DEG!
Naomi terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia takut pangeran itu akan mencurigainya, dan juga Ravena.
‘Kalau dia adalah manusia biasa, tentu saja tidak.’ Batin Naomi.
“Bagaimana bisa. Apa yang harus aku lakukan sekarang.” Harvey berlutut di depan tubuh Ravena yang masih berbaring lemah.
Mata birunya menelusuri gadis itu dari atas kepala hingga ujung kaki. Pria itu bernapas dengan susah payah. Kedua tangannya menggenggam salah satu tangan Ravena yang tidak diperban.
“Bangunlah, sayang. Kumohon.” Suaranya bergetar, air matanya menggenang di pelupuk mata.
Naomi yang menyaksikan itu hanya terdiam, tidak berani bersuara dan akhirnya memilih keluar dari tenda. Melihat Ravena yang masih belum sadarkan diri setelah terkena panah beracun dan juga Harvey yang hampir gila karena sedih membuatnya prihatin.
“Ada apa?” Di luar tenda, Noland segera menghampiri Naomi saat gadis
“Maksudmu?” “Dia adalah seorang dewi dari istana langit. Putri tunggal dewa Arthur dan dewi Alora. Kedua orang tuanya terbunuh saat pertempuran di Valdon, dengan kekuatan meteor yang diledakkan oleh kakekmu.”Harvey merasa udara di sekitarnya menipis, dadanya sesak dan pria itu membuang wajah kemana saja. Dia berharap Naomi sedang berbohong dan mengarang cerita sekarang.“Bagaimana aku bisa mempercayaimu sedangkan usiamu bahkan setahun lebih muda darinya?” Harvey tidak mau menerima fakta itu begitu saja. Kalaupun itu benar, dari mana Naomi mengetahuinya? Sedangkan saat peristiwa itu terjadi, sudah pasti dirinya belum lahir.“Aku bersumpah atas nama dewa dan dewi.”“Tidak mungkin.” Harvey memijat kepalanya, wajahnya mulai gelisah diikuti dengan napas yang mulai memburu.“Mungkin sulit untuk dipercaya, namun itulah kenyataannya.” Naomi melihat Harvey yang
“Aku sudah tidak sabar untuk menikahimu.” Ucapnya penuh ketulusan, meskipun jauh di dalam hatinya, Harvey menyimpan luka yang sangat besar.Sekarang Harvey mengerti alasan Ravena memiliki kulit pucat yang tidak seperti kebanyakan penduduk Feyre. Kenapa Ravena tidak mati saat bersentuhan dengannya, dan juga tubuhnya yang kebal dengan serangan racun sihir hitam.Dia tahu dirinya egois, dan Harvey bersedia menerima konsekuensi apapun dari setiap pilihannya.***“Bagaimana penampilanku?” Harvey membenarkan kancing di pergelangan tangannya.“Luar biasa.” Noland memandang kagum pada penampilan pria itu.Harvey mengenakan stelan warna putih dengan tuxedo panjang berekor yang dihiasi dengan bunga-bunga mawar berwarna serupa. Pria itu juga membiarkan sebagian dada bidangnya terekspos.Rambutnya ditata rapi dan disisir ke atas. Menunjukkan fitur wajah sempurnanya yang dibingkai dengan alis te
“Hai. Selamat untuk pernikahan kalian. Kalian berdua benar-benar pasangan yang cocok.” Alex mengangkat gelas anggurnya untuk bersulang pada pengantin baru itu.“Terima kasih.” Ravena tersenyum menyambut ucapan selamat pria itu.“Terima kasih juga untuk yang waktu itu. Maaf karena sangat terlambat mengucapkannya.” Alex menunjukkan wajah berpikir sejenak, dan setelah dia mengingat insiden itu, dirinya tersenyum.“Tidak perlu sungkan. Kalaupun itu bukan dirimu, aku tetap akan melakukan hal yang sama.” Jawabnya tenang.“Dia memang orang yang seperti itu. Suka ikut campur urusan orang lain.” Sahut Harvey.“Benarkah?”“Tapi untuk yang satu itu sepertinya jauh lebih baik kalau aku ikut campur.” Alex mengiterupsi, tidak menerima gurauan Harvey begitu saja.“Ya. ya. Aku tahu. Kau memang yang terbaik, Alex.” Kedua pria itu berpelukan
Harvey membawanya ke pondok di tengah hutan pinus tempat mereka pertama kali bertemu sekaligus yang menjadi saksi bisu percintaan panas yang terjadi semalaman penuh. Ravena merasa pipinya memanas saat mengingat kejadian itu.“Kau mau mandi dulu?”“Bagaimana kalau aku bilang—tidak?”Saat Ravena berbalik, matanya bertemu dengan mata biru Harvey. Keingintahuannya berubah menjadi ketertarikan. Matanya mulai memperhatikan bibir pria itu yang sangat dekat dengan bibirnya. Bibir Harvey berlemak dan kencang dan bentuknya sempurna.Mereka bertatapan kemudian bibir Harvey terkatup kaku. Pria itu mengangkatnya lalu sekejap kemudian menjatuhkannya di atas ranjang besar yang berada tak jauh dari mereka. Bibir Harvey terasa panas saat menyentuh bibirnya. Ciuman pria itu penuh percaya diri dan terampil, dan seperti biasa, Ravena langsung dikuasai sensasi.Selagi bibir Harvey memainkan bibirnya, Ravena merasakan telap
“Mencoba semua posisi dan gerakan tentu saja.” Ravena meninju dada Harvey dengan lembut, merutuki isi kepala suaminya.“Kau ini.”***Ravena terbangun seorang diri, lalu dia mendengar suara bunyi air pancuran dari arah kamar mandi dan segera tahu kalau suaminya sedang mandi. Dirinya berguling telentang dan menatap langit-langit, kepalanya masih dipenuhi kejadian semalam. Percintaan panas yang terjadi antara dirinya dan juga Harvey sebagai sepasang suami istri baru.Tak lama kemudian, pria itu muncul dari balik pintu kamar mandi lengkap dengan sebuah handuk putih yang melingkari pinggulnya dan satu lagi di atas kepala untuk mengeringkan rambutnya.“Kau sudah bangun?”“Baru saja.”“Apa kau merasa ada yang tidak nyaman dengan tubuhmu?” Harvey melangkah mendekatinya lalu berdiri di samping ranjang, menatap Ravena yang masih berada dalam gulungan selimut tebal.
‘Meninggalkamu.’Harvey harus rela menyembunyikan kebenaran itu dari Ravena. Mereka baru saja menikah dan dia masih ingin menikmati masa-masa kebersamaan mereka. Meskipun dia tahu cepat atau lambat semuanya akan segera terungkap, dan saat itu terjadi, dia harus mempersiapkan diri.Kalau saja ada hal yang bisa dia gunakan untuk menukar semua kemungkinan itu. Harvey akan melakukan apapun untuk memperjuangkannya.“Kau sedang melamunkan apa?” Harvey terkesiap saat istrinya tiba-tiba duduk di atas pangkuannya.“Tidak ada. Hanya terlalu bahagia sampai-sampai terasa seperti mimpi.”“Benarkah?”Ravena memajukan wajahnya dan berbicara di telinga Harvey, “Aku sudah selesai makan.”Pria itu mengernyit, namun sedetik kemudian bibirnya menyeringai. Tanpa aba-aba, Harvey mengangkat tubuh Ravena dan membawanya kembali ke ranjang.“Aku menginginkanmu.” Sua
“Harus. Apa kau ingin menyakiti anak kita?”“Apa dia akan merasa sakit jika aku melakukannya?”“Tentu saja. Dia bahkan bisa meninjumu dari dalam perutku.”“Dia bahkan masih sebesar biji jagung sekarang.” Ucap Harvey acuh.“Dari mana kau tahu dia sebesar biji jagung?”‘Benar. Wanita yang kunikahi ini bukanlah manusia biasa. Dia adalah seorang dewi dari istana langit. Aku bahkan tidak tahu bagaimana ketika seorang dewi hamil.’ Mata Harvey bergerak gelisah, dia hampir melupakan fakta itu.***“Kau sudah siap?” Ravena mengedarkan pandangannya sekali lagi ke seluruh ruangan. Ada perasaan enggan saat mereka akhirnya harus meninggalkan pondok.Godaan untuk menghabiskan sisa hidup mereka di tempat ini sangat kuat. Mereka diselubungi dunia mereka sendiri, terlindung dari kenyataan. Namun Ravena kembali menyadari, pria yang dia nikahi itu
“Apa? Apa yang kulakukan?”“Kau selalu saja membuatku hampir mati karena kesal dengan kata-katamu.”“Bukankah lebih baik mengatakan kebenaran meskipun menyakitkan?”“Ya. Kau boleh pergi sekarang.”“Kau bahkan belum mendengar berita baiknya dan malah mengusirku.” Naomi merengut.“Apa?”“Kalian tetap bisa ‘melakukannya’ selama kehamilan. Itu tidak akan mempengaruhi bayinya karena putri Ravena adalah seorang dewi yang memiliki energi spiritual tinggi. Juga—“ Naomi menatap takut-takut pada Harvey.“Juga?” Tanyanya penuh ketidaksabaran.“Selama satu tahun kehamilan, perut nona Ravena tidak akan membesar seperti wanita hamil pada umumnya.”“APA?” Perkataan Naomi itu mampu membuat Harvey bangkit dari kursinya.“Aku sudah mengatakan semuanya. Jadi, mohon pamit, pa
Halo, semuanya. Finally! Saya ingin menutup tirai cerita terakhir “Kekasih Hati Sang Putri” dan mengucapkan perpisahan di sini. Ini adalah karya pertama saya yang masih memiliki banyak kekurangan dan hal-hal lain yang saya sesali, tapi saya harap readers sekalian tetap dapat menikmati setiap momen dan alur ceritanya.Selama saya melihat progress para pembaca setiap harinya, dengan rasa haru, penuh syukur dan refleksi diri sebagai seorang author, saya bisa menjalani hari-hari menyenangkan yang sangat berarti. Subscriber, vote dan komentar yang kalian tinggalkan menjadi motivasi terbesar saya dalam mengerjakan cerita ini.Saya benar-benar bersyukur kepada kalian semua, dan saat kita bertemu lagi, saya pasti akan kembali dengan cerita yang lebih seru dan lebih menarik.Semoga kalian semua selalu sehat dan bahagia! ^_^&n
Noland menyambut tangan Naomi dan mereka berjalan bersama sebelum mengucapkan janji pernikahan. Kemudian diakhiri dengan ciuman bibir yang dalam dan panjang, terlena satu sama lain. Sampai mereka mendengar sorakan dan keduanya menoleh melihat kerumunan orang yang masih berjajar di belakang mereka.Dengan wajah bersemu merah, Naomi dan Noland perlahan mengangkat gelas anggurnya, diikuti semua orang yang hadir di sana. Mereka semua mengucapkan selamat atas pernikahan Naomi dan Noland yang dirayakan secara besar-besaran. Tak terkecuali Ravena, wanita itu menatap puas pada kebahagiaan yang tengah meliputi Naomi.“Benar-benar raja besar Helion. Kau bahkan mengundang para raja dari kerajaan lain untuk menghadiri pernikahan abdi setiamu.” Celetuk Alex di belakang Harvey, pria itu menggeleng, mengakui kekuasaan Harvey yang tak terbatas.“Karena mereka membutuhkan perjanjian kerja sama dengan Helion, jadi mau tak mau mereka harus datang
Satu minggu berlalu, Ravena baru saja kembali dari istana langit. Dirinya sudah mendapatkan jasad dewa Arthur secara utuh dan memakamkannya dengan layak di istana langit, di dekat makam dewi Alora. Kemudian memberikan sebuket bunga mawar besar di monumen di Aphrodite yang dibuat Harvey untuk menghormati mendiang ayahnya.Ravena sudah mendengar cerita lengkapnya dari Harvey. Tentang raja Hames yang meninggal bunuh diri akibat menanggung malu karena gagal mengenali permaisuri Camilia sebagai penyihir jahat. Kemudian ayahnya, raja Emmett juga meninggal tiga tahun yang lalu karena penyakit jantung. Sekarang hanya tersisa ibu tirinya Frederica, wanita itu masih berada di Eldham, namun Noland mengasingkannya dan tidak mengijinkannya keluar untuk bertemu siapapun.“Yang mulia ratu, gaun pesanan anda sudah tiba.” Ucap seorang membuyarkan lamunan Ravena. Dirinya sedang berada di balkon penginapan tempatnya dulu pernah menginap saat menghadiri acara
Akhirnya, Ravena menekankan dadanya yang sensitif di tubuh Harvey yang hangat dan kuat. Harvey menyingkirkan sisa kemeja dan menanggalkan sisa pakaiannya saat Ravena berbaring di atas ranjang. Kemudian Harvey berbaring di samping Ravena, kaki mereka bertautan, tubuh mereka mendesak untuk bisa bersatu. Harvey memposisikan diri.“Kau bisa menahannya?” Tanya Harvey dengan hati-hati, pasalnya ini adalah pertama kalinya mereka melakukannya lagi setelah sepuluh tahun.“Hm, ya.” Suara Ravena tertelan di tenggoorokan, digantikan dengan lenguhan panjang. Rasa sakit nikmat yang intens terasa saat Harvey menyatukan tubuh mereka dengan sangat pelan.Ravena berfokus pada wajah Harvey, pada cinta yang tersirat pada wajah pria itu, merasa puas karena mereka telah bersatu bersama namun masih menginginkan lebih. Kemudian Harvey mulai bergerak, mengirimkan sensasi liar yang bergulung-gulung dari dalam diri Ravena. Bibir Ravena terbuka dan
“Aku melakukannya demi dirimu dan juga demi kehidupan damai seluruh umat manusia.”“Sedikit saja ada kesalahan, kau bisa terbunuh. Apa kau tahu?” Ravena mengangguk.“Aku bahkan membiarkanmu pergi seorang diri ke Elettra waktu itu. Kalau aku tahu kau sudah melepaskan inti kekuatan perisaimu, aku pasti tidak akan mengijinkannya.”“Sudahlah. Lagipula hal itu sudah lama sekali berlalu. Sekarang aku sudah sepenuhnya sadar dan menjadi lebih sehat, apa itu saja tidak cukup?” Ravena menatap Harvey dengan mata berseri-seri, berharap pria itu akan luluh dan berhenti memarahinya.“Tetap saja aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri. Kalau sampai kau tidak selamat, aku akan—““Ssssttt, jangan berbicara lagi.” Ravena meletakkan telunjuknya di bibir Harvey, mencegah suaminya berbicara sembarangan lagi.“Aku mencintaimu, sangat.” Harvey lalu
“Jangan sampai nanti tiba-tiba ada dewa istana langit turun ke bumi dan mengaku-ngaku sebagai tunangannya.” Lanjut Alex, pria itu sangat menikmati melihat raut cemas Harvey.Alex merasa bangga pada dirinya sendiri karena bisa mempermainkan Harvey dan membalas perbuatan pria itu yang telah mengerjainya. Alex masih kesal karena Harvey telah membuatnya menghadiri beberapa acara pernikahan untuk mewakilinya, sekalipun dirinya tidak mengenal orang-orang itu.“Bicara sekali lagi aku akan menyuruh orang tuamu menjodohkanmu dengan Caecilia.” Ancam Harvey dengan tatapan tajam menusuk.“Caecilia? Caecilia Clark? Tidak terima kasih. Kalau kau melakukannya, aku tidak akan mau mengenalmu lagi.” Alex memajukan bibirnya kesal.***Harvey membolak-balikan buku di tangannya dengan gusar. Pikirannya terus saja mengingat kata-kata Alex beberapa waktu lalu. Dia sudah bisa menebak sejak awal, namun dirinya terlalu pe
“Kau melanggar aturan langit dan menahan sakit demi diriku. Tapi aku malah berkali-kali menyakitimu. Maafkan aku, setelah kau sadar, aku janji akan memperlakukanmu dengan lebih baik. Dan hanya akan mencintaimu saja seumur hidup ini. Aku akan menantikannya dengan sabar.” Harvey meraih tangan Ravena dan mengecup punggung tangannya dengan lembut.“Kau memang harus melakukannya.” Harvey menoleh dan mendapati Emilie beserta Raina sudah berdiri di ambang pintu kamarnya.“Kalian datang?” Tanyanya basa-basi.“Ya. Kami harus memastikan keadaannya. Bagaimanapun tuan putri adalah satu-satunya keturunan dewa tertinggi yang tersisa.” Emilie melihat Harvey dari sudut matanya, lalu melewati pria itu begitu saja menuju Ravena.“Kau melupakan Alora.” Sahut Harvey kemudian.“Ah ya, benar.”Harvey mendengus lalu meninggalkan ketiganya di kamar. Pria itu memaklumi kalau Emi
“Maafkan aku. Aku tidak bisa menolak perintah raja saat itu.”“Sudahlah.” Harvey menarik napas dalam-dalam untuk meredam emosinya.“Lagipula hal ini sudah lama berlalu. Yang terpenting sekarang kau sudah menyadari kesalahanmu dan aku sudah bersatu kembali dengan Ravena.” Putus Harvey, tidak berniat memperpanjang masalah yang telah lalu.“Sekali lagi aku minta maaf, yang mulia. Karena telah mengecewakanmu.”“Lupakan saja. Sekarang kau pergilah.” Harvey mengangkat salah satu tangannya, memberi isyarat pada NolandHarvey mendengus sesaat setelah kepergian Noland. Pikirannya dipenuhi dengan ayahnya yang ternyata telah merencanakan semua hal yang terjadi di dalam hidupnya. Selain malam pertamanya dengan Ravena, semuanya bukanlah sebuah kebetulan. Harvey lalu mengusap wajahnya dengan kasar, tidak tahu harus marah atau justru berterima kasih pada mendiang ayahnya.“K
“Ravena tahu, aku seharusnya mati pada saat serangan kudeta waktu itu. Jadi dia memutuskan untuk melepakan inti kekuatan perisai miliknya dan memberikannya padaku. Dia melakukannya untuk menyelamatkanku dan juga menyelamatkan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Sejak saat itu takdir kami berubah. Dia adalah satu-satunya orang yang melanggar aturan langit dan mengubah takdir—untukku.” Harvey memberi jeda pada kata terakhirnya, lalu menunduk saat mengatakan kebenaran tentang takdir Ravena.“Kenapa?”“Karena dia adalah seorang dewi agung. Keturunan langsung dewa dewi tertinggi istana langit.”“Ternyata tuan putri telah benar-benar jatuh cinta dan memiliki pendirian yang teguh terhadapmu.” Noland mengatakannya dengan tulus, kecemburuannya pada mereka berdua sudah hilang sepenuhnya.Noland sudah tidak lagi memiliki perasaan pada ratu Helion yang baru itu.“Manusia biasa sepe