tifany mengernyitkan keningnya, heran dengan gelagat aneh Radisha saat ini.Ia merasa penasaran pada asistennya itu. "A
"Aku bahagia seperti kau saat ini istriku," Danu mengecup kening Radisha, tiada kabar yang paling membahagiakan baginya selain kabar kehamilan istrinya, sudah sejak lama sekali menantikan kehadiran bayi dalam kandungan Radisha."Bisakah kita pulang?" pinta Radisha terhadap Danu."Jangan dong, wanita hamil sepertimu harus jaga kondisi kesehatan, apalagi kehamilan kamu ini rentan." larang Danu, ia tidak membiarkan istrinya pulang ke rumah sebelum memastikan kalau dia baik-baik saja."Aaaaa... pokoknya aku mau pulang, aku sudah tidak betah berada di sini Suamiku, plish." rengek Radisha tetap bersikukuh ingin pulang ke rumah.Danu kelabakan saat istrinya merengek ingin pulang ke rumahnya, sedangkan di sisi lain Danu sangat mengkhawatirkan kondisinya saat ini."Baiklah, kalau kau ingin pulang saja. Aku akan mencoba bertanya pada Dokter, semoga Dokter mengizinkan kamu untuk pulang ya," bujuknya agar Radisha bersikap tenang."Ya sudah c
"Simpan saja maafmu Audrey ... semoga dengan seperti ini kau bisa berubah," gumam Natalie lirih.Sebenarnya Natalie tidak tega melihat putrinya seperti ini. Tapi, semua ini harus dia lakukan demi kebaikannya."Kenapa kamu membiarkan Putri kita pergi Ma? Kasihani dia," ujar Naratama memprotes."Hanya dengan cara ini Putri kita bisa berubah, kamu jangan coba-coba menolongnya." tegas Natalie menatap suaminya.Naratama menggeleng kepalanya, ia tidak tega melihat putrinya harus pergi dari rumahnya sendiri. 'Maafkan Papa Audrey ... Papa tidak berdaya Nak,' batin Naratama menatap punggung putrinya yang semakin menjauh darinya."Kamu kenapa Pah? Inilah hasil dari kebodohanmu, apa kau tahu gara-gara kamu kehormatan Keluarga ini, dan Putri kita jadi korbannya." Natalie menyalahkan Naratama. Namun, Naratama sama sekali tidak memprotes istrinya lagi. Lantaran, yang di katakan Natalie memanglah benar kalau dirinya bersalah dalam hal ini.Sedangkan
"Pegang ini," Danu meminta Radisha memegang jek kabel, "Jika mereka berontak pasangkan saja colokan itu," sarannya lagi.Radisha menganggukkan kepalanya, ia mengetahui maksud Suaminya itu. "Danu ... kamu keterlaluan!" umpat Tifany marah pada sang BILLIONAIRE muda itu."Kalian jangan coba-coba berontak, jika tidak kalian akan di setrum!" ancam Radisha pada Tifany, dan Stevani."Radisha aku mohon lepaskan kami berdua, sungguh Radisha bukan saya dalang dari kecelakaan kapal itu, itu murni kesalahan nahkoda." mohon Tifany pada Radisha agar mau melepaskannya."Hei kalian berdua diam ya, say-," tiba-tiba saja ucapan Vina terhenti, Vina mulai merasa sesak."Kamu kenapa Vin?" Radisha terlihat panik saat melihat Vina tiba-tiba saja memegangi dadanya."Akhhhh! Dadaku tiba-tiba saja kenapa terasa sakit seperti ini Nona," dengan tangan meremas dadanya yang mulai sesak, Vina mencoba bertahan.Stevani tersenyum melihat kejadian itu, 'Mungkin racun dalam tubuhmu mu
Radisha menyunggingkan senyumnya, "Ya, tentu saja kau boleh menemuinya Ti," ucap Radisha mengijinkan Tifany untuk masuk ke dalam ruangan rawat tempat Vina masih berbaring lemah saat ini.Danu melirik pada Tifany, dan Stevani yang mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Vina. 'Sepertinya ada yang mencurigakan di sini? Aku harus cari tahu jangan-jangan kecelakaan Vina, dan Teman-temannya ada hubungan dengan Tifany?' batin Danu terus menatap pada Tifany yang mulai tenggelam di dalam ruangan itu.Danu beralih lagi pada istrinya, ia kecewa karena Radisha sudah membiarkan Tifany masuk kembali ke dalam kehidupannya. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" ucap Radisha membuat Danu tersadar. Danu berusaha mengatur emosinya sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Aku hanya tidak habis pikir saja sama kamu, kenapa kamu membiar-,""Sttt!" Radisha menempelkan jemari tangannya di bibir suaminya, seketika Danu terdiam. "Ini adalah caraku untuk menget
Tifany segera memutus sambungan begitu mengetahui Vina dirawat di sebuah rumah sakit, dengan menghubungkan Radisha terlebih dulu Tifany pun segera berangkat ke tempat itu."Apa kau yakin akan menemui Vina Tifany?" Stevani memastikan putrinya yang akan mengunjungi Vina di rumah sakit, "Bagaimana kalau kita urungkan saja niat kita?" Di sela menyetir mobilnya, Tifany menimpali ibunya. "Mama kenapa sih, terlhat khawatir seperti itu? Santai saja Ma, semua Orang tidak akan ada yang mempercayai kita," ucap Tifany meyakinkan ibunya.Stevani merasa takut kalau di rumah sakit dia bertemu dengan Danu, dan menuduh mereka yang tidak-tidak."Bukannya Mama takut Ti, tapi kamu tahu sendiri Danu itu Over thinking sama kita. Mama tidak mau di kait-kaitkan dengan kecelakaan yang di alami asistennya itu," cegah Stevani, dan berusaha memperingatkan Tifany agar mengurungkan niatnya."Mamaku sayang ... percaya sama Tifany ya, mereka juga tidak akan tahu kalau
Danu segera menghampiri Radisha, dan memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu Istriku, apa yang sebenarnya terjadi pada Vina?" Danu melepaskan kembali pelukannya, dan beralih menatap pada Vina yang terbaring lemah di dalam ruangan rawat.Radisha hanya menggeleng kepalanya. "Entah, aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya," lirih Radisha tak sanggup berkata-kata lagi."Semoga Vina segera siuman, setelah itu kita tanya kenapa dia sampai begini, dan ke empat Temannya itu ke mana?" Danu merasa janggal, dia heran atas apa yang terjadi pada asisten istrinya itu.Radisha hanya bisa menatap dengan nanar pada asistennya, ia tidak tahu ke mana yang lainnya."Kamu harus benar-benar bertahan Vina, kami ingin tahu siapa yang melakukan semua ini padamu," gumam Radisha.Danu ikut prihatin atas apa yang telah terjadi pada asistennya itu, dia tidak menyangka Vina akan mengalami hal ini.Dokter yang memeriksa kondisi Vina pun keluar dari dalam ruan
Danu terus mengemudikan mobilnya dia merasa kesal terhadap kesalahan yang telah diperbuat oleh adiknya. Sepanjang perjalanan dia terus merutuki perbuatan Audrey."Kenapa kamu selalu saja bertindak bodoh! Dasar tidak berguna! Memalukan!" umpatnya kesal di sela mengemudikan mobilnya.Tiba-tiba saja di depan jalanan macet, membuat Danu bertambah kesal. "Sial! Ada apa sebenarnya di depan kenapa jalanan malah macet seperti ini?" kesalnya, Danu segera memundurkan mobilnya untuk mencari putaran dia berniat untuk menghindari kemacetan.Kini Danu berhasil keluar dari kemacetan itu, dan sekarang Danu hampir sama di rumahnya. Danu memasuki area rumahnya, dan sekarang keluar dari mobilnya setelah dia menghentikan mobilnya. Dengan cepat Danu beranjak ke rumahnya. "Hanya di Rumah ini aku bisa mendapatkan ketenangan," Danu duduk di sofa ruangan tengah sambil menyilang kakinya.Namun, Danu merasa ada hal yang aneh. Ia mulai memanggil istrinya. "Radisha!" panggil
Audrey terhenyak jauh dia tidak bisa lagi menyangkal kalau dia telah membuat malu keluarganya. Dia kesal, dan marah karena Edwin telah menjebaknya.“Ini semua karena Papa yang memintaku untuk datang ke Hotel itu! Puas Pah!” Audrey memaki Papanya sendiri.“Apa?” Danu tercengang ketika mengetahui hal itu, Danu menggeleng kepalanya dia meninggalkan rumah besar keluarganya, “Selesaikan masalah kalian sendiri aku sudah memiliki kehidupan sendiri, dan aku tidak mau di ganggu!” kesal Danu setelah mengetahui kalau dalang dibalik semua itu adalah papanya.“Puas kalian! Siapa lagi sekarang yang mau berbaik hati menolong Keluarga ini kalau bukan Danu, Papa sama Audrey sudah sangat keterlaluan!” Natalie mengejar putranya berusaha menghentikan. Namun, sudah terlambat Danu telah meninggalkan rumahnya.Natalie terduduk di teras depan rumahnya, dia meratapi nasib perusahaan yang di ambang kehancuran. “Hidupku! Perusahaanku kini hancur sudah,” rintih Natalie meratapi nasib sialnya.
"Audrey!" ucap Danu memberitahu Radisha."Kenapa dengan Audrey? Tumben sekali dia meneleponmu sepagi ini?" dengan rasa penasaran Radisha bertanya pada suaminya. Namun, Danu tidak langsung menjawab ia malah bangkit dan pamitan padanya."Aku harus segera ke kantor, kamu hati-hati di Rumah!" Radisha tahu kalau Danu sengaja tidak menjawabnya. "Baiklah, hati-hati di jalan," Radisha menatap nyalang langkah Danu yang semakin menjauh darinya.'Ada apa sebenarnya dengan Audrey? Apapun itu mudah-mudahan bukan kabar buruk,' batin Radisha tidak ingin ikut campur urusan suami dan adiknya terlalu jauh.Radisha kembali membersihkan ruangan makan, dan merapikan piring bekas makanan itu.Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, Radisha pun segera bergegas menghampiri pintu utama rumahnya untuk memastikan siapa yang bertamu ke rumahnya.Radisha tersenyum melihat kedatangan salah satu asistenya. Sedetik kemudian senyuman itu memudar setelah tah