"Kenapa gak dari kemarin aja pakai cara gini, ahh Almira kamu kelamaan, tapi gak papa deh yang penting sekarang misimu tercapai, yes.." batin Almira sangat bahagia dan memeluk Boy yang sedang terpejam dengan erat. Cukup lama Boy tertidur, ketika bangun pemandangan menjijikan terpampang di matanya, ia kaget bukan main ketika Almira berada di sampingnya hanya berbalut selimut sedangkan pakaian mereka berceceran di lantai. Boy mencoba mengingat kembali kenapa bisa terjadi hal seperti ini namun sayangnya ia tak ingat apapun, justru kepalanya malah sakit. "Aawww.. Kepalaku sakit sekali, apa yang terjadi? Kenapa aku juga Almira bisa melakukan ini?" gumam Boy. "Al.. Bangun!!" pekik Boy setelah kesadarannya cukup pulih. "Aaaaaaa….. Apa yang sudah kamu lakukan Boy? huhuhu…" teriak Almira. "DIAM!!! justru aku yang seharusnya tanya!" bentak Boy marah. "KENAPA MALAH KAMU MEMBENTAK KU? LAGIAN KAMU MAU TANYA APA?" bentak Almira. "KAMU SUDAH MENJEBAK KU KAN? NGAKU GAK!!" bentak Boy. "APA KAM
Perkataan dari Almira terus menganggu pikirannya, entah apa yang dimaksud olehnya dan kenapa tiba-tiba berkata seperti itu. Hati Maya mendadak tidak tenang, kemudian Maya kembali menghubungi Almira namun tak juga diangkat. "Cewek itu kenapa sih bisanya hanya bikin onar aja! Gak tau apa disini tuh lagi kepikiran omongannya terus," batin Maya. ***Sebelum kejadian Almira dan Boy melakukan hubungan terlarang, dirumah Maya sedang beberes kamarnya dan menata foto-foto agar terlihat lebih rapi, ia sengaja melakukan itu supaya ada kegiatan yang bermanfaat daripada nonton film terus. Ketika ia menata bingkai foto pernikahannya, tiba-tiba saja bingkai itu lolos dari genggaman tangannya dan pecah, Maya kaget karena ia merasa sudah memegang bingkai itu dengan baik. Tak mau berpikir terlalu jauh, Maya memunguti bingkai itu dibantu oleh bibi, tiba-tiba saja tangan Maya tertancap serpihan kaca dan seketika tangannya mengeluarkan darah cukup banyak. "Astaga non, ayo ikut bibi ke bawah, biar nant
Hari demi hari dijalani Almira dengan penuh kebahagiaan, mengapa bisa begitu? Ya jelas.. Karena tujuan utama dalam hidupnya sudah mulai tercapai, yaitu menjadi kekasih Boy Yudhistira-pria kaya raya yang sangat sukses dalam berbisnis dan juga memiliki paras yang tampan rupawan, siapa yang bisa menolak pesona pria kaya itu? Hanya wanita bo-doh yang menolaknya bahkan enggan jatuh cinta dengannya. Seperti hari ini, Almira berniat pergi ke kantor Boy untuk melepas rindu, tak perlu kabar mengajar, dirinya sudah berdandan secantik mungkin agar Boy nantinya susah untuk meninggalkannya lagi. Mobil Almira melaju dengan kecepatan sedang, didalam mobil, Almira bersenandung riang dengan ditemani musik favoritnya. Sampai di kantor Boy, Almira tak perlu lagi bertanya-tanya apakah kekasihnya itu ada di kantor atau tidak, jika tidak ada diruangan kan Almira bisa menunggunya disana, betul bukan? Ketika sampai di ruangan Boy, tak didapati keberadaan kekasihnya itu disana, mungkin sedang meeting, pikir
