25 tahun yang lalu…
Penyihir jahat Calla berambisi menguasai dunia dan membuat semua orang tunduk di bawah kakinya. Dia membuat sebuah formasi sihir untuk membinasakan orang-orang yang menentangnya. Namun niat jahatnya itu diketahui oleh kakek Harvey yang merupakan pemimpin tertinggi di bumi.
Raja Helion beserta pasukannya berperang melawan penyihir jahat selama berhari-hari. Menghabiskan banyak energi dan bahan pangan. Menyebabkan banyak orang terbunuh.
Penyihir Calla tentu saja tidak sebanding jika melawan manusia biasa. Meskipun pasukan Helion memiliki jumlah yang sangat banyak, namun mereka mudah dikalahkan dengan sihir jahat dalam sekali jentikan jari.
“Selama aku masih hidup. Tidak akan kubiarkan kau menguasai dunia.”
“Jangan terlalu percaya diri, pak tua.” Penyihir Calla menyeringai sebelum mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi untuk membuat pusaran angin, memenjarakan dirinya dan juga r
Dirinya baru saja kehilangan anak yang baru saja dia lahirkan, dan sekarang dewi Alora justru memintanya untuk merawat anaknya?“Anak?”“Aku baru saja melahirkan, tapi sepertinya umurku sudah tidak lama lagi. Aku membutuhkan orang tua yang bisa merawat dan menjaga putriku.” Permintaan itu terdengar sulit untuk ditolak.“Kau serius? Maksudku, apa kau berpikir anakmu itu bisa menggantikan anakku yang telah tiada?”“Anggap saja iya.”“Aku merasa tidak layak, dewi. Aku hanyalah seorang manusia biasa, bagaimana bisa kau mempercayaiku untuk merawat dewi kecil yang baru saja kau lahirkan?”“Karena kau seorang ibu. Aku tidak pernah meragukan kasih sayang seorang ibu.”“Apa yang terjadi padamu?” Ratu Leonor memberanikan diri untuk bertanya, melihat kondisi dewi Alora yang sangat lemah sekarang ini membuatnya yakin telah terjadi sesuatu.
“Aku tidak akan mungkin membuatmu berada dalam pilihan sulit, untuk memilih bersamaku atau membela keluargamu.” Di sisi lain, Harvey yang juga baru mengetahui kejadian di masa lalu itu semakin merasa bersalah pada Ravena.Karena keluarganya, penduduk istana langit harus kehilangan pemimpin mereka.“Tapi aku juga tidak bisa membohongi diriku sendiri, kalau aku sangat mencintaimu.”“Putra mahkota.”“Ada apa, Noland?”“Di luar, itu—““Bicara yang benar.”“Sepertinya pangeran Athens dan saudaramu yang lain berniat melakukan kudeta di kerajaan.”“Apa?” Harvey bangkit dari kursinya dan seketika kedua tangannya mengepal.“Siapkan pasukan, kita ke erast sekarang.”“Sebaiknya kau mengganti baju zirah lebih dulu, akan berbahaya kalau kau menghadapi mereka seperti ini.” Usul Noland.
“Kau juga tergores pedang sebanyak ini, kenapa diam saja?” Naomi menahan napasnya saat melihat tubuh Noland yang juga dipenuhi sayatan pedang, namun pria itu berusaha menahannya agar tidak membuatnya khawatir.“Kemarilah, aku akan mengobatimu.” Naomi menarik tangan Noland agar mengikutinya, meninggalkan Harvey bersama bibi Lucy di sampingnya.“Aku akan menjaganya.” Sahut bibi Lucy saat menyadari tatapan khawatir Noland.Noland mengangguk dan memilih untuk mengikuti Naomi.“Sebenarnya kutukan apa yang sudah menimpa Helion. Kenapa takdir buruk terus menerus menimpamu seperti ini?” Bibi Lucy memegangi tangan Harvey yang lemah. Menangis di samping sang putra mahkota yang tengah tak sadarkan diri.***Sudah seminggu berlalu, namun Harvey masih belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Meskipun Naomi telah meracik obat herbal terbaik untuknya, namun pedang yang menusuk tubuh pria itu te
“Raina, sejak kapan kau berada di sana? Kau mengikutiku?” Naomi bertanya tanpa sempat menyembunyikan kegugupannya.“Kau belum menjawab pertanyaanku, Naomi.” Raina berjalan mendekat ke arah Naomi. Sementara Naomi membuang muka, menghindari tatapan curiga Raina padanya.“Itu—““Katakan saja, aku akan menjaga rahasia.”“Ya.” Jawabnya singkat.“Jadi benar. Apa yang terjadi? Apa tuan putri tahu tentang ini? Ah, sepertinya tidak.” Raina menjawab sendiri pertanyaannya setelah menyadari Ravena hanya menyebut kenalan Naomi saat memberikan tanaman itu padanya.“Ceritanya panjang, kalau kau ingin tahu sebaiknya kau punya waktu untuk menunggu. Karena aku harus segera meracik obat untuk putra mahkota lebih dulu.”“Hm, baiklah.” Raina mengangguk dan memilih menunggu di teras sembari sesekali mencuri pandang ke arah dalam pondok unt
Dirinya sengaja berubah menjadi kupu-kupu untuk memata-matai segala hal yang sedang terjadi di sana sebelum akhirnya memutuskan pergi dan enggan terlibat lebih jauh lagi.“Kau dari mana saja?” Raina berjingat saat mendapati Ravena yang tengah menunggunya.Dia tidak tahu kalau tuan putri itu akan menunggunya di istana langit. Raina segera mengubah raut wajahnya agar tidak menimbulkan kecurigaan.“Bukankah kau menyuruhku mengantarkan tanaman obat pada Naomi?” Raina berbicara tanpa memandang Ravena, tidak siap kalau dirinya tertangkap basah sekarang.“Apa memang selama itu?”“Begitulah. Apa ada yang ingin kau tanyakan?” Raina menaikkan sebelah alisnya, balik bertanya pada Ravena yang dibalas dengan raut tegang wanita itu.“Tidak ada.” Ravena menelan salivanya di tenggorokan sebelum pergi meninggalkan Raina seorang diri.‘Apa kau tidak ingin menanyakan kaba
Kalau Emilie sudah berkata seperti itu, artinya memang tidak bisa atau risikonya pasti sangat besar.Mereka berbicara tanpa tahu keberadaan Ravena yang tengah bersembunyi di balik tembok dan mendengarkan semua percakapan mereka. Wanita itu tercekat dan nyaris menahan napas sepanjang Emilie dan Raina membahas tentang Harvey. Mulutnya terasa getir dan tanpa sadar dia menggigiti bagian dalam pipinya.Ravena menarik napas dalam, perlahan mendekati Emilie dan Raina yang sedang bercakap-cakap. Butiran keringat menghiasi dahi pucat Ravena. Kemudian Ravena dengan hati-hati melafalkan setiap kata dengan jelas untuk memastikan sesuatu.“Apa itu benar? Apa Harvey sedang sekarat sekarang?” Air mata menggenangi di mata Ravena.Ravena yang awalnya berniat menemui Emilie untuk mengobrol santai, memilih menyembunyikan diri di balik tembok saat kedua dewi itu membahas tentang Harvey. Dia menjadi ingin tahu apa yang sedang dibahas oleh mereka h
“Tidak, kau harus memulihkan tenagamu lebih dulu.” Ravena mengabaikan perkataan Emilie sebelum gadis itu menahannya dengan paksa.“Kali ini aku tidak menerima penolakan.” Ucap Emilie final.Ravena menarik napas panjang sebelum mengangguk. Dia menurut setuju. Bagaimanapun juga dirinya sudah membuat Emilie berada dalam pilihan sulit sebelumnya. Jadi dia tidak tega untuk bersikap lebih egois lagi.“Emilie.” Suara Ravena terdengar lemah.“Ada apa, tuan putri? Sepertinya tubuhmu melemah, tapi hal ini wajar karena kau baru saja kehilangan banyak energi. Beristirahatlah, aku akan membawakan sup hangat dan obat herbal untukmu.”“Setelah semua ini, apa aku masih layak disebut dewi?”“Kau ini bicara apa? Tentu saja, sejak awal takdirmu adalah menjadi dewi istana langit. Hal itu tidak akan berubah meskipun kau kehilangan inti kekuatan perisaimu sekalipun.” Jawab Em
“Tuan putri. Apa yang kau lakukan di sini?” Naomi bergegas menghampiri Ravena yang berdiri di depan pondok.Ravena tersenyum cerah saat melihat Naomi dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Juga Noland yang berada tak jauh darinya menunjukkan kondisi serupa.“Aku datang.”“Kau—““Dimana Harvey?” Sahut Ravena cepat sebelum Naomi menyelesaikan kalimatnya.“Dia—“ Naomi menunjuk ke arah dalam pondok dengan telunjuknya.“Aku akan menemuinya.” Dengan wajah datar, Ravena mengangkat roknya untuk bergegas masuk ke dalam pondok dan melihat suaminya.“Tunggu! Tuan putri, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan di sini?”“Menemui suamiku.” Ravena menoleh sebelum melanjutkan niatnya.“Tidak mungkin.” Naomi membelalakan matanya dan ikut melesat di belakang Ravena.Gadis itu berdiri di tengah ruangan saat menyaksikan tubuh Harvey yang tertidur di atas ranjang dengan napas yang begitu tenang dan teratur. Benar-benar hanya seperti seseorang yang tengah tertidur.“Kau—sudah melihatnya.” Kalimat Naomi pu
