Waktu terus berjalan begitu cepat, sudah 3 bulan menyandang status janda. Beberapa kali, Herman mengusik ketenangannya. Pasti ada-ada saja, tingkah lakunya untuk menghampiri Mia.Setiap hari melakukan aktivitas seperti biasanya, banyak ibu-ibu mempromosikan agar Mia secepatnya mencari pengganti. Bahkan banyak sekali, ibu-ibu lainnya agar Mia menjadi menantunya itu.Namun, Mia enggan untuk menikah bukan berarti dirinya trauma menjalin rumah tangga. Mencari-cari seseorang yang tepat,jangan terulang kembali seperti dulu.Pernikahan pertama sebagai pelajaran baginya untuk ke depan nanti,agar berhati-hati mencari seorang suami menuntun jalan yang baik.Diam-diam Mia, sudah menggugat perceraian di pengadilan agama. Hari ini,surat perceraian keluar dan tinggal di tandatangani oleh kedua belah pihak.Tiba Mia, sudah sampai di halaman rumah mantan ibu mertuanya itu. Niat ke sini, untuk meminta Herman mendatangtangi surat perceraian ini.Hari ini, Herman memang tidak masuk kerja karena mendapat
Selama menjadi seorang Guru, seringkali orang lain memanggil bu guru Mia atau bu Mia.Bel bunyi sekolah berbunyi, menandakan para murid-murid akan pulang. Mia, duduk santai di kantin sambil menikmati semangkuk bakso nya.Kebetulan sekali Wira,duduk di samping Mia dan memesan semangkuk bakso dan es teh."Bu Mia,ada yang ingin aku bicarakan ini serius".Deg!Mia menoleh ke arah Wira,pria yang duduk di sampingnya. "Membicarakan hal serius,apa pak". Tanyanya dengan penasaran."Hmmm...Ini soal perasaan bu,aku ingin menjalin hubungan serius dengan bu Mia. maksudnya ke jenjang pernikahan". Kata Wira, memandang wajah cantik Mia."Uhukkk.... Uhukk....". Mia, terbatuk-batuk mendengar perkataan Wira sungguh mengejutkan sekali. Memang benar,dia mengenal siapa Wira sama mengajar dalam satu sekolah. Asli orang desa sebelah,lalu pindah ke daerah Mia, memiliki rumah dan kerja sampingan membuka toko sembako. Kedua orangtuanya masih hidup, memiliki usaha tambak ikan sendiri."Bu Mia, tidak apa-apa?". Wi
Mia, menghela nafas beratnya dan mendekati Wira duduk santai sambil merokok di lapangan bola basket. Wira, baru selesai mengajar anak-anak bermain berolahraga dan beristirahat sejenak di tempat.Namun,dia terkejut melihat kedatangan Mia itu. "Bu Mia, tumben sekali menemui ku di sini".Mia, mengulum senyumnya. "Aku tidak sengaja melihat seorang wanita memeluk mu dua hari yang lalu,siapa dia?".Glek!Wira, terkejut mendengar ucapan Mia rupanya mengetahui apa sebenarnya terjadi. "Oh,dia mantan pacarku. Namanya Clara, bekerja di perusahaan luar kota. Maaf,aku tidak tau dia tiba-tiba memelukku. Bu Mia,tolong jangan salah paham kepadaku. Niatku untuk menikahi mu benar-benar serius, hubungan kami sudah usai setengah tahun yang lalu".Mia, menoleh ke arah Wira dengan tatapan sulit di artikan. "Bahkan wanita itu, bermalam di rumah mu. Pak Wira, pantesan banyak orang-orang sekitar membicarakan tentangmu. Bahkan kamu tidak memberitahu ku, sebelum aku lebih bertanya kepada mu. Jujur,aku kecewa de
Beberapa hari yang lalu, Mia terkejut melihat kedatangan mang Seto dan istrinya malam-malam hari."Maaf, malam-malam kami bertemu dengan mu . Sebenarnya,ada yang kami bicarakan". Kata bu Elis, tersenyum sumringah."Wahh... Sepertinya serius nih,jadi penasaran apa". Kekehnya Mia, mengulum senyumnya. "Diminum bu Elis dan mang Seto,maaf seadanya saja".Di atas meja tamu ada teh hangat dan kue kering.Mia,seadanya untuk menjamu tamu yang datang di rumahnya.Mang Seto dan istrinya, cuman mengangguk pelan."Begini bu Mia, sebenarnya ingin menyampaikan sesuatu dari adikku Sarmi ibu kandungnya Gabbar.Sarmi, ingin mengambil dirimu sebagai menantunya menjadi istri Gabbar. Keputusan ada di tangan bu, Mia". Ucap mang Seto, membuat Mia terkejut-kejut mendengarnya."Ee...Kenapa bu Sarmi, memilih aku mang? Mang Seto dan bu Elis,tau apa status ku ini. Sepertinya tidak pantas bersanding dengan bang Gabbar,yang belum pernah menikah". Mia, kebingungan harus berbuat apa. Meremas rok panjangnya itu,ada get
Herman, mengajak ketemuan dengan kekasihnya itu. Mereka tengah menikmati bakso,yang tak jauh dari tempat tinggal mereka."Aku mau ngomong sesuatu sama kamu, Megan". Kata Herman, membuat sang kekasih penasaran saja."Ngomong apa,mas?". Tanya Megan, memandang wajah calon suaminya itu."Hmmmm... Sebenarnya,aku ada hutang 50 juta di tempat juragan Karto. Maksudku meminjam uang kepada mu, untuk melunasi utang itu. Aku bakalan bayar setelah kita menikah nanti, takutnya ayahmu tidak menyetujui hubungan kita karena aku punya hutang. Sebenarnya,bukan hutang aku tapi abangku Lingga. Jaminannya sertifikat rumah ibu,gak mungkin aku membiarkan rumahnya di sita. Mau tidak mau,aku menyicil perbulannya". Herman, menghela nafas beratnya.Megan,terdiam mencoba berpikir sejenak. Apakah dia mau menolong kekasihnya itu,atau tidak. Apa yang di katakan Herman, memang benar dan bakalan diganti jika menjadi istrinya nanti."Sayang,kamu cinta sama aku kan? percayalah dengan ucapan ku,demi hubungan kita. Setelah
"Ee..Kenapa bertanya soal anak bu Sarmi?". Tanya bi Inah,menaruh rasa curiga kepada mereka berdua."Hmmm...Begini bi, keluarga bu Sarmi melamar Mia. Lalu, Mia meminta tempo dulu untuk memberikan jawaban".Jawab Nindi, langsung."Benar bi,aku belum tau sifat bang Gabbar sepenuhnya. Kami cuman bertemu beberapa kali,ibunya cuman sekali bertemu dan bicara. Tau-taunya keluarga bu Sarmi, menyampaikan pesan mau menjadikan aku sebagai menantu beliau". Sahut Mia, mengulum senyumnyaBi Inah, cekikikan menahan tawanya."Mia,kamu beruntung memiliki calon mertua kaya bu Sarmi. Bibi,jamin kamu bakalan bahagia banget. Pokoknya keluarga bu Sarmi, baik,ramah,semua orang. Satu lagi, mereka golongan orang berada di desa ini. Kalau saja, aku punya anak perempuan mau aku jodoh langsung sama anaknya bu Sarmi" "Ee..Kenapa gak aku,bi?". Sahut Nindi, cengengesan.Mia, tersenyum manis mendengar perkataan bi Inah. Ada rasa lega rasanya, sudah mengetahui keluarga bu Sarmi.Cukup lama berbincang hangat dengan bi I
Byurrrrrr..."Uhukk.... Uhukk...!". Mia, terbatuk-batuk mendengar ucapan bu Elis. "Apa, seminggu lagi akad nikah?".Bu Elis, mengangguk mantap menjawabnya. "Iya, lebih cepat lebih baik. Acara akad nikah di rumah kami, bagaimana Mia? Apa kamu ingin seserahan pernikahan apa? Lalu, maharnya mau berapa? Kamu mau acara resepsi pernikahan tidak?".Mia, mengerutkan keningnya mendengar beberapa pertanyaan dari bu Elis. Dia tidak meminta mahar terlalu mahal,apa lagi tidak kepikiran dengan resepsi pernikahan. Masih memikirkan,kenapa akad nikah secepat itu? Bahkan, syok mendengarnya seakan-akan mimpi saja."Ee...Aku tidak bisa menjawab bu, masalah mahar sukarela bang Gabbar. Kalau mahar, tidak perlu juga gak papa. Kalau resepsi pernikahan,aku tidak mau". Jawab Mia, memijit pelipisnya."Oh,jadi terserah pihak laki-laki ni?". Tanya bu Elis, langsung di angguki Mia. "Sudah pasti Sarmi, mengadakan pesta pernikahan tapi desa sebelah. Dia banyak keluarga dekat dan teman-temannya. Apa lagi, Gabbar anak
Herman, nampak uring-uringan mendengar mantan istrinya ingin menikah. Bahkan bekerja tidak fokus, sampai di tegur atasannya itu.Bahkan pulang dari kerja, langsung melamun di ruang tamu. membuat bu Ratih, keheranan melihat anaknya."Kamu kenapa melamun?". Tegur bu Ratih,jatah bulanannya sudah habis dan ingat minta uang kepada anaknya."Jangan lupa transfer jatah bulanan,ibu".Herman,yang bisa wajahnya dengan kasar mendengar ucapan sang ibu."Belum tanggal waktunya bu, masih ada dua hari lagi baru aku gajian".Bu Ratih, mendengus kesal mendengar ucapan anaknya. "Uang Ibu sudah habis, Herman.Mau tanggalnya atau tidak kamu harus memberikan uang kepada,ibu. Cepetan transfer uangnya,ibu membutuhkan sekarang juga"."Minta sama bang Lingga aja,bukankah dia sudah menjadi mandor di Sawit.Sudah saatnya,ibu minta sama dia. Aku capek bu,mau istirahat". Herman, beranjak dari tempat duduknya."Abangmu mana mau ngasih uang kepada,ibu.Dia masih marah karena sertifikat tidak diberikan kepadanya,itu sem
Sebenarnya Herman, ingin sekali menunggu Rama dan Megan keluar dari hotel tersebut. Ingin mengikuti Rama pulang, mengetahui dimana tempat tinggalnya.Akan tetapi,ada orderan taksi online masuk dan harus ke tempat lokasi. Mana mungkin menolak Rezeki, suatu saat nanti bakalan ketahuan juga dan harus bersabar kali ini.Semenjak mengetahui Megan berselingkuh, Herman bersikap dingin dan tidak memberikan uang lagi. Diam-diam mengikuti Megan, mengambil bukti-bukti perselingkuhan mereka berdua.Ketika bukti sudah terkumpul jelas waktunya mencari istri sah Rama dan bersama-sama membongkar perselingkuhan mereka berdua.Herman, pertama kali melihat istri Rama rupanya seorang wanita karir dan pemimpin perusahaan. Mereka berdua bertemu di sebuah restoran ternama di kota ini,tak sabar memberitahu perselingkuhan mereka berdua."Kenalkan nama saya, Andini". Kata wanita itu, tersenyum ramah terhadap Herman."Saya Herman, seorang taksi online". Herman, menyambut uluran tangan Andini dan duduk di kursi."
Beberapa hari kemudian, Herman mulai bekerja sebagai taksi online tanpa sepengetahuan istri dan mertuanya."Mau kemana kamu, Megan?". Tanya Herman, akhir-akhir ini sang istri jarang di rumah. "Sepagi ini,kamu mau pergi tanpa menyiapkan keperluan suami. Malam tadi kamu pulang larut malam loh, sebenarnya kemana kamu?"."Hussssttttt... Terserah akulah mas,aku mau jalan-jalan sama teman-teman aku. Jangan lupa transfer uang lima juta yah,aku mau shopping mall". Kata Megan, sambil mengoles lipstik di bibirnya."Tidak. Aku sudah mentransfer uang kemarin sekitar 3 juta,jangan terlalu boros Megan. Apa kamu tidak memikirkan perasaan ku,ha? Setiap hari bekerja tanpa mengenal lelah, sedangkan kamu di rumah enak-enakan dan nongrong sama temanmu". Herman, mengusap wajahnya dengan kasar."Aduhhh...Jangan pelit-pelit sama istri mas,aku Megan bukan mantan istri mu yang diam saja. Secepatnya kamu transfer uang ke rekening ku,jangan lupa mas. Aku tidak segan-segan memberitahu sikap mu kepada kedua orang
Herman, memasuki tempat tinggal ibu kandungnya. Sangat sempit sekali, perabotan rumah tangga cuman seadanya saja. "Inilah tempat tinggal ibu, seadanya dan sempit. sedangkan kamu masih enakan, tinggal di rumah mertua". Kata bu Ratih, menyusun belanjaan tadi."Yang salah siapa,bu? Dulu,aku sudah memperingati jangan percaya dengan ucapan bang Lingga. sekarang ibu pasti menyesal bukan, coba menuruti perkataan ku dan ibu tidak akan tinggal di sini". Sahut Herman, mengusap wajahnya dengan kasar. memikirkan bagaimana nanti,jika istri dan keluarganya tau dirinya sudah di pecat dari pekerjaannya."Coba aja,kamu membayar perbulannya di juragan Karto. Ibu dan adikmu,gak bakalan di tinggal di sini. Malah Megan, enak-enakan menikmati gaji mu". Bu Ratih, menoleh ke arah anaknya itu."Ngapain aku capek-capek membayar di tempat juragan, Karto? yang menikmati uangnya siapa,bu? Lagipula sekarang aku sudah tidak memiliki pekerjaan apapun, aku tidak bisa membantu kebutuhan ibu. carilah bang Lingga, lagi
"Dani,kamu ada uang? Beras dan bahan dapur pada habis loh. Mana bayar kos bulan ini, abangmu Lingga gak pulang-pulang beberapa hari". Kata bu Ratih, mendekati anal bungsunya."Aduh...Aku capek bu, gajihan masih lama. Aku bakalan bayar tempat tinggal kita kok,kalau bahan dapur dan lainnya uangku gak bakalan cukup. Coba ibu mikir deh,cari kerja apa kek gitu". Kata Dani,mendengus dingin."Ya sudah, ibu minta sama Herman nanti". Kata bu Ratih, langsung masuk kedalam tempat tinggalnya. Mata tertuju pada tudung saji,cuman ada tempe goreng dan nasi. Mau tidak mau,memakan seadanya karena perut sudah keroncongan sejak tadi"Kenapa kehidupan ku berubah drastis seperti ini? Bahkan makan tidak sanggup beli ikan atau telor". Gumam pelan, memaksakan satu-persatu suapan ke dalam mulutnya."Lagi-lagi tempe terus, badanku kurus kering bu. Tiap hari makan seperti ini, menyebalkan sekali". Dani, memijit pelipisnya dan menatap menu makanan di depannya itu."Makan yang ada Dani,siapa tahu abangmu Lingga
"Bang,tadi bu Arin ada ke peternakan sapi?". Tanya Mia, mendongakkan kepalanya menatap wajah sang suami."Ada. Beliau meminta untuk menjemput anaknya di kampus,tapi abang sibuk banget.Lagipula abang,malas meladeni ucapan bu Arin. Apa kata orang lain dek, Dania menolak perjodohan itu. Tapi,aku mau-maunya membantu. pastilah orang-orang berpikir aneh-aneh,iyakan?". Kata Gabbar, mengecup bibir Mia."Kayanya bang, Dania nyesal menolak perjodohan itu. Aku takut bang,kalau bu Arin ngomong macam-macam sama ibumu. Takutnya meminta abang, menikahi Dania". Mia, tertunduk sedih."Ee.. Kamu ngomong apa sayang? Ibu,gak bakalan ngomong seperti itu. Lagipula yah, ibu sudah kecewa berat dengan bu Arin karena masalah itu. Satu hal lagi,abang mana mau sama Dania. Sekarang abang, bersyukur memiliki istri seperti mu". Gabbar, menangkup wajah istrinya itu."Makasih,banyak bang.Aku benar-benar takut hal itu terjadi, karena aku mencintaimu bang". Kata Mia, tersipu-sipu malu. Entah sejak kapan,cinta itu tumbu
Adel dan teman-temannya, tercengang melihat Gabbar menggesek kartu untuk membayar makanan."Ayo, kita pulang ke hotel lagi". Kata Gabbar, masih terdengar oleh mereka."Iya,bang". Jawab Mia, tersenyum manis. "Mbak Adel dan lainnya, permisi dulu yah". pamit Mia, bergandengan tangan dengan suaminya itu.Adel,nampak tak suka dengan Mia yang sok belagu. "Masa sih, mereka nginap di hotel?"."Bisa jadi, kayanya suami Mia banyak uang deh". Sahut lainnya."Gak mungkin deh,kan suaminya seorang petani doang". Bantah lainnya,sambil menikmati hidangan di meja.Duhhh... Pasti harga makanannya mahal-mahal ini,sialan Mia benar-benar menjebak ku.Batin Adel, berharap uangnya cukup membayar makanan mahal yang mereka pesan."Pssstt... Kita bayar makanan ini, patungan kan?". Tanya teman Adel,karena uangnya tidak cukup."Iya-iya,kita patungan bayarnya. Masa iya, gak patungan". Sahut Adel, yang di angguki oleh lainnya juga.********************************Puas rasanya liburan bersama sang suami, pagi-pagi
Megan, terus-terusan menepis tangan Herman yang kesal karena tidak mampu membelikan perhiasan yang di inginkan. Lebih parahnya lagi, harus kalah saing dengan Mia memiliki suami yang banyak uang."Aku sudah bilang sama kamu, uangku tinggal sedikit. Mana cukup membeli perhiasan harganya mahal sekali,jangan membuat ku pusing". Kata Herman, meninggalkan parkiran mall."Setidaknya kamu usaha kek,jangan sampai kalah sama mantan istrimu. Mau taruh dimana wajahku mas? Mia, mendapatkan suami royal dan tau sendiri berapa harga perhiasan tadi? Aku yakin sekali mas, suaminya Mia memiliki pekerjaan sampingan bukan petani semata". Megan, menaruh rasa curiga kepada suami Mia.Herman, menyipitkan bola matanya dan penasaran juga. "Palingan tabungan bertahun-tahun, atau baru jual tanah sawah suaminya Mia.Mana mungkin memiliki pekerjaan sampingan lainnya, gak yakin aku"."Menyebalkan sekali,kalah dengan Mia. Kamu manager keuangan mas, apa gak bisa minjam uangnya perusahaan sebentar? Jumlah gak banyak ko
Sepanjang perjalanan Dania, memasang wajah masam duduk di kursi bagian belakang. Sedangkan di depan Gabbar,tengah menyetir mobil dan di samping istrinya.Hati Dania memanas melihat Gabbar, begitu romantis memperlakukan istrinya. Apa lagi, Mia senyum-senyum dan malu-malu kucing.Bahkan mereka berdua tidak memperdulikan ada seseorang di belakang ,fokus menikmati perjalanan menuju kota dan saling bercanda tawa.Menyebalkan sekali, niatnya mau pamer sama teman-teman. Eee..Malah seperti ini, hilang moodku sepagi ini.Batin Dania, meremas ujung bajunya."Dania,kalau pulang dari camping mau di jemput atau gak nanti?". Tanya Gabbar,tanpa menoleh ke belakang."Boleh,apa sama istri nanti jemput aku?". Tanya Dania, berharap Mia tidak ikutan lagi."Jelaslah aku mengajak istri ku, sekalian jalan-jalan". Jawab Gabbar, langsung."Tapi,kalau istrinya Gabbar ikut bakalan gak muat nanti. Soalnya ada beberapa teman yang ikut, sekalian anterin mereka pulang ke rumah masing-masing". Alibi Dania,agar Mia ti
Bu Arin, tak sabar menunggu kedatangan anaknya yang meminta bantuan kepada Gabbar besok hari.Dania,yang baru pulang langsung di tarik oleh ibunya. "Ada apa,bu? Main tarik-tarik saja, mau jatuh ni"."Aduhh... Gimana tadi? Gabbar,mau gak ngantar kamu besok ke kampus?". Tanya bu Arin, tersenyum sumringah.Awalnya Dania,memang tidak tertarik dengan Gabbar karena penampilannya yang udik. Sekarang baru di akuinya, Gabbar sudah mengubah penampilannya setelah menikah. Bahkan jauh lebih tampan dari biasanya, tidak mengenakan pakaian udik lagi. "Mau, besok pagi jemput ke sini". Jawabnya."Bagus-bagus jadi,ini adalah permainan pertama. Kapan-kapan lagi, ibu meminta bantuan kepada Gabbar untuk menjemputmu di kampus.Berlahan-lahan akan terdengar gosip yang beredar, tentang kamu dan Gabbar. Apa lagi, Gabbar seringkali bersama mu dan rumah tangganya dengan Mia hancur. Kesempatan ibu, mempengaruhi pikiran bu Sarmi untuk menyatukan kalian. Kamu sih, kenapa kemarin menolak perjodohan ini? Sekarang apa