Tiga hari sebelumnya…
Ravena Laine yang merupakan putri sulung raja Emmett Laine dan ratu Leonor Harper. Terlahir sebagai pewaris sekaligus penerus tahta kerajaan Feyre, sebuah kerajaan di belahan Barat negara Eldham. Namun, setelah kematian sang ratu di usia Ravena yang ke lima tahun. Raja Emmett menikah lagi dengan seorang bangsawan bernama Frederica Owen, yang kemudian melahirkan adik perempuannya, Edith Laine.
Setelah pernikahan kedua ayahnya, kehidupan Ravena berubah seratus delapan puluh derajat. Selain dirinya tidak lagi menjadi satu-satunya tuan putri di istana, ayahnya pun terkesan selalu memihak istri kedua dan adiknya.
Kesabaran Ravena selama bertahun-tahun pun sia-sia, hingga dia berakhir di sini sekarang. Di tempat paling Selatan kerajaan Helion, kerajaan terbesar dan terkuat di dunia. Ravena hanya bisa memikirkan tempat itu saat dirinya hendak kabur dari istananya. Dia bertekad untuk mencari jati diri dan asal-usulnya di sana.
“Tuan putri, sebaiknya kita istirahat dulu. Kau juga belum makan sejak pagi” ucap Naomi, tangannya mengusap peluh yang mulai menetes dari keningnya.
“Baiklah, dan berhenti memanggilku seperti itu. Aku bukan lagi tuan putri” Ravena mengiyakan.
Dia mengikatkan tali kudanya di pohon terdekat sebelum duduk di sebelah Naomi yang lebih dulu menyandarkan punggungnya pada batang pohon beringin yang besar dan rimbun.
“Maafkan saya tuan.. maksud saya nona, nona Ravena” Naomi segera mengoreksi ucapannya setelah mendapat tatapan peringatan dari sang putri.
“Kau bisa berbicara lebih santai mulai sekarang.”
“Mana mungkin!”
“Di pelarian ini, kita hanya berdua saja. Jadi kita harus saling menjaga satu sama lain, kau juga bisa menganggapku sebagai kakakmu” Ravena tersenyum dengan tulus, membuat bulu mata atas dan bawahnya saling bersentuhan.
Dia memiliki bulu mata paling indah dan lentik seantero Feyre.
“Apakah boleh?” Naomi hampir tak percaya, meskipun mereka tumbuh bersama, namun tetap saja dirinya berbeda dari Ravena.
“Tentu saja” Ravena mengangguk mantap.
Sambil menunggu Naomi mengeluarkan perbekalan mereka, Ravena memandang jauh ke depan. Dirinya sudah sangat jauh meninggalkan Feyre. Dia bahkan tidak tahu apakah ayahnya mengkhawatirkannya atau tidak.
“Ini dia, roti isi daging asap kesukaanmu.”
“Terima kasih, kau memang yang terbaik.”
“Tentu saja, kita tumbuh bersama-sama sejak kecil, sekarang dan sampai akhir pun harus tetap bersama” Naomi tersenyum, menunjukkan gigi-gigi putihnya yang berderet dengan rapi.
“Aku bersyukur karena ada kau di sini, tapi apa benar tidak apa-apa? Maksudku, kau meninggalkan orang tuamu di Feyre untuk kabur bersamaku.”
“Kau tenang saja, ibuku adalah pengikut setia ratu Leonor. Katanya aku juga harus bisa sepertinya, yang selalu setia dan menemanimu apapun yang terjadi.”
“Begitu ya” Naomi mengangguk sembari memakan roti isinya dengan lahap, Ravena lega mendengar jawaban Naomi.
Gadis itu selalu tulus padanya, sama persis dengan ibunya yang selalu setia pada ratu.
Sesaat Ravena tersenyum melihat tingkah gadis itu, kemudian memandangi roti isi di tangannya sebelum melahapnya cepat.
Ravena hanya perlu menyelesaikan makan siangnya dengan cepat sebelum melanjutkan perjalanan. Dia bertekad untuk pergi sejauh mungkin dari Feyre dan Eldham. Juga memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan tanah kelahirannya, termasuk orang-orang yang ada di dalamnya.
Ngiiik!
“Kau juga lapar rupanya, maaf ya karena aku melupakanmu” Ravena berdiri untuk mengelus kudanya dengan lembut.
Itu adalah kuda putih besar setinggi 175 sentimeter, dengan rambut berwarna kuning keemasan yang mencolok. Kulitnya yang mengkilap membuat kuda itu tampak berkilauan di bawah sinar matahari. Ravena memanggilnya, Hiber.
“Sebentar, aku akan mengambil rumput untuk Hiber” Naomi berdiri dan bergerak cepat untuk memotong rumput yang berada tidak jauh dari mereka.
Ngiiik!
“Tentu saja untukmu juga, Shiver!” Seru Naomi, saat kuda cokelatnya juga menunjukkan gelagat kelaparan yang sama.
Ravena tersenyum melihat tingkah kedua kuda itu. Mereka berada di peternakan yang sama, meskipun Shiver adalah kuda betina dan tidak sebesar Hiber, namun kuda cokelat itu cukup cepat untuk berlari bersama kuda jantan kesayangannya.
Hiber adalah jenis kuda akhal teke, yang merupakan ras tertua di dunia. Kuda itu terkenal memiliki kecepatan yang tinggi, cerdas dan juga tangkas. Dia adalah hadiah ulang tahun yang diberikan ayahnya padanya saat berusia lima belas tahun. Dan Ravena merasa, kuda itu seperti sudah ditakdirkan untuknya.
“Lihat kan, nona. Dua anak ini juga kelaparan.”
“Kau benar, maaf karena telah membiarkan kalian kelaparan” Ravena mengelus lagi rambut Hiber yang tumbuh dengan lebat dan halus, kemudian bergantian menatap Shiver yang berada di sebelahnya.
“Setelah ini kita akan kemana?” Naomi memandang Ravena, gadis itu tampak berpikir sejenak sebelum memutuskan.
“Caligo” Ravena menjawab singkat dan mantap.
“Kau yakin? Tidak sembarang orang bisa masuk kesana” Naomi bertanya lagi, dia tahu betul kalau Caligo dimiliki oleh kerajaan Helion yang terkenal sangat berkuasa di muka bumi ini.
“Aku tahu, tapi hanya tempat itu yang aman untuk kita berempat, lagipula…” Ravena menggantung ucapannya dan terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu.
“Apa?” tanya Naomi cepat, seketika dirinya dilingkupi kekhawatiran saat Ravena menyebutkan tentang Caligo.
“Aku bermimpi bertemu dengan seseorang di sana.”
“Apa kau yakin orang di mimpimu itu ada di Helion?” Ravena menggeleng, masih tidak yakin dengan ingatannya tentang mimpi itu.
“Aku melihat gambar matahari” ucapnya samar, membuat Naomi semakin penasaran.
Ravena mengabaikan rasa penasaran Naomi. Kemudian menarik napas dalam, dia sudah mantap untuk pergi ke Caligo apapun yang terjadi. Sejak keluar dari istana, dia sudah berjanji tidak akan pernah kembali lagi ke Feyre.
Mereka sudah pergi selama sepekan, dan selama itu juga, setidaknya ada tiga hingga empat kelompok pemburu yang mencoba mencelakai mereka. Beruntung Hiber adalah kuda tercepat, jadi mereka berhasil lolos dari kejaran orang-orang itu. Ravena yakin, para pemburu itu pasti masih mengejarnya sampai sekarang.
“Apa menurutmu, para pemburu yang mengejar dan berniat mencelakai kita selama ini adalah orang-orang suruhan raja?” Naomi bertanya dengan hati-hati, sudut matanya perlahan mengamati perubahan ekspresi di wajah Ravena.
“Entahlah, sekarang aku hanya ingin… ssttt” Ravena menghentikan ucapannya dan meletakkan jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat pada Naomi untuk diam dan tidak bergerak.
***
“Astaga, kita bahkan baru istirahat sebentar” Naomi mendengus kesal, dan dirinya sudah siap naik ke atas kudanya sebelum Ravena memberi instruksi untuk tetap diam di tempat. Dari jarak beberapa ratus meter, mereka mendengar beberapa langkah tapak kuda yang semakin mendekat. Benar saja, hanya dalam waktu kurang dari lima menit mereka sudah di kepung. Setidaknya ada sepuluh orang dengan masing-masing menunggangi kuda, dan mereka semua memakai baju yang sama. “Katakan siapa kalian? Beraninya masuk ke wilayah Caligo secara diam-diam” Ravena mengamati salah satu penunggang kuda yang berbicara padanya. “Apakah kalian penyusup? Atau gadis penjual diri?” pria lainnya menimpali. “Apa katamu? Dasar tidak tahu sopan santun” Naomi hampir saja meledak kalau saja Ravena tidak segera menghentikannya, dia melirik dan memberi isyarat pada gadis itu untuk berhenti berbicara. “Kami sedang melakukan perjalanan dan sedang beristirahat sebentar” ucap Ravena dengan tenang. Setelah mengamati ke sepuluh
“Naomi, ya Tuhan kau sudah sebesar ini. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya seorang wanita berusia sekitar enam puluhan.“Maaf, apa aku mengenalmu?” Naomi bertanya dengan hati-hati, sambil ekor matanya sesekali menatap Ravena di sisinya.“Aku Lucy, bibimu. Aku adik ibumu, kau lupa?” ucapnya lagi.Naomi menunjukkan wajah berpikir sebelum mulutnya mengembang membentuk huruf O yang besar.“Bibi Lucy! Astaga, aku tidak percaya bisa bertemu denganmu di sini” Naomi yang sudah menemukan kembali ingatannya, dengan cepat menghambur dalam pelukan wanita tua itu.“Dia siapa?” bibi Lucy menunjuk Ravena yang tampak canggung dengan sudut matanya“Oh, iya. Kenalkan dia… ““Aku temannya, Ravena” Ravena memotong cepat ucapan Naomi sembari membungkuk hormat.Bibi Lucy mengangguk sebelum membawa kedua gadis itu ke sebuah kedai terdekat.“Aku senang sekali bertemu anggota keluargaku di sini. Terakhir kali kita bertemu itu sudah lama sekali, kan? Aku sampai hampir lupa karena penampilan bibi yang sekaran
Pria itu menunduk sejenak sebagai bentuk sopan santun. Membuat bibi Lucy memandang mereka dengan penuh tanda tanya. 'Apakah mereka sudah saling mengenal?' Pikirnya. “Kau mengenalnya?” bibi Lucy bertanya pada Naomi sementara jarinya menunjuk pria itu. “Kami bertemu beberapa saat yang lalu” jawab Naomi jujur, yang langsung mendapat anggukan persetujuan dari pria jangkung di depannya. “Tuan ini adalah salah satu dari sepuluh tentara yang menunjukkan jalan menuju kota pada kami” Ravena melanjutkan, matanya masih belum lepas memandangi pria itu. Dia sudah berganti seragam. Kali ini pakaiannya terlihat lebih formal, stelan baju dan celana berwarna putih dengan campuran warna hitam di leher hingga dada, dilengkapi aksesoris khas kerajaan Helion berwarna emas di kedua pergelangan tangannya. Dia juga mengenakan topi yang memiliki warna serupa dengan seragamnya, yang dihiasi sekitar tiga hingga empat helai bulu angsa berwarna bi
“Memangnya kau apa kalau bukan manusia? Merpati? Sana, pergilah ke belakang dan temui temanmu” jawab Naomi asal, membuat Ravena tertawa terbahak-bahak.Ravena senang sekali menjahili gadis itu, karena Naomi memiliki sifat yang blak-blakan dan meledak-ledak, membuatnya mudah sekali untuk diprovokasi.Meski begitu, Naomi adalah orang paling setia yang pernah dia temui, bahkan melebihi keluarganya sendiri. Dia juga rela meninggalkan orang tuanya di Feyre demi kabur bersamanya.“Kenapa menatapku seperti itu?” Naomi bergidik ngeri saat tiba-tiba Ravena menatapnya dengan serius.“Terima kasih karena selalu berada di sisiku” Ravena mengatakannya dengan tulus, tangannya meraih tangan Naomi dan menggenggamnya erat.“Kau sudah mengatakannya seratus kali, tuan putri” Naomi memutar bola matanya, merasa jengah dengan ucapan Ravena yang diulang-ulang.‘Kenapa orang lain bisa begitu bai
Selain ayahnya, Noland adalah orang lain yang tahu tentang keadaannya. Sebagai calon penerus raja, dirinya diharuskan untuk menikah dan memiliki keturunan.Tentu saja itu adalah hal yang mustahil baginya, karena dia tidak akan pernah bisa menyentuh gadis manapun di dunia ini!"Menikah? cih!" pria itu tersenyum sinis.Lalu mengangkat gelas anggur merahnya dan bersulang dalam kesunyian dengan pemandangan di luar sebelum meneguk dan menyesapi sensasi rasa merlot favoritnya.“Pangeran Harvey, sebaiknya anda beristirahat, malam sudah semakin larut dan sepertinya besok akan menjadi hari yang panjang” Noland berusaha mengalihkan pembicaraan, tidak ingin sang pangeran semakin berlarut-larut dalam kesedihannya.Sebagai salah satu orang terdekat pangeran Harvey, dia tahu, sudah bertahun-tahun kutukan itu selalu menjadi mimpi buruk bagi sang pangeran. Dalam hati kecilnya, Noland merasa kasihan dengan nasib pria itu.“
“Jadi, kemana kita hari ini?” Senyum Naomi mengembang saat mereka sudah berada di halaman rumah bibi Lucy, bersiap untuk menjelajah Helion.“Bagaimana kalau kita mulai dengan membeli makanan, lalu beberapa pakaian?” ucap Ravena penuh minat.“Ide bagus!” Naomi melompat kegirangan bak anak kecil yang baru saja dibelikan permen.Mereka mulai keluar rumah dan berjalan-jalan. Menikmati setiap sudut keindahan Helion. Tidak salah kalau selama ini, orang selalu mengatakan kalau Helion adalah sumber kemakmuran. Karena pemadangan yang disuguhkan benar-benar luar biasa.“Semua hal yang ada di sini sungguh jauh berbeda dengan di Feyre, ya” Ravena berjalan dengan penuh kekaguman.Matanya bergerak liar menjelajahi toko-toko pakaian dan pernak pernik di balik dinding kaca yang berjajar rapi di sepanjang jalan, juga kedai-kedai yang menjual berbagai jenis makanan di sisi lainnya.Orang-orang d
“Apa yang kau lakukan di sini? Maksudku, di lingkungan kerajaan?” dalam sepersekian detik, Noland sudah berdiri di depannya.“Ah, aku tidak tahu kalau sudah berjalan sejauh ini” Ravena mengedarkan pandangannya untuk melihat ke sekeliling Helion yang mulai ramai.“Sepertinya kau cukup menyukai Helion.”“Tempat ini bagus dan sangat berbeda dari tempat tinggalku yang dulu. Apa itu terlihat aneh?” Noland menggeleng, menahan senyum atas pertanyaan gadis itu.“Sama sekali tidak, bukan hanya kau. Aku saja yang lahir dan besar di sini masih selalu takjub dengan keindahan Helion, apalagi kau” Ravena mengangguk setuju.Siapapun memang akan dengan mudah terpukau dan jatuh cinta dengan tempat seperti ini. Hampir tidak ada orang-orang yang terlantar di sini. Semua orang hidup dengan makmur dan bahagia.“Sepertinya raja kalian begitu baik dan bijaksana, hingga membuat semua
“Ravena, kau tahu apa yang sedang kau bicarakan?” bibi Lucy menekan kuat kedua bahu Ravena, berusaha membuat gadis itu sadar dari pikiran gilanya.“Aku serius, bi.”“Apa aku lupa bilang kalau kau sudah kuanggap seperti keponakanku sendiri sama seperti Naomi? Kalau aku saja tidak tega menyerahkan Naomi, bagaimana bisa aku melakukannya padamu?”Ravena melihat raut kekhawatiran di wajah tua bibi Lucy, hatinya tidak suka melihat wanita sebaik itu harus merasakan perasaan resah seperti itu.“Bagaimanapun juga, kau tetap harus melakukannya kan, bi. Karena bibi adalah seorang abdi kerajaan dan salah satu orang terdekat pangeran. Kalaupun sekarang Naomi yang berada di sini, mau tidak mau bibi juga akan membawanya pada pangeran.”Ravena mengelus lembut kedua punggung tangan bibi Lucy yang pucat dan keriput, mengusapnya lembut untuk menyalurkan kehangatan dari tangannya.“Kau sungg
Halo, semuanya. Finally! Saya ingin menutup tirai cerita terakhir “Kekasih Hati Sang Putri” dan mengucapkan perpisahan di sini. Ini adalah karya pertama saya yang masih memiliki banyak kekurangan dan hal-hal lain yang saya sesali, tapi saya harap readers sekalian tetap dapat menikmati setiap momen dan alur ceritanya.Selama saya melihat progress para pembaca setiap harinya, dengan rasa haru, penuh syukur dan refleksi diri sebagai seorang author, saya bisa menjalani hari-hari menyenangkan yang sangat berarti. Subscriber, vote dan komentar yang kalian tinggalkan menjadi motivasi terbesar saya dalam mengerjakan cerita ini.Saya benar-benar bersyukur kepada kalian semua, dan saat kita bertemu lagi, saya pasti akan kembali dengan cerita yang lebih seru dan lebih menarik.Semoga kalian semua selalu sehat dan bahagia! ^_^&n
Noland menyambut tangan Naomi dan mereka berjalan bersama sebelum mengucapkan janji pernikahan. Kemudian diakhiri dengan ciuman bibir yang dalam dan panjang, terlena satu sama lain. Sampai mereka mendengar sorakan dan keduanya menoleh melihat kerumunan orang yang masih berjajar di belakang mereka.Dengan wajah bersemu merah, Naomi dan Noland perlahan mengangkat gelas anggurnya, diikuti semua orang yang hadir di sana. Mereka semua mengucapkan selamat atas pernikahan Naomi dan Noland yang dirayakan secara besar-besaran. Tak terkecuali Ravena, wanita itu menatap puas pada kebahagiaan yang tengah meliputi Naomi.“Benar-benar raja besar Helion. Kau bahkan mengundang para raja dari kerajaan lain untuk menghadiri pernikahan abdi setiamu.” Celetuk Alex di belakang Harvey, pria itu menggeleng, mengakui kekuasaan Harvey yang tak terbatas.“Karena mereka membutuhkan perjanjian kerja sama dengan Helion, jadi mau tak mau mereka harus datang
Satu minggu berlalu, Ravena baru saja kembali dari istana langit. Dirinya sudah mendapatkan jasad dewa Arthur secara utuh dan memakamkannya dengan layak di istana langit, di dekat makam dewi Alora. Kemudian memberikan sebuket bunga mawar besar di monumen di Aphrodite yang dibuat Harvey untuk menghormati mendiang ayahnya.Ravena sudah mendengar cerita lengkapnya dari Harvey. Tentang raja Hames yang meninggal bunuh diri akibat menanggung malu karena gagal mengenali permaisuri Camilia sebagai penyihir jahat. Kemudian ayahnya, raja Emmett juga meninggal tiga tahun yang lalu karena penyakit jantung. Sekarang hanya tersisa ibu tirinya Frederica, wanita itu masih berada di Eldham, namun Noland mengasingkannya dan tidak mengijinkannya keluar untuk bertemu siapapun.“Yang mulia ratu, gaun pesanan anda sudah tiba.” Ucap seorang membuyarkan lamunan Ravena. Dirinya sedang berada di balkon penginapan tempatnya dulu pernah menginap saat menghadiri acara
Akhirnya, Ravena menekankan dadanya yang sensitif di tubuh Harvey yang hangat dan kuat. Harvey menyingkirkan sisa kemeja dan menanggalkan sisa pakaiannya saat Ravena berbaring di atas ranjang. Kemudian Harvey berbaring di samping Ravena, kaki mereka bertautan, tubuh mereka mendesak untuk bisa bersatu. Harvey memposisikan diri.“Kau bisa menahannya?” Tanya Harvey dengan hati-hati, pasalnya ini adalah pertama kalinya mereka melakukannya lagi setelah sepuluh tahun.“Hm, ya.” Suara Ravena tertelan di tenggoorokan, digantikan dengan lenguhan panjang. Rasa sakit nikmat yang intens terasa saat Harvey menyatukan tubuh mereka dengan sangat pelan.Ravena berfokus pada wajah Harvey, pada cinta yang tersirat pada wajah pria itu, merasa puas karena mereka telah bersatu bersama namun masih menginginkan lebih. Kemudian Harvey mulai bergerak, mengirimkan sensasi liar yang bergulung-gulung dari dalam diri Ravena. Bibir Ravena terbuka dan
“Aku melakukannya demi dirimu dan juga demi kehidupan damai seluruh umat manusia.”“Sedikit saja ada kesalahan, kau bisa terbunuh. Apa kau tahu?” Ravena mengangguk.“Aku bahkan membiarkanmu pergi seorang diri ke Elettra waktu itu. Kalau aku tahu kau sudah melepaskan inti kekuatan perisaimu, aku pasti tidak akan mengijinkannya.”“Sudahlah. Lagipula hal itu sudah lama sekali berlalu. Sekarang aku sudah sepenuhnya sadar dan menjadi lebih sehat, apa itu saja tidak cukup?” Ravena menatap Harvey dengan mata berseri-seri, berharap pria itu akan luluh dan berhenti memarahinya.“Tetap saja aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri. Kalau sampai kau tidak selamat, aku akan—““Ssssttt, jangan berbicara lagi.” Ravena meletakkan telunjuknya di bibir Harvey, mencegah suaminya berbicara sembarangan lagi.“Aku mencintaimu, sangat.” Harvey lalu
“Jangan sampai nanti tiba-tiba ada dewa istana langit turun ke bumi dan mengaku-ngaku sebagai tunangannya.” Lanjut Alex, pria itu sangat menikmati melihat raut cemas Harvey.Alex merasa bangga pada dirinya sendiri karena bisa mempermainkan Harvey dan membalas perbuatan pria itu yang telah mengerjainya. Alex masih kesal karena Harvey telah membuatnya menghadiri beberapa acara pernikahan untuk mewakilinya, sekalipun dirinya tidak mengenal orang-orang itu.“Bicara sekali lagi aku akan menyuruh orang tuamu menjodohkanmu dengan Caecilia.” Ancam Harvey dengan tatapan tajam menusuk.“Caecilia? Caecilia Clark? Tidak terima kasih. Kalau kau melakukannya, aku tidak akan mau mengenalmu lagi.” Alex memajukan bibirnya kesal.***Harvey membolak-balikan buku di tangannya dengan gusar. Pikirannya terus saja mengingat kata-kata Alex beberapa waktu lalu. Dia sudah bisa menebak sejak awal, namun dirinya terlalu pe
“Kau melanggar aturan langit dan menahan sakit demi diriku. Tapi aku malah berkali-kali menyakitimu. Maafkan aku, setelah kau sadar, aku janji akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Dan hanya akan mencintaimu saja seumur hidup ini. Aku akan menantikannya dengan sabar.” Harvey meraih tangan Ravena dan mengecup punggung tangannya dengan lembut.“Kau memang harus melakukannya.” Harvey menoleh dan mendapati Emilie beserta Raina sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.“Kalian datang?” Tanyanya basa-basi.“Ya. Kami harus memastikan keadaannya. Bagaimanapun tuan putri adalah satu-satunya keturunan dewa tertinggi yang tersisa.” Emilie melihat Harvey dari sudut matanya, lalu melewati pria itu begitu saja menuju Ravena.“Kau melupakan Alora.” Sahut Harvey kemudian.“Ah ya, benar.”Harvey mendengus lalu meninggalkan ketiganya di kamar. Pria itu memaklumi kalau Emi
“Maafkan aku. Aku tidak bisa menolak perintah raja saat itu.”“Sudahlah.” Harvey menarik napas dalam-dalam untuk meredam emosinya.“Lagipula hal ini sudah lama berlalu. Yang terpenting sekarang kau sudah menyadari kesalahanmu dan aku sudah bersatu kembali dengan Ravena.” Putus Harvey, tidak berniat memperpanjang masalah yang telah lalu.“Sekali lagi aku minta maaf, yang mulia. Karena telah mengecewakanmu.”“Lupakan saja. Sekarang kau pergilah.” Harvey mengangkat salah satu tangannya, memberi isyarat pada NolandHarvey mendengus sesaat setelah kepergian Noland. Pikirannya dipenuhi dengan ayahnya yang ternyata telah merencanakan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya. Selain malam pertamanya dengan Ravena, semuanya bukanlah sebuah kebetulan. Harvey lalu mengusap wajahnya dengan kasar, tidak tahu harus marah atau justru berterima kasih pada mendiang ayahnya.“K
“Ravena tahu, aku seharusnya mati pada saat serangan kudeta waktu itu. Jadi dia memutuskan untuk melepakan inti kekuatan perisai miliknya dan memberikannya padaku. Dia melakukannya untuk menyelamatkanku dan juga menyelamatkan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Sejak saat itu takdir kami berubah. Dia adalah satu-satunya orang yang melanggar aturan langit dan mengubah takdir—untukku.” Harvey memberi jeda pada kata terakhirnya, lalu menunduk saat mengatakan kebenaran tentang takdir Ravena.“Kenapa?”“Karena dia adalah seorang dewi agung. Keturunan langsung dewa dewi tertinggi istana langit.”“Ternyata tuan putri telah benar-benar jatuh cinta dan memiliki pendirian yang teguh terhadapmu.” Noland mengatakannya dengan tulus, kecemburuannya pada mereka berdua sudah hilang sepenuhnya.Noland sudah tidak lagi memiliki perasaan pada ratu Helion yang baru itu.“Manusia biasa sepe