Halo, semuanya. Finally! Saya ingin menutup tirai cerita terakhir “Kekasih Hati Sang Putri” dan mengucapkan perpisahan di sini. Ini adalah karya pertama saya yang masih memiliki banyak kekurangan dan hal-hal lain yang saya sesali, tapi saya harap readers sekalian tetap dapat menikmati setiap momen dan alur ceritanya.Selama saya melihat progress para pembaca setiap harinya, dengan rasa haru, penuh syukur dan refleksi diri sebagai seorang author, saya bisa menjalani hari-hari menyenangkan yang sangat berarti. Subscriber, vote dan komentar yang kalian tinggalkan menjadi motivasi terbesar saya dalam mengerjakan cerita ini.Saya benar-benar bersyukur kepada kalian semua, dan saat kita bertemu lagi, saya pasti akan kembali dengan cerita yang lebih seru dan lebih menarik.Semoga kalian semua selalu sehat dan bahagia! ^_^&n
Noland menyambut tangan Naomi dan mereka berjalan bersama sebelum mengucapkan janji pernikahan. Kemudian diakhiri dengan ciuman bibir yang dalam dan panjang, terlena satu sama lain. Sampai mereka mendengar sorakan dan keduanya menoleh melihat kerumunan orang yang masih berjajar di belakang mereka.Dengan wajah bersemu merah, Naomi dan Noland perlahan mengangkat gelas anggurnya, diikuti semua orang yang hadir di sana. Mereka semua mengucapkan selamat atas pernikahan Naomi dan Noland yang dirayakan secara besar-besaran. Tak terkecuali Ravena, wanita itu menatap puas pada kebahagiaan yang tengah meliputi Naomi.“Benar-benar raja besar Helion. Kau bahkan mengundang para raja dari kerajaan lain untuk menghadiri pernikahan abdi setiamu.” Celetuk Alex di belakang Harvey, pria itu menggeleng, mengakui kekuasaan Harvey yang tak terbatas.“Karena mereka membutuhkan perjanjian kerja sama dengan Helion, jadi mau tak mau mereka harus datang
Satu minggu berlalu, Ravena baru saja kembali dari istana langit. Dirinya sudah mendapatkan jasad dewa Arthur secara utuh dan memakamkannya dengan layak di istana langit, di dekat makam dewi Alora. Kemudian memberikan sebuket bunga mawar besar di monumen di Aphrodite yang dibuat Harvey untuk menghormati mendiang ayahnya.Ravena sudah mendengar cerita lengkapnya dari Harvey. Tentang raja Hames yang meninggal bunuh diri akibat menanggung malu karena gagal mengenali permaisuri Camilia sebagai penyihir jahat. Kemudian ayahnya, raja Emmett juga meninggal tiga tahun yang lalu karena penyakit jantung. Sekarang hanya tersisa ibu tirinya Frederica, wanita itu masih berada di Eldham, namun Noland mengasingkannya dan tidak mengijinkannya keluar untuk bertemu siapapun.“Yang mulia ratu, gaun pesanan anda sudah tiba.” Ucap seorang membuyarkan lamunan Ravena. Dirinya sedang berada di balkon penginapan tempatnya dulu pernah menginap saat menghadiri acara
Akhirnya, Ravena menekankan dadanya yang sensitif di tubuh Harvey yang hangat dan kuat. Harvey menyingkirkan sisa kemeja dan menanggalkan sisa pakaiannya saat Ravena berbaring di atas ranjang. Kemudian Harvey berbaring di samping Ravena, kaki mereka bertautan, tubuh mereka mendesak untuk bisa bersatu. Harvey memposisikan diri.“Kau bisa menahannya?” Tanya Harvey dengan hati-hati, pasalnya ini adalah pertama kalinya mereka melakukannya lagi setelah sepuluh tahun.“Hm, ya.” Suara Ravena tertelan di tenggoorokan, digantikan dengan lenguhan panjang. Rasa sakit nikmat yang intens terasa saat Harvey menyatukan tubuh mereka dengan sangat pelan.Ravena berfokus pada wajah Harvey, pada cinta yang tersirat pada wajah pria itu, merasa puas karena mereka telah bersatu bersama namun masih menginginkan lebih. Kemudian Harvey mulai bergerak, mengirimkan sensasi liar yang bergulung-gulung dari dalam diri Ravena. Bibir Ravena terbuka dan
“Aku melakukannya demi dirimu dan juga demi kehidupan damai seluruh umat manusia.”“Sedikit saja ada kesalahan, kau bisa terbunuh. Apa kau tahu?” Ravena mengangguk.“Aku bahkan membiarkanmu pergi seorang diri ke Elettra waktu itu. Kalau aku tahu kau sudah melepaskan inti kekuatan perisaimu, aku pasti tidak akan mengijinkannya.”“Sudahlah. Lagipula hal itu sudah lama sekali berlalu. Sekarang aku sudah sepenuhnya sadar dan menjadi lebih sehat, apa itu saja tidak cukup?” Ravena menatap Harvey dengan mata berseri-seri, berharap pria itu akan luluh dan berhenti memarahinya.“Tetap saja aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri. Kalau sampai kau tidak selamat, aku akan—““Ssssttt, jangan berbicara lagi.” Ravena meletakkan telunjuknya di bibir Harvey, mencegah suaminya berbicara sembarangan lagi.“Aku mencintaimu, sangat.” Harvey lalu
“Jangan sampai nanti tiba-tiba ada dewa istana langit turun ke bumi dan mengaku-ngaku sebagai tunangannya.” Lanjut Alex, pria itu sangat menikmati melihat raut cemas Harvey.Alex merasa bangga pada dirinya sendiri karena bisa mempermainkan Harvey dan membalas perbuatan pria itu yang telah mengerjainya. Alex masih kesal karena Harvey telah membuatnya menghadiri beberapa acara pernikahan untuk mewakilinya, sekalipun dirinya tidak mengenal orang-orang itu.“Bicara sekali lagi aku akan menyuruh orang tuamu menjodohkanmu dengan Caecilia.” Ancam Harvey dengan tatapan tajam menusuk.“Caecilia? Caecilia Clark? Tidak terima kasih. Kalau kau melakukannya, aku tidak akan mau mengenalmu lagi.” Alex memajukan bibirnya kesal.***Harvey membolak-balikan buku di tangannya dengan gusar. Pikirannya terus saja mengingat kata-kata Alex beberapa waktu lalu. Dia sudah bisa menebak sejak awal, namun dirinya terlalu pe
“Kau melanggar aturan langit dan menahan sakit demi diriku. Tapi aku malah berkali-kali menyakitimu. Maafkan aku, setelah kau sadar, aku janji akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Dan hanya akan mencintaimu saja seumur hidup ini. Aku akan menantikannya dengan sabar.” Harvey meraih tangan Ravena dan mengecup punggung tangannya dengan lembut.“Kau memang harus melakukannya.” Harvey menoleh dan mendapati Emilie beserta Raina sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.“Kalian datang?” Tanyanya basa-basi.“Ya. Kami harus memastikan keadaannya. Bagaimanapun tuan putri adalah satu-satunya keturunan dewa tertinggi yang tersisa.” Emilie melihat Harvey dari sudut matanya, lalu melewati pria itu begitu saja menuju Ravena.“Kau melupakan Alora.” Sahut Harvey kemudian.“Ah ya, benar.”Harvey mendengus lalu meninggalkan ketiganya di kamar. Pria itu memaklumi kalau Emi
“Maafkan aku. Aku tidak bisa menolak perintah raja saat itu.”“Sudahlah.” Harvey menarik napas dalam-dalam untuk meredam emosinya.“Lagipula hal ini sudah lama berlalu. Yang terpenting sekarang kau sudah menyadari kesalahanmu dan aku sudah bersatu kembali dengan Ravena.” Putus Harvey, tidak berniat memperpanjang masalah yang telah lalu.“Sekali lagi aku minta maaf, yang mulia. Karena telah mengecewakanmu.”“Lupakan saja. Sekarang kau pergilah.” Harvey mengangkat salah satu tangannya, memberi isyarat pada NolandHarvey mendengus sesaat setelah kepergian Noland. Pikirannya dipenuhi dengan ayahnya yang ternyata telah merencanakan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya. Selain malam pertamanya dengan Ravena, semuanya bukanlah sebuah kebetulan. Harvey lalu mengusap wajahnya dengan kasar, tidak tahu harus marah atau justru berterima kasih pada mendiang ayahnya.“K
“Ravena tahu, aku seharusnya mati pada saat serangan kudeta waktu itu. Jadi dia memutuskan untuk melepakan inti kekuatan perisai miliknya dan memberikannya padaku. Dia melakukannya untuk menyelamatkanku dan juga menyelamatkan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Sejak saat itu takdir kami berubah. Dia adalah satu-satunya orang yang melanggar aturan langit dan mengubah takdir—untukku.” Harvey memberi jeda pada kata terakhirnya, lalu menunduk saat mengatakan kebenaran tentang takdir Ravena.“Kenapa?”“Karena dia adalah seorang dewi agung. Keturunan langsung dewa dewi tertinggi istana langit.”“Ternyata tuan putri telah benar-benar jatuh cinta dan memiliki pendirian yang teguh terhadapmu.” Noland mengatakannya dengan tulus, kecemburuannya pada mereka berdua sudah hilang sepenuhnya.Noland sudah tidak lagi memiliki perasaan pada ratu Helion yang baru itu.“Manusia biasa sepe