"Cukup!!! Jangan ada lagi keributan disini, ini tempat kerja bukannya ring tinju!" gertak Boy membuat Almira terdiam. Almira bingung harus menjawab apalagi untuk membuat keadaan berbalik, sungguh saat ini Almira sudah kepalang tanggung, mau pulang pun nanti dianggap kalah, ia tidak mau kalah dari cewek kampung itu. "Tidak.. Gue gak boleh kalah sama dia!! Enak aja gadis kampung bisa memenangkan gadis kota! Mana ada sejarahnya?" "Istrimu duluan yang rusuh, udah tau gue lagi nostalgia malah dijawab pakai nasihat sok bijak!" sindir Almira melirik Maya. "Al.." tegur Boy menatap tajam. "Nasihat sok bijak yang bagaimana? Ini memang ada dalilnya kok, kenapa anda sampai tidak tau? Nilai agama anda mungkin minim ya jadi pantas saja anda bersikap emosional begitu, kasihan sekali," sindir balik Maya tetap menunjukkan sikap tenang. "Kamu!!!" ucap Almira geram. "Ya, ada apa dengan saya?" tanya Maya menantang. "Jangan sok alim!!!" ucap Almira geram. "Tentu saja tidak, saya pun juga tak lepas
Merasa hari ini keberuntungan masih berpihak kepadanya, berulang kali Boy mengucap syukur dan tak lupa ia menyeka keringat yang ada di keningnya, hampir saja semuanya terbongkar. "Bulan ini akan saya beri bonus besar untukmu," ucap Boy pada sekretarisnya. "Wah serius pak? Terima kasih," jawab sekretaris bahagia. Lalu Boy melakukan meeting dengan sangat lancar bahkan sangat memukau, banyak investor juga peserta meeting lain yang terkesima dengannya. Apapun yang dilakukan Boy pasti hasilnya memuaskan. ***Di sisi lain, Almira merasa kesal karena sudah melewatkan kesempatan emas untuk membongkar aib, ingin sekali Almira mengamuk dan membuang semua barang yang ada didepannya, namun seketika Almira ingat jika ini bukan ditempatnya. Melihat Almira gusar membuat Maya bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang sedang Almira pikirkan itu. Apakah rahasia yang hampir dikatakan Almira tadi memang sangatlah penting dan mengancam keutuhan rumah tangganya? Lagian mau sefatal apapun masalahnya n
Seperti biasa, hari ini Maya dan Boy kembali melakukan aktivitas sebagaimana mestinya, pagi hari melakukan sarapan bersama lalu Boy akan berangkat ke kantor. Kebetulan hari ini jadwal dikantor sedang longgar, sehingga Boy bisa berangkat lebih siang. Ingin sekali ia quality time dengan istrinya, baru juga Boy memanggil Maya untuk duduk bersama, tiba-tiba ada suara bel berbunyi yang menandakan ada tamu datang, pembantu dengan sigap membukakan pintu dan mempersilahkan tamunya masuk. "Boy Yudhistira.." panggil seseorang yang suaranya tidak asing ditelinga Boy. "Siapa yang memanggilmu begitu lengkap?" tanya Maya penasaran lalu berjalan beriringan dengan Boy menuju sumber suara. "Seperti suara oma, ah tapi mana mungkin, oma kan ada di Sidney," sangkal Boy dan matanya langsung membelalak kaget. Apa yang dipikirnya beneran ada, oma yang ia kira masih ada diluar negeri, kini sudah berada di depan matanya dengan membawa koper besar. "O..oma?" tanya Boy memastikan. "Yeahh.. Ini oma, how ar
"Dari kampung oma," jawab Maya lirih seraya menunduk. "Loh memang kenapa kalau dari kampung? Haruskah itu membuatmu malu?" tanya oma heran. "Maya takut nanti oma menjadi malu dan mengira jika suami Maya sudah membuat nama keluarga besar buruk," jawab Maya membuat Oma tertawa keras. "Membuat nama keluarga besar menjadi buruk? Haha.. Kamu mendapat kata-kata itu darimana? Margareth? Masih belum hilang juga sikap arogannya?" cecar oma. "Ti..tidak kok oma," jawab Maya terbata. "Sudahlah oma lebih kenal siapa mertuamu itu, dia seharusnya yang tidak pantas berada di keluarga ini," ucap oma terdengar penuh penekanan dan menyimpan sebuah rahasia. "Maksud oma?" tanya Maya tak mengerti. "Ini rahasia besar yang sudah waktunya oma bongkar semuanya, sudah cukup selama ini anak saya bersama dengan wanita ular," ucap oma geram. Melihat ekspresi amarah diwajah oma Puspa membuat Maya enggan untuk bertanya lebih, lagian ini menyangkut masalah pribadi keluarga suaminya. Maya tak mau ikut campur t
Hari ini Maya merasa sangat suntuk sekali lantaran tak ada kegiatan yang bisa dilakukan, sebenarnya dia ingin bekerja namun apakah nanti dibolehkan oleh suaminya itu. Kebetulan sekali ketika Maya sedang berjalan ke ruang tengah, ia melihat oma Puspa sedang membaca majalah dengan ditemani secangkir cokelat panas. "Hai Oma, Maya ganggu gak?" sapa Maya. "Tidak sayang, duduklah, oma juga senang jika ada yang menemani," jawab oma dengan senyum ramah. "Makasih oma, oh iya emangnya oma suka sekali baca majalah ya?" tanya Maya. "Iya.. Dari dulu oma suka membaca, terlebih majalah fashion, jadi ya meskipun oma sudah berumur tapi tetap harus fashionable dong," jawab oma. Melihat ekspresi yang diberikan oma membuat Maya tertawa kecil, ia merasa oma tidak seperti keluarga suaminya yang cenderung serius dan kaku. "Oma ternyata bisa melawak ya?" tanya Maya sembari tertawa kecil. "Bisa lah, oma ini sudah tua bahkan umur oma sudah tidak muda lagi, kalau oma mengisi hari-hari dengan marah, emos
Perihal urusan dengan keluarga Adit kini telah selesai sudah ya meskipun ke depannya mereka tidak akan akrab seperti sebelumnya, begitu juga dengan orang tua Adit, setiap bertemu dengan orang tua Maya terpampang jelas raut kecewa juga benci, namun apa boleh dibuat? Tak ada manusia yang bisa melawan takdir. Rencana pernikahan yang sudah disepakati kini tiba pada hari H nya. Kedua mempelai terlihat sangat serasi bahkan suasana pernikahan kali ini jauh lebih hidup dibandingkan pernikahan sebelumnya, mereka sepakat hanya mengundang kerabat terdekat saja agar nuansa intim acara berasa. Toh Maya sudah pernah merasakan pernikahan yang megah dan mewah meskipun waktu itu hanya diatas kertas alias kontrak. Ijab qabul pun akan segera dimulai, Boy sudah lebih dulu berada dimeja bersama penghulu, saksi dan juga wali nikah. Kenapa Maya tak juga ikut duduk di samping?? Tidak.. Maya akan keluar ketika kata sah sudah terucap dan pernikahan diangap sah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga dari Maya, ke
Ayahnya pulang dengan wajah kusut bahkan tak ada kata-kata apapun yang terucap setelah kepulangannya dari rumah Maya. Hal buruk pasti sudah terjadi dan kini Adit bisa merasakannya. "Pak.. Apa yang sudah terjadi?" tanya Adit. "Maafkan bapak yang nantinya membuatmu kecewa bahkan patah hati, Maya, wanita yang kamu dambakan menjadi istri kini hanya tinggal angan-angan saja, Maya menolak lamaran kita dan kini Maya memilih majikannya untuk dijadikan suami, maafkan bapak," jawab Eko sangat sedih. "Apa?? Jadi benar dugaan Adit jika antara Maya dengan majikannya ada hubungan khusus, kenapa waktu itu ketika Adit tanya keduanya membantahnya?" jawab Adit kaget. "Kamu sudah tau semua ini?" tanya Eko. "Kalau tau mereka saling memliki rasa ya baru ini pak, bapak sendiri yang mengatakannya, selama ini Adit hanya menduga saja jika keduanya bukan hanya sekedar majikan dengan bawahan," ucap Adit terlihat sedih. "Bapak juga baru tau ini,
Tiba-tiba saja suasana yang tadi mencekam bahkan tegang kini menjadi canggung, Yudhistira juga Puspa memilih diam setelah semua keluh kesah ia ungkapkan, bukannya menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan, Boy lebih banyak diam, hal itu semakin membuat mereka kesal bukan main. "Berhubung semuanya sudah kondusif lagi, maka saya akan menjelaskan semuanya dari awal, saya mohon jangan ada yang menyela atau menghardik di tengah penjelasan," pinta Boy namun tak menjawab sahutan dari siapapun. "Oma.. Apa yang oma tanyakan tadi itu semua benar, saya juga Maya melakukan pernikahan kontrak selama satu tahun karena sebuah keuntungan masing-masing, Boy mendapat warisan yang sudah dijanjikan begitu juga dengan Maya yang bisa membuat keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya bahkan melunasi semua hutang keluarganya, apakah kedua orang tua Maya tau ini? Tentu tidak, Maya beralasan jika ia bisa menebus hutang pada lintah darat karena nantinya gaji setiap bulan di
Merasa semuanya tak bisa dibicarakan sebelah pihak saja membuat Tejo meminta agar Boy mendatangkan keluarganya dan membicarakan semua ini. Awalnya Boy menolak namun karena kegigihan Tejo akhirnya Boy setuju, segera Boy menghubungi papahnya juga oma agar besok datang kesini. Awalnya Yudhistira penasaran kenapa harus sampai datang ke rumah anaknya? Masalah apa yang sedang menimpa? Namun karena anaknya tau menjelaskan dan memilih memberitahukannya nanti ketika bertemu, akhirnya Yudhistira setuju. Baginya mungkin anaknya lebih nyaman jika bertatap muka, berbeda respon dengan omanya, Puspa. Awalnya Puspa kesal karena harus pulang besok pagi padahal voucher yang diberikan cucunya itu untuk 2 hari 3 malam, otomatis Puspa mengomel panjang lebar namun ia tetap akan pulang besok. Masalah keluarganya untuk datang pun sudah beres, kini tinggal mempersiapkan diri jika nanti papah dan omanya memaki Boy habis-habisan. Menunggu adalah hal yang membosankan, begitu juga
"Ada apa Boy? Ini tengah malam," tanya Maya setelah masuk ke kamar suaminya. "Ini tentang kita.. Aku gak bisa menahan lagi semuanya, lebih baik kita jujur dengan kedua orang tuamu," jawab Boy. "Gak.. Aku gak setuju! Aku gak mau bapak kecewa," tolak tegas Maya. "Tidak akan.. Niatku kan baik, lagian selama ini aku tak pernah melanggar perjanjian kita," bantah Boy. "Apapun itu aku gak mau kedua orang tuaku tau, biarkan semua selesai sesuai waktunya setelah itu kita memulai dari awal," pinta Maya. "Semua sudah selesai ketika kita berdua di Bali waktu itu, apa kamu lupa? Kan aku sudah menjelaskan semuanya, lagian selama ini aku bertanggung jawab," ucap Boy yang membuat pikiran Tejo negatif, tanggung jawab? Apa maksud perkataan itu?? Jangan-jangan… ah tak mau berprasangka buruk, lebih baik Tejo tanyakan langsung. Brak.. Suara pintu dibuka dengan keras membuat penghuninya kaget. "Apa maksud perbincang
*Sebelum Boy pulang, terlebih dahulu Boy menelpon oma nya agar tidak pulang ke rumah*"Halo, Boy? Ada apa? Oma lagi sibuk nih," tanya Puspa. "Oma lagi dimana sih?" tanya Boy penasaran. "Oma lagi hangout sama bestie oma dong, kenapa emangnya?" tanya Puspa. "Kebetulan sekali, tadi Boy ditawari voucher menginap di salah satu hotel di Bandung untuk 4 orang dan itu untuk hari ini, otomatis Boy gak bisa dong oma kan pekerjaan dikantor lagi selangit, kok tiba-tiba Boy ingin menelpon Oma eh taunya oma lagi hangout sama temen-temen oma, coba tanyain ke temannya mau apa enggak?" ucap Boy yang dijawab antusias para bestie yang telah lanjut usia. "Mereka mau dong.. Kapan berangkatnya?" tanya Puspa memastikan. "Penerbangan jam 1 siang ini oma, kalau mau akan Boy konfirmasi ke teman Boy dulu ya," ucap Boy. "Oma nanti pulang dulu bawa beberapa baju dan pendukung lainnya," ucap oma. "Eits.. Ini udah jam 11
Persoalan yang sedang keluarga Maya hadapi bukanlah perkara yang mudah, ada pihak keluarga Adit juga keluarga majikan Maya yang mereka pikirkan. Mengingat omongan majikan Maya jika anaknya juga memiliki rasa yang sama, membuat kedua orang tua Maya nekat datang ke kota dengan berbekal alamat yang pernah diberikan Maya waktu itu. Setelah cukup lama perjalanan menuju kota juga mencari alamat majikannya Maya, kini orang tua Maya akhirnya tiba di sebuah rumah mewah dan juga megah, bagi kedua orang tua Maya ini bukanlah sekedar rumah melainkan ini istana. "Bu.. Ini benar bukan alamat yang diberikan Maya?" tanya Tejo memastikan. "Menurut alamat yang diberikan Maya sih benar ini pak, tuh lihat disamping gerbang ada nomor rumahnya kan," tunjuk Tinah. "Iya bu, tapi ini bukan rumah bu melainkan istana, besar sekali.. Rumah para juragan dikampung kita saja tak ada apa-apanya dengan rumah ini," ucap Tejo kagum. "Iya Pak.. Mungkin pekerjaan majikan Maya tak hanya berbisnis tapi juga artis, bap
Tekadnya sudah bulat untuk segera mempersunting Maya, Boy diam-diam pergi ke kampung halaman Maya tanpa sepengetahuan orangnya. Boy takut jika nanti mengajak Maya maka nantinya Maya akan terlalu banyak pikiran dan tidak fokus kuliahnya, belum lagi jika ada penolakan dari orang tuanya Maya, Boy takut jika nanti Maya sedih. Ia ingin memberitahu Maya ketika semuanya sesuai harapannya. Perjalanan menuju kampung halaman Maya memanglah jauh, namun Boy sudah bertekad untuk datang seorang diri demi terwujud keinginannya mempersunting sang istri kontraknya agar menjadi istri dah, ya.. Boy memang mengendarai mobil seorang diri tanpa ada supir yang menemani, bahkan oma nya pun tidak diberitahu perihal ini. Nanti, ketika semua sudah beres barulah Boy akan jujur terhadap keluarganya. Tiba dirumah Maya, jantung Boy sangat berdegup kencang dan juga gugup menyertai, entah kenapa kedatangannya kali ini tak seperti biasanya, ia merasa kedatangannya ini sangat l
Sudah dua minggu keduanya berlibur ke Bali, kini saatnya bagi mereka untuk pulang. Sebenarnya berat bagi Maya untuk meninggalkan tempat ini, namun mau bagaimana lagi? Mereka masih ada urusan yang panjang ketika pulang nanti, setelah semuanya nanti selesai, barulah Boy berjanji akan mengajak Maya kesini lagi bahkan untuk tinggal disini. Barang sudah ia kemasi dengan baik dan rapi, oleh-oleh juga sudah Maya bawa, kini waktunya bagi mereka untuk pulang. Kebetulan penerbangan yang mereka pesan ada jam pagi, jadi siang nanti keduanya mungkin sudah tiba di kota dan bisa istirahat dulu. ***Tiba di kota. Kedatangan Maya juga Boy disambut baik dan juga antusias oleh oma nya, Puspa. Ia sudah rindu dengan cucunya apalagi mereka pergi ketika Puspa sedang tak ada dirumah. "Akhirnya cucu oma pulang juga," ucap Oma Puspa bahagia. "Iya oma.. Gimana kabarnya?" tanya Boy penuh perhatian. "Kabar oma san