“Kita tak perlu serakah untuk mengambil semuanya, tujuan kita hanya membawa secukupnya untuk kesembuhan Gusti Maharaja!?” ucap Panglima Mandurareja yang memiliki pemikiran yang cukup bijak.
“Kita bawa satu dahan saja untuk diberikan kepada Raja Malaka!” ucap Sagara Byakta. “Sedangkan masing-masing dari kalian mengambil secukupnya untuk keperluan masing-masing!”
“Lalu bagaimana dengan sisanya?” ucap Zhang Hao. “Bisa saja ada orang yang menggunakan Pohon Kehidupan untuk kepentingan mereka?”
Sagara langsung ambruk di antara reruntuhan di Pulau Kupu-kupu yang sudah hancur seperti ditabrak benda besar. Membuat Mei Ling, Tuan Putri Ayu Lestari, Parameswara, Zhang Hao dan Panglima Mandurareja harus menghentikan serangan. Padahal mereka sudah dapat memojokan lawann
“Biarkan saja, kita sudah mendapatkan berkahnya lebih dari cukup!” ucap Sagara yang mengambil beberapa helai daun untuk dipakai sendiri. Lalu pergi menuju ke arah Kapal Bajak Laut Bendera Tengkorak yang sudah menunggu, langit sudah menuju malam.Semua tak ada yang berani membawa banyak karena merasa bahwa dengan serakah justru akan membawa bencana. Lagi pula orang-orang Randu Pandega juga bisa mengambilnya sama seperti yang ada di tempat tersebut, mereka punya hak yang sama.Hanya Zhang Hao yang membawa cukup banyak hingga perlu memanggul semua daun yang dibawa meskipun yang ditinggal sangat banyak. Namun dia sepertinya memikirkan sesuatu tentang daun Pohon Bodhi tersebut untuk dijadikan pil obat.***Langit sangat cerah ketika pagi hari datang, Kapal Bajak L
"Apa kau mengenal beberapa orang di sana?" tanya Sagara yang ikut naik ke pusat kendali sambil memperhatikan semuanya. Mencoba mengamati apa yang sebenarnya harus dilakukan dengan apa yang terjadi sebenarnya."Mereka adalah Prajurit Kerajaan Malaka sendiri dipimpin oleh Panglima Gangga Segawa langsung!" ucap Sang Panglima yang kembali menghela nafas memikirkan apa yang sebenarnya terjadi."Ada dua kemungkinan hal itu terjadi!" jawab Sagara yang melihat Tuan Putri Ayu Lestari tampak sedih dengan apa yang terjadi."Pertama mereka menganggap kalian bertiga sudah tewas, menganggap Kapal ini adalah milik musuh!""Sedangkan yang kedua?" tanya Parameswara kini ikut bicara, paham sebenarnya ada sesuatu yang tidak beres di Malaka.
"Apa kamu bilang?" keluh Sang Panglima yang kembali merebut teropong dari anak buahnya. Memastikan kebenaran yang diucapkan oleh anak buahnya, apa benar Tuan Putri ada di tempat tersebut.Panglima Gangga Segawa terkejut melihat apa yang ada di Kapal tersebut, memang benar itu adalah Tuan Putri Ayu Lestari. Bahkan di belakangnya ada juga Panglima Mandurareja dan Parameswara. Kini Kapal semakin dekat hingga sangat jelas ketiganya melambaikan tangan kepadanya."Kau benar, tetapi mereka tidak dalam keadaan terikat seperti yang dibicarakan!?" keluh Sang Panglima yang dibuat bingung dengan situasi yang terjadi."Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya orang yang selalu memakai teropong tersebut."Utus lima orang ke Kapal itu menggunakan sampan, kita
Seorang prajurit akhirnya membuka paksa pintu dimana seharusnya Paksi Jaladara ada di tempat tersebut, namun alangkah terkejutnya ketika melihat apa yang terjadi. Paksi Jaladara ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dengan leher menganga akibat sabetan pedang.“Jelas sudah, ada yang tidak beres di Istana!” ucap Panglima Mandurareja yang mencoba mengamati apa yang sebenarnya terjadi pada mayat tersebut. Dimana Paksi Jaladara terbunuh belum lama, jelas ketika mengetahui Tuan Putri Ayu Lestari kembali hal ini terjadi.“Sepertinya Aku tahu senjata siapa yang melakukan ini!” keluh Panglima Mandurareja sambil terus menatap mayat Paksi Jaladara yang tampak aneh. Panglima Gangga Segawa juga ada di tempat tersebut yang juga ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di tempat tersebut.***
