Sesampainya di halaman depan. Hades disuguhi oleh pemandangan yang sangat mengerikan. Suasana di sana benar-benar sangat menegangkan. Di mana suara khas patah tulang yang menggema di tempat itu. Dia menyaksikan pertarungan antara dua kubu yang tidak seimbang. Bagaimanapun jumlah orang di salah satu kubu jauh lebih sedikit daripada jumlah kubu pada yang lainnya. Namun, dari kejadian itu ada satu hal yang membuatnya mengerutkan kening. Di saat tiga puluh empat orang anak buahnya sedang bertarung melawan musuh yang menyerang ke markas. Dia melihat salah satu anak buahnya sedang menonton pertempuran tersebut sambil menyilangkan kedua tangannya. Hal itu cukup membuat darahnya mendidih. ‘Sial! Kenapa si bodoh itu hanya menyaksikan teman-temannya dipukuli!’ Hades mengutuk perilaku anak buahnya yang tidak setia kawan itu dalam benaknya. Dia berjalan ke arah pemuda tersebut lalu memukul kepala bagian belakang pria itu. “Ada apa yang sedang kau lakukan disini, Zake!” Hades berkata dengan na
Pertarungan antara dua kelompok di depan manor terus berlanjut dengan sengit. Suara pukulan serta suara khas patah tulang dan teriakan kesakitan dari orang-orang masih menggema di sana. Zake dan kawan-kawan semakin terdesak. Musuh berhasil memanfaatkan kelengahan yang sempat Zake dan yang lainnya tunjukan. Hingga membuat kemenangan bagi pihak musuh semakin jelas. Hades menyaksikan pertarungan itu dengan serius ada sorot mata khawatir yang terpancar dari tatapan. Dia mengamati setiap gerakan musuh dan pertahanan yang ditunjukkan oleh anak buahnya. Dia menyadari banyak celah dan kekurangan dalam diri Zake dan yang lainnya. Pertahanan yang mereka lakukan memiliki banyak celah dan terlalu lemah. Hingga membuat musuh dapat dengan mudah melayangkan serangan fatal pada tubuh mereka masing-masing. “Aku harus meningkatkan jadwal pelatihan mereka. Kalau tidak! Aku tidak yakin mereka dapat mengalahkan musuh ketika waktunya tiba, menguasai dua kota besar.” Hades bergumam sambil menghabiskan ko
Hades tersenyum dingin tatkala melihat orang-orang yang melarikan diri itu. Dia menendang beberapa kerikil ke arah orang itu. Lalu secara akurat kerikil-kerikil tersebut mengenai paha kedua puluh orang yang melarikan diri itu. “Aaakh!!!” Orang-orang itu berteriak kesakitan. Teriakan mereka semua menggema di halaman depan manor. Membungkam suara pertarungan di sana. Kedua puluh orang terus berteriak kesakitan. Darah mengucur deras dari paha mereka semua. Pemandangan itu berhasil menghentikan pertarungan yang terjadi. Semua orang secara serempak mengalihkan pandangan ke arah dua puluh orang itu. Mereka semua menatap tajam ke arah orang-orang yang melarikan diri itu. Kemarahan di hati mereka semua sudah tidak terbendung lagi. Terutama untuk teman-teman mereka yang masih bertarung melawan Zake dan yang lainnya. Mereka semua merasa dikhianati oleh teman seperjuangan. Mereka disini berjuang untuk kemenangan. Namun orang-orang itu malah melarikan diri tanpa memperdulikan nasib mereka sem
Oleh karena itu mereka menyerah dan menjatuhkan lutut secara bersamaan setelah melihat salah satu dari mereka memulainya. Menyerah sambil memohon pengampunan dari lawan memang sangat memalukan bagi reputasi mereka. Akan tetapi, mereka tidak memiliki pilihan lain saat ini. Mereka masih ingin menikmati hidup lebih lama lagi. Apalah artinya sebuah reputasi, jika mereka sendiri bahkan tidak bisa melanjutkan kehidupan. Adegan itu mengejutkan semua orang, terutama Quest dan yang lainnya. Mereka telah menghadapi orang-orang ini sejak awal dan bahkan mereka sempat berpikir untuk menyerah. Namun, siapa sangka orang-orang ini akan menyerah terlebih dahulu. ‘Sialan! Dasar para pengecut. Kenapa kalian baru berlutut sekarang hah! Bukankah jika kalian bertindak seperti ini lebih awal akan lebih bagus! Aku tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menghadapi kalian semua!” Quest membatin dengan kesal. Quest hampir melompat dan menendang orang-orang yang sedang berlutut itu. Namun, dia sekuat
“Aku akan segera melaksanakannya, Tuan.” Weston menjawab sambil menganggukkan kepala. Dia membungkukkan badannya ke arah Hades lalu pergi dari tempat itu menjalankan perintah yang telah diberikan padanya. Dia membawa semua rekan yang terluka ke aula utama lantai satu. Sesuai instruksi yang Hades berikan. Weston berbeda dengan yang lainnya. Dia tidak adalah orang yang cerdas dan cergas dalam segala hal. Jujur saja Hades lebih mengagumi Weston daripada Zake. Bagaimanapun Weston memiliki bakat dan kepintaran di atas rata-rata. Setelah menganggukkan kepala, Hades mengalihkan pandangannya ke arah Zake. Pria yang beberapa saat lalu tidak menghiraukan larangannya. Pria itu sangat ketakutan tatkala mendapatkan tatapan tajam dari Hades. Dia tidak bisa menahan tubuhnya yang mulai gemetar ketakutan. Zake merasakan hawa dingin seketika memenuhi tubuhnya. Sorot matanya tidak dapat menyembunyikan perasaan ketakutan yang dia rasakan saat ini. “Apa kau tidak akan memberikan penjelasan apapun pad
“Apa kamu baik-baik saja!” ucap wanita itu dengan lembut sambil mengangkat kepalanya tinggi-tinggi.Menatap lurus ke arah mata Hades, seolah-olah memberinya kekuatan. Hades tersenyum lembut saat menatap wajah cantik dan manis milik Walz. Lalu dia mendaratkan kecupan pada bibir mungil milik wanita itu. Lalu mengacak-acak rambut panjang Walz lalu berkata dengan nada hangat. “Aku baik-baik saja, Walz.”Hades membalas pelukan wanita itu dengan hangat. Dia membelai punggung Walz dengan lembut. Dia dapat merasakan gunung kenyal milik Walz yang menyatu dengan dada kekar miliknya. Hal itu menghilangkan semua kesuraman yang beberapa saat lalu dirasakan. Senyum lebar menghiasi wajah tampannya.Walz menggembungkan kedua pipinya dengan mata yang terbuka secara sempurna. Wajahnya mulai memanas, semu merah berangsur-angsur mewarnai pipi gemoy milik wanita itu. Dia memelototi Hades dengan sengit tatkala pemuda itu mendarat ciuman ringan di bibirnya. Dia terlihat sangat imut dan menggemaskan dengan
Namun, tsunami tersebut tidak mampu untuk menghancurkan bangunan tinggi tersebut. Tidak berselang lama kedua orang itu berhenti berteriak. Kedua memejamkan mata dengan tenang. Seolah-olah tidak pernah terjadi apapun pada diri keduanya. Mereka memejamkan mata secara spontan seolah-olah mendapatkan instruksi dari seseorang. Kedua orang itu mentransfer sisa-sisa kekuatan yang mereka miliki. Mengarahkan gelombang energi tersebut ke dalam pusaran inti meridian mereka. Mereka memaksa gelombang energi itu untuk menghancurkan pintu besi yang menghalangi meridian ke satu mereka. Semua orang melihat butiran keringat yang bercucuran di wajah kedua pemuda tampan itu. Kekhawatiran dan kecemasan serta rasa penasaran terkumpul di hati mereka semua tatkala menyaksikan perubahan di ekspresi wajah Azzura dan Berry. Mereka semua masih menunggu dengan sabar apa yang akan terjadi pada kedua pemuda itu, setelah keduanya meminum ramuan yang Hades buat. Setelah beberapa saat Azzura menjadi orang pertama
Semua orang tertegun sesaat. Mereka semua tidak tahu harus menangis atau tertawa sekarang! Saat mendengar gurauan Hades. “Minumlah!” Hades melanjutkan perkataannya dengan santai. Dia menyadari apa yang ada dalam pikiran mereka semua. Orang-orang itu ingin segera menghabiskan segelas air yang telah dicampur dengan Pil Darah, agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Azzura dan Berry. Dan mereka juga ingin secepatnya pulih dari luka-luka yang dialami saat ini. “Terima kasih, Tuan Baker,” ucap orang-orang itu sebelum meneguk habis air yang ada di dalam gelas mereka. Orang-orang itu dengan penuh semangat mengharapkan keajaiban terjadi pada tubuh mereka. Dan mereka juga sudah mempersiapkan diri sebelumnya. Bagaimanapun mereka sadar tepat setelah mereka menghabiskan segelas air itu. Mereka semua akan merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan. Bahkan dua orang yang paling kuat di antara mereka semua tidak sanggup menahan rasa sakit itu. Meskipun begitu mereka semua sadar, sete
Julian menghindari serangan itu dengan sedikit memiringkan tubuhnya ke samping. Dia mengerahkan semua kekuatan yang ada di dalam tubuh, mengumpulkannya di tangan kanan yang sudah mengepal kencang. Dia menyerang Gribson menggunakan semua kekuatan yang telah terkumpul. Hingga membuat pria itu terpental beberapa meter ke depan. Tubuh Gribson melayang di udara untuk beberapa waktu sebelum menabrak dinding diiringi suara gedebuk kencang. Adegan tersebut membuat semua orang yang ada di sana tercengan. Mereka semua diam membatu dengan mulut yang terbuka lebar, untuk beberapa saat. Sebelum salah satu dari mereka berteriak panik setelah kembali sadar ke akal sehatnya. “Tuan!”“Tuan Gribson!”Semua orang lekas menghampiri Gribson yang memuntahkan seteguk darah segar. Raut wajah mereka semua terlihat sangat panik. Ada sebuah ketakutan di sorot mata orang-orang itu. Mereka takut Gribson terluka parah karena serangan barusan.“Tuan … apa kau baik-baik saja?” tanya salah satu anak buah Gribson d
Julian menunjukkan seringai dingin di wajah tatkala menatap tajam ke arah pria yang menendangnya itu. Dia bangkit dari tempatnya tergeletak. Lalu menyerang para pria itu. Dia mengerahkan semua kekuatannya. Berniat melumpuhkan salah satu lawan dengan sekali serangan. “Mati-lah kau sialan!” Orang yang dikunci tidak sempat menghindari serangan Julian. Bagaimanapun Julian menyerang pria itu dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pergerakan Julian benar-benar sangat lincah dan cepat serangannya juga sangat kuat. Hingga menyebabkan pria itu terpental beberapa meter ke belakang. Tubuh pria itu berhenti mundur setelah menabrak tembok yang ada di luar kamar. Pria itu ambruk ke lantai lalu memuntahkan seteguk darah segar. Sesaat dia menatap ngeri ke arah Julian sebelum kehilangan kesadarannya.Adegan tersebut mengejutkan semua orang yang ada di sana. Mereka sedikit merasa takut sekarang. Namun, ketakutan itu hanya terjadi beberapa saat. Salah satu dar
Namun, siapa sangka rencana indahnya harus tertunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Dia sudah menyetujui bergabung dengan Hades. Dia tidak tahu Hades akan membiarkannya pensiun kapan dan dia juga tidak tahu berapa besar uang yang akan diterimanya nanti.Saat ini di dalam rumah, Julian sedang mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Dia hanya memasukan beberapa pakaian yang diperlukan saja. Tidak lupa dia juga memasukan senjata yang miliknya ke dalam tas. Dia sudah selesai memgemas barang-barangnya dan bersiap pergi meninggalkan rumah ini secepat mungkin. Dia sudah merasakan kejanggalan di tempat ini. Oleh karena itu dia yakin bahaya akan menyimpanya, jika terlalu lama tinggal di tempat ini. Namun, ketika dia akan melangkahkan kakinya. Sudut matanya secara tidak sengaja melihat sebuah foto seorang wanita muda berusia dua puluh lima tahun bersama seorang anak kecil berusia tiga tahun. Foto itu terlihat sangat kusam, seolah-olah foto itu diambil sudah sejak lama.
Di belahan bumi lain. Terlihat sebuah rumah sederhana nan nyaman dengan halaman depan yang lumayan cukup luas. Sekiranya muat untuk di tepati dua mobil. Tidak jauh dari sana sebuah kendara beroda empat melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi. Mobil itu secara tiba-tiba berhenti melaju tepat di halaman depan rumah sederhana itu diiringi dengan suara decitan ban yang menggema di sana. Tidak berselang lama. Seorang pria berusia dua puluh sembilan tahun dengan wajah yang lumayan cukup tampan dan pakaian yang rapi turun dari mobil tersebut. Pria muda itu tidak lain adalah Julian. Penampilannya saat ini sangat jauh berbeda. Berbanding terbalik saat dia berada di Manor Baker. Julian terlihat bagaikan seorang ceo muda yang sangat sukses. Dia terlihat sangat keren dan tampan. Dia mendapatkan mobil mewah dan baju mahal itu tadi saat meninggalkan Manor Baker. Di perjalanan dia secara tidak sengaja melihat beberapa tuan muda yang sedang menindas seora
Setelah beberapa saat berjalan ketiganya melihat sebuah kedai sederhana. Kedai itu terbilang cukup sepi pengunjung, hanya ada sekitar sepuluh orang yang sedang menikmati makanan di sana. Menilai dari pakaian yang dikenakan oleh para pengunjung itu. Ben dan kedua orang lainnya dapat menilai bahwa orang-orang yang sedang makan itu adalah warga sekitar.Ketiga berjalan masuk ke dalam kedai lalu memesan enam belas porsi makanan bungkus dan tiga porsi untuk mereka santap di sana. Tidak butuh waktu lama makanan yang Ben pesan di sajikan di depan meja. Lalu ketiganya menyantap makanan itu dengan sangat lahap. Beberapa saat kemudian ketiga orang itu telah selesai memakan makanan mereka. Lalu mereka bangkit dan membayar semua makanan yang mereka pesan. Mereka bertiga tidak tinggal di sana lebih lama lagi. Mereka kembali melanjutkan perjalan dengan tergesa-gesa. Bagaimanapun teman-teman mereka sedang menunggu kedatangan makanan itu. Perjalanan yang Ben dan dua tem
Sekitar tiga puluh menit kemudian, ketiganya mulai kelemahan. Mereka berjalan cukup jauh dari tempat sebelumnya. Namun, mereka masih belum menemukan satupun kedai makan di sekitar sana. Hal itu membuat ketiganya merasa kesal dan putus asa. Saat mereka akan memutuskan untuk kembali ke tempat. Salah satu dari ketiganya melihat sekelompok orang yang sedang berbincang tidak jauh dari sana. “Ben, coba lihat kesana!” ucap orang itu sambil menunjuk ke arah orang-orang yang sedang berkumpul itu.Ben dan satu orang lagi melihat ke arah yang di maksud. Pandangan keduanya mengikuti kemana arah jari teman mereka. Seketika mereka berdua menjadi bersemangat. Mereka terlihat seperti seseorang yang berjalan di padang pasir dengan suhu panas delapan puluh derajat dan melihat sungai yang airnya sangat jernih. “Sebaiknya kita tanyakan pada mereka di mana kedai makan terdekat.” Ben berkata sambil tersenyum bahagia.“Itu yang kumaksud!” ucap orang per
Dia sama sekali tidak khawatir Julian akan melarikan diri dari genggamannya. Dia yakin pria itu akan kembali ke manor secepat mungkin. Bagaimanapun sebelumnya dia sudah membuat pengaturan untuk menjadikan Julian dan teman-temannya yang lain sebagai buronan Sakte King. Hades yakin setelah informasi dagang Sakte King dibocorkan ke dunia luar dan Zake melakukan semuanya sesuai dengan apa yang dia perintahkan. Saat itu juga Sakte King akan bergerak cepat memburu semua orang yang mengungkapkan informasi tersebut. Bagaimanapun di sana terdapat salah satu informasi yang sangat sensitif bagi Sakte King. Informasi tersebut yaitu tentang keluarga-keluarga yang menjadi target Sakte King berikutnya. Hades percaya dengan bocor informasi tersebut ke publik. Sakte King akan membersihkan para penghianat itu. Mereka akan memburu Julian dan yang lainnya.Dan setelah Julian mendengar tentang semua informasi tersebut. Julian pasti akan merespon dengan cepat. Dia a
Hades menyadari kecanggungan yang Julian rasakan saat ini. Dia berjalan santai ke arah pria itu lalu menepuk pelan pundaknya. “Percayalah bergabung denganku bukanlah pilihan buruk!” Dia berkata dengan santai untuk memecahkan kecanggungan saat ini. Julian hanya mengangguk-anggukkan kepala tanpa mengatakan sepatah katapun. “Ikutlah denganku. Aku akan mengajakmu menyaksikan betapa kuatnya pasukan yang kumiliki. Meskipun sekarang mereka tidak dapat dibandingkan dengan Sakte King. Akan tetapi, cepat atau lambat. Mereka akan mengungguli sakte itu.” Hades berkata dengan penuh keyakinan. Dia berjalan ke tempat di mana anak buahnya sedang berlatih. Dengan Julian yang mengikutinya dari arah belakang. Sejauh ini Julian tidak berkomentar apapun. Dia hanya mengikuti Hades sambil memperhatikan sekeliling. Dia memperhatikan dekorasi mewah pada bangunan ini. Meskipun manor itu tidak semewah dan semegah Sakte King. Akan tetapi, manor i
Zake sangat bersemangat sekarang. Dia yakin dapat mengalahkan Sakte King dengan memanfaatkan informasi ini. Bagaimanapun informasi tersebut sangat lengkap. Berkas itu tidak hanya memberikan informasi tentang struktur Sakte King. Akan tetapi, keluarga dan kekuatan keluarga yang mendukung dan menjadi musuh Sakte King juga tercatat dalam berkas tersebut. Zake siap menerima perintah Hades untuk mengumpulkan semua keluarga yang menjadi musuh Sakte King. Dan membujuk keluarga-keluarga itu untuk bergabung dengan Hades. Menjatuhkan sakte itu dari puncak kejayaannya di kota ini. “Aku siap melakukan apapun yang Anda perintahkan, Tuan. Aku memiliki hubungan yang baik dengan tuan muda dari keluarga-keluarga yang menjadi musuh Sakte King.” Zake berkata dengan raut wajah berseri-seri.Hades hanya menunjukkan senyum tipis tatkala mendengar perkataan Zake yang penuh semangat. Dia hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun, untuk beberapa waktu. Namun, tersirat sebuah kekecewaan dari sorot matanya