“Aku sungguh minta maaf, tapi aku tidak dapat menemukan Naomi dimanapun, justru saat bertemu dengannya, dia—“ bibi Lucy memandang gadis berambut pirang itu penuh arti.
“Kau tenang saja, Noland. Aku bisa menjaga rahasia. Lagipula aku sudah tidak memiliki siapapun lagi, jadi kau dan juga pangeran tidak perlu merasa harus bertanggung jawab. Aku akan melakukannya” jawab Ravena Laine, gadis berambut pirang yang muncul dari balik bahu bibi Lucy.
“Tidak! Kau tidak bisa, kenapa harus dirimu?” Noland memutar matanya kemana saja, dia tidak ingin Ravena menyadari kegundahan hatinya saat ini.
Mereka baru dua kali bertemu, namun kedua pertemuan itu sudah mampu menumbuhkan perasaan suka di hati Noland. Dia menyukai Ravena pada pandangan pertama, saat dirinya menemukan gadis itu berada di padang pasir di ujung Selatan Caligo.
Sekarang, dia malah mendapati gadis itu menyerahkan diri dengan sukarela!
“Karena aku masih perawan. Bukankah pangeran mencari seorang perawan untuk ‘menyembuhkan’nya?” kali ini Noland tidak bisa berkata apapun lagi, melihat sikap Ravena yang tegas dan penuh keyakinan seperti itu, membuat nyalinya ciut.
Setelah ini, Noland tidak akan bisa melihat gadis itu dengan cara yang sama lagi. Karena dia tidak mungkin berebut seorang wanita dengan Harvey. Terlebih lagi, mungkin setelah malam ini, mereka tidak akan bertemu lagi. Setelah malam ini, dia akan kehilangan Ravena untuk selamanya.
Pria itu menahan agar air matanya tidak menetes. Tak lama kemudian dia meraih tangan Ravena dan membawanya pergi untuk menemui Harvey. Nyawa sang pangeran sedang berada di ujung tanduk sekarang, jadi mereka harus bergegas.
***
"Masuklah" Noland mempersilahkan Ravena masuk setibanya mereka di pondok.
"Hmm" Ravena hanya menggumam sembari mengangguk sebelum meninggalkan Noland yang lebih memilih duduk di kursi bambu, yang terletak tidak jauh dari pondok.
Noland tidak bisa pergi dari sana karena dia harus memastikan pangeran Harvey selamat dan tetap hidup. Meskipun dia tahu, itu akan menyakitinya.
Ravena berjalan tanpa suara saat memasuki pondok. Itu adalah tempat tinggal yang indah dan nyaman untuk ukuran letaknya yang di tengah hutan, sangat terawat dan lebih terlihat seperti ‘tempat pelarian’.
Ravena meraih saklar terdekat untuk mematikan lampu, ini adalah pengalaman pertama baginya, wajar kalau dirinya merasa malu. Mereka hanya berdua saja di ruangan itu, menimbulkan atmosfer yang sedikit asing dan Ravena seketika merasakan dadanya berdesir dengan ritme yang semakin cepat.
“Siapa namamu?” suara itu terdengar berat dan seksi sekaligus, Ravena juga bisa merasakan saat pria itu perlahan bergerak ke arahnya.
“Ravena” jawabnya singkat, jujur saja dirinya sangat gugup sekarang ini. Dia bahkan tidak melepaskan kedua telapak tangannya yang saling meremas sejak tadi.
“Ravena—?” Harvey mengangkat sebelah alisnya, sengaja menggantung pertanyaannya.
“Ravena saja, aku sebatang kara” jawab Ravena cepat saat memahami pertanyaan Harvey yang menggantung itu.
“Begitu rupanya. Kau sudah tahu kan untuk apa kau berada di sini?” Harvey menggunakan mata birunya yang tajam untuk menelusuri siluet tubuh Ravena yang berdiri di hadapannya.
Dalam hati mengumpati gadis itu karena berani mematikan lampu tanpa seijinnya.
“Tentu saja, dan aku akan menjaga rahasia ini sampai mati” Harvey menghembuskan napas berat, sepertinya Noland belum memberitahunya tentang kutukan itu, kalau tidak, dia tidak akan mengatakannya selantang itu.
“Apa kau perlu bersiap lebih dulu? Mandi mungkin?” Harvey mencoba mengulur waktu, namun napasnya yang terengah dan memburu disadari oleh Ravena.
Gadis itu berjalan mendekati Harvey dan menyentuhkan tangannya pada otot dada yang keras dan berlekuk. Pria itu tidak berpakaian, pikirnya. Meskipun sedikit gemetar, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ini adalah keputusannya dan Ravena siap menanggung apapun resikonya.
Harvey yang sudah lama menahan hasratnya pun, tanpa menunggu lagi langsung mengangkat tubuh Ravena dan membaringkannya di atas ranjang besar yang terletak di tengah ruangan, lalu menindihnya.
"Sudah terlambat untuk melarikan diri sekarang" Harvey menyeringai sebelum bibirnya menabrak bibir gadis itu dengan angkuh dan memagutnya dengan rakus.
Ravena, secara mengejutkan menikmati sentuhan pria itu. Dia merasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang di perutnya.
“Ya Tuhan” tanpa sadar dia mengerang saat bibir pria itu melepaskan bibirnya dan berpindah untuk menelusuri leher dan lengannya.
Ravena tidak memiliki pengalaman dalam hal ini, dia masih perawan saat meninggalkan Feyre. Mantan tunangannya pun tidak pernah seberani ini. Sekarang, pria di atasnya itu, justru melakukannya lebih intim!
Perlahan, setelah dia berhasil mendapatkan kenyamanannya. Ravena mulai menyelaraskan diri untuk mengikuti permainan Harvey. Pria itu tampak ‘lapar dan rakus’.
“Kau menyukainya?” Harvey bertanya dengan napas terengah, tangannya sedang bermain-main di atas dada Ravena yang masih berbalut gaun malam berwarna biru.
“Ya” Ravena tak bisa lagi menahan erangannya saat tangan pria itu kini berpindah turun menyentuh pahanya, kemudian daerah paling sensitif di antara kedua pahanya.
“Ada apa?” Harvey mengernyit tak suka saat mendapati kedua kaki Ravena tertutup secara tiba-tiba.
“Aku hanya terkejut, ini adalah pertama kalinya bagiku” Harvey tak bisa menahan senyumnya, di jaman sekarang ini dia masih bisa menemukan seorang perempuan yang masih bisa bersikap malu-malu saat disentuh.
“Aku pun sama” setelah mengatakan itu, Harvey menurunkan tubuhnya menuju Ravena, membuat gadis itu berteriak dan mengerang secara bersamaan.
Karena ruangan itu gelap, Harvey sampai tidak menyadari kalau darah segar yang keluar dari tubuh gadis itu bukanlah berwarna merah.
***
Noland yang masih menunggu di depan pondok, merasa kesulitan untuk tidak menghiraukan suara erangan dan juga desahan Ravena yang sangat keras itu. Dia bahkan bisa mendengar suara ranjang yang berdecit akibat percintaan panas sang pangeran dengan Ravena yang terjadi semalaman penuh! Noland bersumpah, dia baru berhenti mendengar suara keduanya saat matahari mulai terbit!Siang harinya, Harvey melihat sekali lagi punggung telanjang Ravena yang berbaring membelakanginya. Saking lembutnya deru napas gadis itu, Harvey sampai tidak menyadari kalau dia masih hidup. Ada penyesalan yang terpancar dari sepasang mata birunya. Dan ketika dia hendak melihat wajah gadis yang telah ‘menyelamatkannya’, Noland sudah lebih dulu mengetuk pintu.“Sebaiknya kau pergi sekarang, akan berbahaya kalau mereka tidak menemukanmu dimanapun” ucap Noland segera.“Baiklah, aku serahkan urusan di sini padamu” Harvey menatap lagi punggung Ravena dengan ekor matanya untuk terakhir kali, berniat menyimpan memori tentang
Tiga hari sebelumnya…Ravena Laine yang merupakan putri sulung raja Emmett Laine dan ratu Leonor Harper. Terlahir sebagai pewaris sekaligus penerus tahta kerajaan Feyre, sebuah kerajaan di belahan Barat negara Eldham. Namun, setelah kematian sang ratu di usia Ravena yang ke lima tahun. Raja Emmett menikah lagi dengan seorang bangsawan bernama Frederica Owen, yang kemudian melahirkan adik perempuannya, Edith Laine.Setelah pernikahan kedua ayahnya, kehidupan Ravena berubah seratus delapan puluh derajat. Selain dirinya tidak lagi menjadi satu-satunya tuan putri di istana, ayahnya pun terkesan selalu memihak istri kedua dan adiknya. Kesabaran Ravena selama bertahun-tahun pun sia-sia, hingga dia berakhir di sini sekarang. Di tempat paling Selatan kerajaan Helion, kerajaan terbesar dan terkuat di dunia. Ravena hanya bisa memikirkan tempat itu saat dirinya hendak kabur dari istananya. Dia bertekad untuk mencari jati diri dan asal-usulnya di sana.“Tuan putri, sebaiknya kita istirahat dulu.
“Astaga, kita bahkan baru istirahat sebentar” Naomi mendengus kesal, dan dirinya sudah siap naik ke atas kudanya sebelum Ravena memberi instruksi untuk tetap diam di tempat. Dari jarak beberapa ratus meter, mereka mendengar beberapa langkah tapak kuda yang semakin mendekat. Benar saja, hanya dalam waktu kurang dari lima menit mereka sudah di kepung. Setidaknya ada sepuluh orang dengan masing-masing menunggangi kuda, dan mereka semua memakai baju yang sama. “Katakan siapa kalian? Beraninya masuk ke wilayah Caligo secara diam-diam” Ravena mengamati salah satu penunggang kuda yang berbicara padanya. “Apakah kalian penyusup? Atau gadis penjual diri?” pria lainnya menimpali. “Apa katamu? Dasar tidak tahu sopan santun” Naomi hampir saja meledak kalau saja Ravena tidak segera menghentikannya, dia melirik dan memberi isyarat pada gadis itu untuk berhenti berbicara. “Kami sedang melakukan perjalanan dan sedang beristirahat sebentar” ucap Ravena dengan tenang. Setelah mengamati ke sepuluh
“Naomi, ya Tuhan kau sudah sebesar ini. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya seorang wanita berusia sekitar enam puluhan.“Maaf, apa aku mengenalmu?” Naomi bertanya dengan hati-hati, sambil ekor matanya sesekali menatap Ravena di sisinya.“Aku Lucy, bibimu. Aku adik ibumu, kau lupa?” ucapnya lagi.Naomi menunjukkan wajah berpikir sebelum mulutnya mengembang membentuk huruf O yang besar.“Bibi Lucy! Astaga, aku tidak percaya bisa bertemu denganmu di sini” Naomi yang sudah menemukan kembali ingatannya, dengan cepat menghambur dalam pelukan wanita tua itu.“Dia siapa?” bibi Lucy menunjuk Ravena yang tampak canggung dengan sudut matanya“Oh, iya. Kenalkan dia… ““Aku temannya, Ravena” Ravena memotong cepat ucapan Naomi sembari membungkuk hormat.Bibi Lucy mengangguk sebelum membawa kedua gadis itu ke sebuah kedai terdekat.“Aku senang sekali bertemu anggota keluargaku di sini. Terakhir kali kita bertemu itu sudah lama sekali, kan? Aku sampai hampir lupa karena penampilan bibi yang sekaran
Pria itu menunduk sejenak sebagai bentuk sopan santun. Membuat bibi Lucy memandang mereka dengan penuh tanda tanya. 'Apakah mereka sudah saling mengenal?' Pikirnya. “Kau mengenalnya?” bibi Lucy bertanya pada Naomi sementara jarinya menunjuk pria itu. “Kami bertemu beberapa saat yang lalu” jawab Naomi jujur, yang langsung mendapat anggukan persetujuan dari pria jangkung di depannya. “Tuan ini adalah salah satu dari sepuluh tentara yang menunjukkan jalan menuju kota pada kami” Ravena melanjutkan, matanya masih belum lepas memandangi pria itu. Dia sudah berganti seragam. Kali ini pakaiannya terlihat lebih formal, stelan baju dan celana berwarna putih dengan campuran warna hitam di leher hingga dada, dilengkapi aksesoris khas kerajaan Helion berwarna emas di kedua pergelangan tangannya. Dia juga mengenakan topi yang memiliki warna serupa dengan seragamnya, yang dihiasi sekitar tiga hingga empat helai bulu angsa berwarna bi
“Memangnya kau apa kalau bukan manusia? Merpati? Sana, pergilah ke belakang dan temui temanmu” jawab Naomi asal, membuat Ravena tertawa terbahak-bahak.Ravena senang sekali menjahili gadis itu, karena Naomi memiliki sifat yang blak-blakan dan meledak-ledak, membuatnya mudah sekali untuk diprovokasi.Meski begitu, Naomi adalah orang paling setia yang pernah dia temui, bahkan melebihi keluarganya sendiri. Dia juga rela meninggalkan orang tuanya di Feyre demi kabur bersamanya.“Kenapa menatapku seperti itu?” Naomi bergidik ngeri saat tiba-tiba Ravena menatapnya dengan serius.“Terima kasih karena selalu berada di sisiku” Ravena mengatakannya dengan tulus, tangannya meraih tangan Naomi dan menggenggamnya erat.“Kau sudah mengatakannya seratus kali, tuan putri” Naomi memutar bola matanya, merasa jengah dengan ucapan Ravena yang diulang-ulang.‘Kenapa orang lain bisa begitu bai
Selain ayahnya, Noland adalah orang lain yang tahu tentang keadaannya. Sebagai calon penerus raja, dirinya diharuskan untuk menikah dan memiliki keturunan.Tentu saja itu adalah hal yang mustahil baginya, karena dia tidak akan pernah bisa menyentuh gadis manapun di dunia ini!"Menikah? cih!" pria itu tersenyum sinis.Lalu mengangkat gelas anggur merahnya dan bersulang dalam kesunyian dengan pemandangan di luar sebelum meneguk dan menyesapi sensasi rasa merlot favoritnya.“Pangeran Harvey, sebaiknya anda beristirahat, malam sudah semakin larut dan sepertinya besok akan menjadi hari yang panjang” Noland berusaha mengalihkan pembicaraan, tidak ingin sang pangeran semakin berlarut-larut dalam kesedihannya.Sebagai salah satu orang terdekat pangeran Harvey, dia tahu, sudah bertahun-tahun kutukan itu selalu menjadi mimpi buruk bagi sang pangeran. Dalam hati kecilnya, Noland merasa kasihan dengan nasib pria itu.“
“Jadi, kemana kita hari ini?” Senyum Naomi mengembang saat mereka sudah berada di halaman rumah bibi Lucy, bersiap untuk menjelajah Helion.“Bagaimana kalau kita mulai dengan membeli makanan, lalu beberapa pakaian?” ucap Ravena penuh minat.“Ide bagus!” Naomi melompat kegirangan bak anak kecil yang baru saja dibelikan permen.Mereka mulai keluar rumah dan berjalan-jalan. Menikmati setiap sudut keindahan Helion. Tidak salah kalau selama ini, orang selalu mengatakan kalau Helion adalah sumber kemakmuran. Karena pemadangan yang disuguhkan benar-benar luar biasa.“Semua hal yang ada di sini sungguh jauh berbeda dengan di Feyre, ya” Ravena berjalan dengan penuh kekaguman.Matanya bergerak liar menjelajahi toko-toko pakaian dan pernak pernik di balik dinding kaca yang berjajar rapi di sepanjang jalan, juga kedai-kedai yang menjual berbagai jenis makanan di sisi lainnya.Orang-orang d
Halo, semuanya. Finally! Saya ingin menutup tirai cerita terakhir “Kekasih Hati Sang Putri” dan mengucapkan perpisahan di sini. Ini adalah karya pertama saya yang masih memiliki banyak kekurangan dan hal-hal lain yang saya sesali, tapi saya harap readers sekalian tetap dapat menikmati setiap momen dan alur ceritanya.Selama saya melihat progress para pembaca setiap harinya, dengan rasa haru, penuh syukur dan refleksi diri sebagai seorang author, saya bisa menjalani hari-hari menyenangkan yang sangat berarti. Subscriber, vote dan komentar yang kalian tinggalkan menjadi motivasi terbesar saya dalam mengerjakan cerita ini.Saya benar-benar bersyukur kepada kalian semua, dan saat kita bertemu lagi, saya pasti akan kembali dengan cerita yang lebih seru dan lebih menarik.Semoga kalian semua selalu sehat dan bahagia! ^_^&n
Noland menyambut tangan Naomi dan mereka berjalan bersama sebelum mengucapkan janji pernikahan. Kemudian diakhiri dengan ciuman bibir yang dalam dan panjang, terlena satu sama lain. Sampai mereka mendengar sorakan dan keduanya menoleh melihat kerumunan orang yang masih berjajar di belakang mereka.Dengan wajah bersemu merah, Naomi dan Noland perlahan mengangkat gelas anggurnya, diikuti semua orang yang hadir di sana. Mereka semua mengucapkan selamat atas pernikahan Naomi dan Noland yang dirayakan secara besar-besaran. Tak terkecuali Ravena, wanita itu menatap puas pada kebahagiaan yang tengah meliputi Naomi.“Benar-benar raja besar Helion. Kau bahkan mengundang para raja dari kerajaan lain untuk menghadiri pernikahan abdi setiamu.” Celetuk Alex di belakang Harvey, pria itu menggeleng, mengakui kekuasaan Harvey yang tak terbatas.“Karena mereka membutuhkan perjanjian kerja sama dengan Helion, jadi mau tak mau mereka harus datang
Satu minggu berlalu, Ravena baru saja kembali dari istana langit. Dirinya sudah mendapatkan jasad dewa Arthur secara utuh dan memakamkannya dengan layak di istana langit, di dekat makam dewi Alora. Kemudian memberikan sebuket bunga mawar besar di monumen di Aphrodite yang dibuat Harvey untuk menghormati mendiang ayahnya.Ravena sudah mendengar cerita lengkapnya dari Harvey. Tentang raja Hames yang meninggal bunuh diri akibat menanggung malu karena gagal mengenali permaisuri Camilia sebagai penyihir jahat. Kemudian ayahnya, raja Emmett juga meninggal tiga tahun yang lalu karena penyakit jantung. Sekarang hanya tersisa ibu tirinya Frederica, wanita itu masih berada di Eldham, namun Noland mengasingkannya dan tidak mengijinkannya keluar untuk bertemu siapapun.“Yang mulia ratu, gaun pesanan anda sudah tiba.” Ucap seorang membuyarkan lamunan Ravena. Dirinya sedang berada di balkon penginapan tempatnya dulu pernah menginap saat menghadiri acara
Akhirnya, Ravena menekankan dadanya yang sensitif di tubuh Harvey yang hangat dan kuat. Harvey menyingkirkan sisa kemeja dan menanggalkan sisa pakaiannya saat Ravena berbaring di atas ranjang. Kemudian Harvey berbaring di samping Ravena, kaki mereka bertautan, tubuh mereka mendesak untuk bisa bersatu. Harvey memposisikan diri.“Kau bisa menahannya?” Tanya Harvey dengan hati-hati, pasalnya ini adalah pertama kalinya mereka melakukannya lagi setelah sepuluh tahun.“Hm, ya.” Suara Ravena tertelan di tenggoorokan, digantikan dengan lenguhan panjang. Rasa sakit nikmat yang intens terasa saat Harvey menyatukan tubuh mereka dengan sangat pelan.Ravena berfokus pada wajah Harvey, pada cinta yang tersirat pada wajah pria itu, merasa puas karena mereka telah bersatu bersama namun masih menginginkan lebih. Kemudian Harvey mulai bergerak, mengirimkan sensasi liar yang bergulung-gulung dari dalam diri Ravena. Bibir Ravena terbuka dan
“Aku melakukannya demi dirimu dan juga demi kehidupan damai seluruh umat manusia.”“Sedikit saja ada kesalahan, kau bisa terbunuh. Apa kau tahu?” Ravena mengangguk.“Aku bahkan membiarkanmu pergi seorang diri ke Elettra waktu itu. Kalau aku tahu kau sudah melepaskan inti kekuatan perisaimu, aku pasti tidak akan mengijinkannya.”“Sudahlah. Lagipula hal itu sudah lama sekali berlalu. Sekarang aku sudah sepenuhnya sadar dan menjadi lebih sehat, apa itu saja tidak cukup?” Ravena menatap Harvey dengan mata berseri-seri, berharap pria itu akan luluh dan berhenti memarahinya.“Tetap saja aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri. Kalau sampai kau tidak selamat, aku akan—““Ssssttt, jangan berbicara lagi.” Ravena meletakkan telunjuknya di bibir Harvey, mencegah suaminya berbicara sembarangan lagi.“Aku mencintaimu, sangat.” Harvey lalu
“Jangan sampai nanti tiba-tiba ada dewa istana langit turun ke bumi dan mengaku-ngaku sebagai tunangannya.” Lanjut Alex, pria itu sangat menikmati melihat raut cemas Harvey.Alex merasa bangga pada dirinya sendiri karena bisa mempermainkan Harvey dan membalas perbuatan pria itu yang telah mengerjainya. Alex masih kesal karena Harvey telah membuatnya menghadiri beberapa acara pernikahan untuk mewakilinya, sekalipun dirinya tidak mengenal orang-orang itu.“Bicara sekali lagi aku akan menyuruh orang tuamu menjodohkanmu dengan Caecilia.” Ancam Harvey dengan tatapan tajam menusuk.“Caecilia? Caecilia Clark? Tidak terima kasih. Kalau kau melakukannya, aku tidak akan mau mengenalmu lagi.” Alex memajukan bibirnya kesal.***Harvey membolak-balikan buku di tangannya dengan gusar. Pikirannya terus saja mengingat kata-kata Alex beberapa waktu lalu. Dia sudah bisa menebak sejak awal, namun dirinya terlalu pe
“Kau melanggar aturan langit dan menahan sakit demi diriku. Tapi aku malah berkali-kali menyakitimu. Maafkan aku, setelah kau sadar, aku janji akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Dan hanya akan mencintaimu saja seumur hidup ini. Aku akan menantikannya dengan sabar.” Harvey meraih tangan Ravena dan mengecup punggung tangannya dengan lembut.“Kau memang harus melakukannya.” Harvey menoleh dan mendapati Emilie beserta Raina sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.“Kalian datang?” Tanyanya basa-basi.“Ya. Kami harus memastikan keadaannya. Bagaimanapun tuan putri adalah satu-satunya keturunan dewa tertinggi yang tersisa.” Emilie melihat Harvey dari sudut matanya, lalu melewati pria itu begitu saja menuju Ravena.“Kau melupakan Alora.” Sahut Harvey kemudian.“Ah ya, benar.”Harvey mendengus lalu meninggalkan ketiganya di kamar. Pria itu memaklumi kalau Emi
“Maafkan aku. Aku tidak bisa menolak perintah raja saat itu.”“Sudahlah.” Harvey menarik napas dalam-dalam untuk meredam emosinya.“Lagipula hal ini sudah lama berlalu. Yang terpenting sekarang kau sudah menyadari kesalahanmu dan aku sudah bersatu kembali dengan Ravena.” Putus Harvey, tidak berniat memperpanjang masalah yang telah lalu.“Sekali lagi aku minta maaf, yang mulia. Karena telah mengecewakanmu.”“Lupakan saja. Sekarang kau pergilah.” Harvey mengangkat salah satu tangannya, memberi isyarat pada NolandHarvey mendengus sesaat setelah kepergian Noland. Pikirannya dipenuhi dengan ayahnya yang ternyata telah merencanakan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya. Selain malam pertamanya dengan Ravena, semuanya bukanlah sebuah kebetulan. Harvey lalu mengusap wajahnya dengan kasar, tidak tahu harus marah atau justru berterima kasih pada mendiang ayahnya.“K
“Ravena tahu, aku seharusnya mati pada saat serangan kudeta waktu itu. Jadi dia memutuskan untuk melepakan inti kekuatan perisai miliknya dan memberikannya padaku. Dia melakukannya untuk menyelamatkanku dan juga menyelamatkan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Sejak saat itu takdir kami berubah. Dia adalah satu-satunya orang yang melanggar aturan langit dan mengubah takdir—untukku.” Harvey memberi jeda pada kata terakhirnya, lalu menunduk saat mengatakan kebenaran tentang takdir Ravena.“Kenapa?”“Karena dia adalah seorang dewi agung. Keturunan langsung dewa dewi tertinggi istana langit.”“Ternyata tuan putri telah benar-benar jatuh cinta dan memiliki pendirian yang teguh terhadapmu.” Noland mengatakannya dengan tulus, kecemburuannya pada mereka berdua sudah hilang sepenuhnya.Noland sudah tidak lagi memiliki perasaan pada ratu Helion yang baru itu.“Manusia biasa sepe