“Tenang saja, masalah ini akan selesai besok pagi!”Ketiganya berjalan santai untuk ke arah Istana Selatan, namun di balik atap Istana ada beberapa orang yang memperhatikan ketiganya. Sepertinya mereka punya niat tidak baik kepada Sagara karena mereka berjumlah empat orang dengan senjata lengkap seperti seorang ninja Shinobi dari Pulau Bunga.Keempatnya terus mengikuti langkah ketiga orang tersebut hingga sampai ke sebuah lorong yang sangat sempit dengan jalan satu arah. Jelas tempat tersebut sangat cocok dijadikan tempat perburuan.“Sepertinya kita betul-betul diincar!” ucap Zhang Hao yang saling membelakangi Mei Ling dan Sagara. Sadar jika mereka mau tak mau harus berurusan dengan empat orang berpakaian serba hitam tersebut. Pakaian tersebut mengingatkan kepada orang-orang berjubah saat per
Setahu Tuan Putri Ayu Lestari, ayahnya sudah pingsan ketika pulang berburu di Hutan yang tak jauh di Istana. Dia mengalami penyakit yang sama dengan hampir seluruh orang yang pulang dari berburu.Setelah beberapa kali menghela nafas, Sang Prabu pada akhirnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ketika dia berangkat berburu bersama dengan beberapa orang tertua Kerajaan. Hanya Mahapatih yang tidak ikut karena harus menjaga Kerajaan takut terjadi hal yang tak diinginkan terjadi, mengingat situasi sedang genting."Apakah benar ada musang yang menerjang ayah hingga seperti ini?" tanya Tuan Putri Ayu Lestari lagi."Bagaimana kamu tahu?" tanya Prabu Wirabuana yang heran kenapa bisa ada yang tahu dengan apa yang terjadi. Padahal saat pertarungan melawan hewan itu dia adalah orang terakhir yang terluka.
Namun yang membuat Tuan Putri Ayu Lestari kesal ketika melihat salah satu di antara Eyang Maheswara. Orang itu adalah lelaki yang sangat dipercaya olehnya selama ini."Kenapa Tuan Putri?" ucap orang tersebut."Apakah kau terkejut dengan apa yang terjadi?""Ternyata selama ini kau yang menjadi serigala berbulu domba. Pantas saja Aku tak pernah berhasil mencari Pohon kehidupan!?" keluh Tuan Putri Ayu Lestari. Paham jika selama ini ada orang yang mengkhianati dirinya di dekatnya. Lelaki yang selalu menolongnya padahal dialah salah satu dari otak pemberontakan yang dilakukannya sekarang yang jelas membuat Tuan Putri Ayu Lestari murka.“Sebenarnya Aku berbaik hati denganmu dengan membiarkan hidup!” ucap lelaki muda tersebut. “Tetapi kau malah membayar
Bahkan Panglima Mandurareja entah dimana sekarang, sepertinya dia sudah diserang sosok serba hitam sebelumnya. Lelaki itu tampaknya terluka sangat parah dalam penyerangan seperti yang dialami oleh Sagara, Zhang Hao dan Mei Ling.Bedanya dia terluka parah karena tidak waspada dalam perjalanannya Pulau dari kediaman Tuan Putri Ayu Lestari. Mulai saat itu Panglima Mandurareja sudah tak pernah terlihat lagi di Istana Malaka.Eyang Maheswara tampak gagah dengan pakaian Maharaja yang siap diambilnya, tanda dia sudah siap menjadi pimpinan salah satu dari 5 Kerajaan Besar di Benua Timur itu. Hanya perlu mengambil mahkota yang masih dipakai oleh Prabu Wirabuana, maka dia akan menjadi Maharaja. Sepertinya lelaki itu ingin menjadi Maharaja dengan terlihat syah tanpa pemberontakan."Silahkan Maharaja Maheswara
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan