“Lihat? Baru setengah dari kekuatanku saja, kau sudah nyaris mati seperti ini. Kau bisa menebaknya sendiri apa yang akan terjadi kalau aku meledakkan semuanya?” Athens terbatuk sembari mengeluarkan lebih banyak lagi darah segar dari mulut dan hidungnya.
“Dengar, aku tidak akan mengampunimu kalau sesuatu terjadi padanya.” Ucap Harvey terakhir kali sebelum pergi meninggalkan Athens seorang diri di tengah lapangan dalam keadaan terluka cukup parah.
“Uhuk! Uhuk! Brengsek! Athens meninju tanah di bawahnya sebelum akhirnya tumbang tak sadarkan diri.
***
Di waktu yang bersamaan…
“Nona, kau harus tenang dan percaya kalau pangeran Harvey pasti memenangkan pertarungan.”
“Aku percaya padanya, Naomi. Tapi entah kenapa, dari tadi perasaanku tidak enak.”
“Mungkin karena kau terlalu mengkhawatirkannya.” Naomi mencoba tersenyum untuk membuat Ravena tena
“Apa yang terjadi?” Ravena menyentuhkan tangannya pada sesuatu yang tak kasat mata—pelindungnya. Samar-samar Ravena mendengar suara langkah kaki lain mendekat dengan cepat. Tak lama setelahnya, seluruh gua dibanjiri cahaya dan terdengar suara teriakan dan tembakan. “Ravena? Ravena!” Suara Harvey terdengar serak dan putus asa, emosi di dalam suara pria itu terasa meremas hati Ravena, dan dia tahu dia harus menenangkan tunangannya. Ravena menghambur ke dalam pelukan Harvey, dia bersyukur karena pria itu datang tepat waktu. “Syukurlah, kau datang.” Lirihnya yang nyaris tidak terdengar. “Maafkan aku karena terlambat datang.” “Aku takut sekali.” Ravena semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang pria itu. “Kau sudah aman sekarang. Apa kau terluka? Apa mereka menyakitimu?” Harvey melepas pelukannya, meletakkan kedua tangannya di sisi kepala Ravena, matanya menelusuri tubuh gadis itu dari atas hingga ba
“Kau benar. Kalau sampai tahu bibi Lucy kehilangan salah satu kakinya akibat serangan hari ini, nona Ravena pasti tidak akan memaafkan dirinya sendiri.” “Kuharap kau bisa menjaga rahasia dengan baik.” “Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Naomi tampak berpikir sejenak, “Menurutmu, siapa yang berniat mencelakai nona Ravena?” Tanyanya. “Aku akan menyelidikinya.” “Apa kau mencurigai seseorang yang sangat mungkin untuk melakukannya? Atau hal ini berhubungan dengan orang yang berusaha meracuni pangeran waktu itu? Benar, pasti ini ada hubungannya.” “Kita akan segera mengetahuinya.” “Kau harus memberitahuku terlebih dulu kalau sudah mengetahui orangnya.” “Itu pasti.” *** Harvey sedang mempelajari kitab kuno di ruang baca ardglass saat Noland mengetuk pintu. Hari sudah sangat larut, namun Harvey seolah enggan melepaskan diri dari buku tua yang tampak using itu. “Maaf, pangeran Harvey. Apa aku
“Athens, apa yang kau lakukan di sini?” Camilia hendak mendekati putranya sebelum pria itu mengangkat tangannya, memberitahu ibunya agar berhenti di tempat.“Sebenarnya apa yang sedang kalian rencanakan? Dan gadis siapa yang kalian maksud? Apa itu—Elsa?” Athens memincingkan matanya, dalam hati berharap kalau dirinya salah dengar.“Athens kau harus banyak istirahat, nak.”“Katakan!” Camilia dan Fraign terperanjat mundur mendengar bentakan Athens yang menggema ke seisi ruangan.“Apa kalian berniat melenyapkan Elsa tanpa sepengetahuanku? Fraign? Kau tahu aku menyukainya, kan?” Mata Athens dipenuhi amarah saat melihat adiknya yang sedari tadi menunduk, menghindari bertatapan dengannya.“Kak, biar kujelaskan.”“Katakan, apa dia masih hidup?” Sahut Athens cepat.“Ya. Harvey berhasil menyelamatkannya.”“Hah, kau
“Kenapa?” Raja Helion menatap tak percaya pada putranya, begitu pun Ravena. Gadis itu menganga mendengar jawaban Harvey.“Sejak awal itu adalah tempatku. Aku tidak setuju kalau ayah menggunakan pernikahan kami sebagai perisai, seolah-olah hanya dengan itu aku bisa menjadi putra mahkota.”“Mungkin menurutmu ini tidak adil. Tapi percayalah, ayah juga tidak ingin memberikannya pada anak ayah yang lain. Jadi ayah sengaja mengulur waktu dan menunggu saat yang tepat. Kau tidak punya pilihan lain selain menikahinya sebelum hari penobatan tiba.”“Apa ayah sedang berusaha melakukan penawaran denganku?” Harvey cukup mengagumi kemampuan ayahnya dalam hal bernegosiasi.Tapi karena dia adalah putranya, jadi dirinya juga tidak akan menyerah begitu saja.“Terserah kau menyebutnya seperti apa. Tapi memang itu adalah cara tercepat kau bisa mendapatkan posisimu kembali.” Raja Hames meningga
“Siapa?” Harvey menatap Ravena dengan serius.“Fraign Luther.”“Kau yakin dia orangnya?” Pria itu mencoba memastikan.“Ya. Aku melihatnya berada di dalam gua, menjadi salah satu dari sekelompok orang berpakaian hitam yang mencoba mencelakaiku.”“Kenapa kau baru mengatakannya?”“Karena aku berniat membuat perhitungan sendiri dengannya. Tapi setelah melihat apa yang dia lakukan pada bibi Lucy, sebaiknya langsung kubunuh saja dia sekarang!” Ravena berdiri dan berjalan cepat ke luar kamar, hendak menuju kastil Llyn untuk melaksanakan niatnya.“Tunggu!”“Apa? Jangan coba-coba menghalangiku hanya karena dia adalah saudaramu.” Ravena menatap Harvey tajam.“Aku tidak akan membiarkan kau mengotori tanganmu hanya untuk membunuhnya.”“Pangeran benar. Biar aku saja yang melakukannya. Kupastikan akan mela
“Yang mulia ibu suri, apa baru saja anda menggeleng?” Ravena bertanya untuk memastikan. Terakhir kali kunjungannya ke nearon, wanita tua itu hanya bisa berbaring dan berkedip untuk merespon ucapan seseorang.“Ya.” Ravena meletakkan tangannya untuk menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Ibu suri juga bisa berbicara!“Yang mulia ibu suri, anda juga berbicara. Saya akan meminta bibi Layla untuk memanggil tabib kerajaan.”“Tidak, jangan.” Ravena menghentikan niatnya saat mendengar penolakan itu.“Kenapa? Ada apa?”“Duduklah.” Gadis itu mengangguk dan menurut untuk kembali duduk di tempatnya semula.“Sejak kapan yang mulia ibu suri bisa berbicara? Apa orang-orang di kerajaan sudah mengetahui hal ini?” Ibu suri menggeleng.“Belum, tidak satu pun dari mereka kecuali dirimu.”“Sej
“Kau, siapa? Jangan coba-coba ikut campur masalah kami.” Zaria memincingkan mata untuk mengamati pria itu.“Alexander Hadley.”“Siapa itu, aku tidak pernah mendengar namamu di daftar kerajaan manapun!”Ravena menengadahkan wajahnya lebih tinggi untuk memperhatikan pria itu.Pria dengan tinggi sekitar 189 sentimeter, dengan rambut hitam dan mata abu-abu terang itu juga menatap ke arah Ravena. Wajahnya melembut setelah mengenali gadis itu. Menarik napas panjang sebelum melanjutkan.“Apa kalian tidak malu melakukan perundungan seperti ini? Satu lawan empat, huh?”“Pergi kau, jangan ikut campur urusan kami!” Sahut Caecilia.“Para tuan putri yang budiman, bisakah kalian bersikap layaknya wanita bangsawan yang terhormat?” Tanyanya dengan senyum mengejek.“Mari ku bantu.” Pria itu mengulurkan tangannya.Ragu-ragu, Ravena akhirny
“Aku tidak bisa melakukannya.” Harvey berbalik menatap Ravena kembali setelah berhasil mengancingkan seluruh kancing pakaiannya.“Kenapa?” Ravena menatap bingung pada pria itu. Dirinya sudah diliputi ketegangan dan juga mendamba penuh ketertarikan.Harvey menarik selimut dan menutupi tubuh Ravena. Kemudian berlutut untuk menyamakan wajah mereka.“Bukankah sudah kukatakan tidak akan menyentuhmu sampai hari pernikahan tiba? Aku hampir saja kehilangan kendali diri tadi. Maaf, karena membuatmu bingung.”“Kau sungguh membuatku terlihat seperti jalang murahan yang sedang menggodamu.”“Bahkan kalau pun kau iya, aku tidak masalah.” Harvey tersenyum, menjatuhkan satu kecupan panjang di pucuk kepala Ravena.“Tidurlah.” Beristirahatlah, besok adalah hari pertunangan kita. Kuharap kau punya cukup energi untuk petualangan selanjutnya.***Harvey menemui ayahnya di erast saat Camilia sedang tidak ada di istana. Permaisuri itu sedang melakukan aksi sosial seperti yang biasa dia lakukan untuk membuat
Halo, semuanya. Finally! Saya ingin menutup tirai cerita terakhir “Kekasih Hati Sang Putri” dan mengucapkan perpisahan di sini. Ini adalah karya pertama saya yang masih memiliki banyak kekurangan dan hal-hal lain yang saya sesali, tapi saya harap readers sekalian tetap dapat menikmati setiap momen dan alur ceritanya.Selama saya melihat progress para pembaca setiap harinya, dengan rasa haru, penuh syukur dan refleksi diri sebagai seorang author, saya bisa menjalani hari-hari menyenangkan yang sangat berarti. Subscriber, vote dan komentar yang kalian tinggalkan menjadi motivasi terbesar saya dalam mengerjakan cerita ini.Saya benar-benar bersyukur kepada kalian semua, dan saat kita bertemu lagi, saya pasti akan kembali dengan cerita yang lebih seru dan lebih menarik.Semoga kalian semua selalu sehat dan bahagia! ^_^&n
Noland menyambut tangan Naomi dan mereka berjalan bersama sebelum mengucapkan janji pernikahan. Kemudian diakhiri dengan ciuman bibir yang dalam dan panjang, terlena satu sama lain. Sampai mereka mendengar sorakan dan keduanya menoleh melihat kerumunan orang yang masih berjajar di belakang mereka.Dengan wajah bersemu merah, Naomi dan Noland perlahan mengangkat gelas anggurnya, diikuti semua orang yang hadir di sana. Mereka semua mengucapkan selamat atas pernikahan Naomi dan Noland yang dirayakan secara besar-besaran. Tak terkecuali Ravena, wanita itu menatap puas pada kebahagiaan yang tengah meliputi Naomi.“Benar-benar raja besar Helion. Kau bahkan mengundang para raja dari kerajaan lain untuk menghadiri pernikahan abdi setiamu.” Celetuk Alex di belakang Harvey, pria itu menggeleng, mengakui kekuasaan Harvey yang tak terbatas.“Karena mereka membutuhkan perjanjian kerja sama dengan Helion, jadi mau tak mau mereka harus datang
Satu minggu berlalu, Ravena baru saja kembali dari istana langit. Dirinya sudah mendapatkan jasad dewa Arthur secara utuh dan memakamkannya dengan layak di istana langit, di dekat makam dewi Alora. Kemudian memberikan sebuket bunga mawar besar di monumen di Aphrodite yang dibuat Harvey untuk menghormati mendiang ayahnya.Ravena sudah mendengar cerita lengkapnya dari Harvey. Tentang raja Hames yang meninggal bunuh diri akibat menanggung malu karena gagal mengenali permaisuri Camilia sebagai penyihir jahat. Kemudian ayahnya, raja Emmett juga meninggal tiga tahun yang lalu karena penyakit jantung. Sekarang hanya tersisa ibu tirinya Frederica, wanita itu masih berada di Eldham, namun Noland mengasingkannya dan tidak mengijinkannya keluar untuk bertemu siapapun.“Yang mulia ratu, gaun pesanan anda sudah tiba.” Ucap seorang membuyarkan lamunan Ravena. Dirinya sedang berada di balkon penginapan tempatnya dulu pernah menginap saat menghadiri acara
Akhirnya, Ravena menekankan dadanya yang sensitif di tubuh Harvey yang hangat dan kuat. Harvey menyingkirkan sisa kemeja dan menanggalkan sisa pakaiannya saat Ravena berbaring di atas ranjang. Kemudian Harvey berbaring di samping Ravena, kaki mereka bertautan, tubuh mereka mendesak untuk bisa bersatu. Harvey memposisikan diri.“Kau bisa menahannya?” Tanya Harvey dengan hati-hati, pasalnya ini adalah pertama kalinya mereka melakukannya lagi setelah sepuluh tahun.“Hm, ya.” Suara Ravena tertelan di tenggoorokan, digantikan dengan lenguhan panjang. Rasa sakit nikmat yang intens terasa saat Harvey menyatukan tubuh mereka dengan sangat pelan.Ravena berfokus pada wajah Harvey, pada cinta yang tersirat pada wajah pria itu, merasa puas karena mereka telah bersatu bersama namun masih menginginkan lebih. Kemudian Harvey mulai bergerak, mengirimkan sensasi liar yang bergulung-gulung dari dalam diri Ravena. Bibir Ravena terbuka dan
“Aku melakukannya demi dirimu dan juga demi kehidupan damai seluruh umat manusia.”“Sedikit saja ada kesalahan, kau bisa terbunuh. Apa kau tahu?” Ravena mengangguk.“Aku bahkan membiarkanmu pergi seorang diri ke Elettra waktu itu. Kalau aku tahu kau sudah melepaskan inti kekuatan perisaimu, aku pasti tidak akan mengijinkannya.”“Sudahlah. Lagipula hal itu sudah lama sekali berlalu. Sekarang aku sudah sepenuhnya sadar dan menjadi lebih sehat, apa itu saja tidak cukup?” Ravena menatap Harvey dengan mata berseri-seri, berharap pria itu akan luluh dan berhenti memarahinya.“Tetap saja aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri. Kalau sampai kau tidak selamat, aku akan—““Ssssttt, jangan berbicara lagi.” Ravena meletakkan telunjuknya di bibir Harvey, mencegah suaminya berbicara sembarangan lagi.“Aku mencintaimu, sangat.” Harvey lalu
“Jangan sampai nanti tiba-tiba ada dewa istana langit turun ke bumi dan mengaku-ngaku sebagai tunangannya.” Lanjut Alex, pria itu sangat menikmati melihat raut cemas Harvey.Alex merasa bangga pada dirinya sendiri karena bisa mempermainkan Harvey dan membalas perbuatan pria itu yang telah mengerjainya. Alex masih kesal karena Harvey telah membuatnya menghadiri beberapa acara pernikahan untuk mewakilinya, sekalipun dirinya tidak mengenal orang-orang itu.“Bicara sekali lagi aku akan menyuruh orang tuamu menjodohkanmu dengan Caecilia.” Ancam Harvey dengan tatapan tajam menusuk.“Caecilia? Caecilia Clark? Tidak terima kasih. Kalau kau melakukannya, aku tidak akan mau mengenalmu lagi.” Alex memajukan bibirnya kesal.***Harvey membolak-balikan buku di tangannya dengan gusar. Pikirannya terus saja mengingat kata-kata Alex beberapa waktu lalu. Dia sudah bisa menebak sejak awal, namun dirinya terlalu pe
“Kau melanggar aturan langit dan menahan sakit demi diriku. Tapi aku malah berkali-kali menyakitimu. Maafkan aku, setelah kau sadar, aku janji akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Dan hanya akan mencintaimu saja seumur hidup ini. Aku akan menantikannya dengan sabar.” Harvey meraih tangan Ravena dan mengecup punggung tangannya dengan lembut.“Kau memang harus melakukannya.” Harvey menoleh dan mendapati Emilie beserta Raina sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.“Kalian datang?” Tanyanya basa-basi.“Ya. Kami harus memastikan keadaannya. Bagaimanapun tuan putri adalah satu-satunya keturunan dewa tertinggi yang tersisa.” Emilie melihat Harvey dari sudut matanya, lalu melewati pria itu begitu saja menuju Ravena.“Kau melupakan Alora.” Sahut Harvey kemudian.“Ah ya, benar.”Harvey mendengus lalu meninggalkan ketiganya di kamar. Pria itu memaklumi kalau Emi
“Maafkan aku. Aku tidak bisa menolak perintah raja saat itu.”“Sudahlah.” Harvey menarik napas dalam-dalam untuk meredam emosinya.“Lagipula hal ini sudah lama berlalu. Yang terpenting sekarang kau sudah menyadari kesalahanmu dan aku sudah bersatu kembali dengan Ravena.” Putus Harvey, tidak berniat memperpanjang masalah yang telah lalu.“Sekali lagi aku minta maaf, yang mulia. Karena telah mengecewakanmu.”“Lupakan saja. Sekarang kau pergilah.” Harvey mengangkat salah satu tangannya, memberi isyarat pada NolandHarvey mendengus sesaat setelah kepergian Noland. Pikirannya dipenuhi dengan ayahnya yang ternyata telah merencanakan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya. Selain malam pertamanya dengan Ravena, semuanya bukanlah sebuah kebetulan. Harvey lalu mengusap wajahnya dengan kasar, tidak tahu harus marah atau justru berterima kasih pada mendiang ayahnya.“K
“Ravena tahu, aku seharusnya mati pada saat serangan kudeta waktu itu. Jadi dia memutuskan untuk melepakan inti kekuatan perisai miliknya dan memberikannya padaku. Dia melakukannya untuk menyelamatkanku dan juga menyelamatkan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Sejak saat itu takdir kami berubah. Dia adalah satu-satunya orang yang melanggar aturan langit dan mengubah takdir—untukku.” Harvey memberi jeda pada kata terakhirnya, lalu menunduk saat mengatakan kebenaran tentang takdir Ravena.“Kenapa?”“Karena dia adalah seorang dewi agung. Keturunan langsung dewa dewi tertinggi istana langit.”“Ternyata tuan putri telah benar-benar jatuh cinta dan memiliki pendirian yang teguh terhadapmu.” Noland mengatakannya dengan tulus, kecemburuannya pada mereka berdua sudah hilang sepenuhnya.Noland sudah tidak lagi memiliki perasaan pada ratu Helion yang baru itu.“Manusia biasa sepe