De Arya menggenggam tangan Dayu yang terlihat cemas. Ia menatap wajah gadis itu lekat -lekat dengan bibir yang tersenyum simpul.
Dari sorot matanya, ia seolah berkata bahwa semua akan baik saja.
Dayu yang sempat sedikit grogi, akhirnya dapat mengumpulkan keberanian untuk berbicara lagi.
"Ibu, saya masih perlu waktu untuk meyakinkan kedua orang tua saya…."
"Jadi mereka memang tidak setuju?" tanya wanita itu sambil meremas jemari tangannya sendiri.
"I- Iya. Kalau ibu saya, sepertinya beliau menyerahkan semua ini pada saya, tetapi ayah saya… masih mengharapkan calon menantu dari griya atau puri…,"
"Dayu apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu? kalau tekadmu sudah bulat, mengapa kau masih mau makan malam dengan ibuku? untuk apa semua ini ?" kata De Arya dengan wajah memelas.Pemuda itu melepas genggaman tangannya dan meremas rambutnya."De Arya, bu-bukan seperti itu maksudku… aku akan berusaha menjelaskannya sekarang, bisakah kau mendengarkanku?""Penjelasan apa? sudah jelas bagiku kau tidak akan menjadi istriku, memang aku terlalu banyak berharap…. " kata De Arya dengan tertunduk lesu."Aku harus mencari seseorang, aku terikat perjanjian berdarah dengannya dan aku tidak tahu apa isi perjanjian itu.""Omon
Semua yang ada di ruangan itu terdiam setelah Dayu selesai membacakan surat kesaksian tersebut.Gung Yoga dan Gek Trisha yang merupakan keturunan langsung dari Puri Ngawetan, tenggelam dalam perasaan masing-masing.Gung Yoga menghela nafasnya sambil memandang Gek Trisha sedang membimbing pelanggan barunya untuk duduk di sebelah Dayu. Setelahnya, ia mengambil krim dan mulai memijat kepala gadis itu."Jadi itulah misteri kematian Gusti Agung Hutama, menyedihkan sekali…., " ungkap Gung Yoga."Akhirnya kita tahu bagaimana salah satu nenek moyang kita meninggal, selama ini yang kita tahu, beliau sakit mendadak dan mangkat. Rupanya ia tewas diracun calon istrinya. sungguh tragis," sahut Gek Trisha
"Aaaah!, apa yang kau lakukan Gung Yoga! kamu kurang ajar!" ucap Mang Selly sambil mendorong kepala pemuda yang mendarat di atas dadanya. Maka otomatis pria itu terjengkang ke belakang."Dayu… he.. he.. kamu cantik sekali!" ujarnya sambil tertawa - tawa tidak jelas."Dayu? aku ini Mang Selly! bukan Dayu!""Hee… he… kamu pasti Dayu! kesini lah kau cantik… !" ucap Gung Yoga sambil merangkak mendekati Mang Selly namun Ia terjerembab tak sadarkan diri."Sial! rupanya dia sudah mabuk! apa yang harus aku lakukan?"Pada saat yang tepat, terdengar suara nada dering dari ponsel pria itu. Mang Selly se
Malam itu setelah mengantarkan Dayu bertemu Robertus, De Arya langsung pulang ke rumahnya. Setelah membersihkan diri, pria yang tampak kelelahan itu langsung merebahkan dirinya di atas sofa kamar tidurnya.Beberapa saat setelahnya, matanya terpejam dan ia tertidur pulas. Jiwa yang tertidur itu terbawa kedalam sebuah kejadian yang sangat mengerikan.Mayat mayat bergelimpangan, warna merah darah memenuhi parit yang melintas didepan rumah orang miskin.Binatang buas semacam apa yang sanggup melakukan semua ini?Aku bersumpah atas nama hidupku, akan ku buru para manusia keturunan setan itu.
"Maafkan aku Dayu, semua ini salahku," ujar Gung Yoga sambil memeluk gadis itu. Senyum kemenangan terukir di sudut bibir pemuda berambut sebahu dan berbadan kekar tersebut. "Bukan Gung Yoga, itu bukan salahmu. Ini murni masalah pribadiku dengan De Arya," kata Dayu dengan melepaskan diri dari pelukan pemuda itu. "Ini ambilah, perkamen ini milik salah satu nenek moyangku yang juga meninggal tanpa keturunan. Namanya Agung Aryajaya Cakra," "Itu pangeran yang disukai oleh Putri Mara? jadi ia juga mati muda?" tanya Dayu "Sepertinya begitu, di dalam pohon keluargaku, tidak terlihat ada keturunan, dia mati sangat muda, entah karena sakit atau apa, aku tidak
"Iya kak Dayu, beliau baru saja menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelumnya ia sempat bertanya kapan kakek akan datang kemari lagi," ucap Mang Arini di kejauhan.Berita tentang meninggalnya kakek gadis itu membuat Dayu shock. Dia tidak menyangka pertemuan pertamanya dengan orang yang mengenalinya sebagai Iluh Suci, juga menjadi pertemuan terakhirnya.Padahal ia masih sangat ingin bercerita dan bercengkrama dengan sosok tua renta itu."Kapan upacara Ngaben nya?" tanya Dayu." Menurut pak Mangku, bisa dilaksanakan dua hari lagi," jawab Mang Arini."Aku akan kesana besok pagi untuk melihat beliau terakhir kalinya, Terima kasih Man
Dayu tertegun melihat pria itu, dengan busana yang mirip dan sapu tangan yang mirip. Sungguh sebuah kejadian yang terulang kembali. Untuk beberapa detik, gadis itu hanya terdiam bengong, sementara Pak Ardi dan Bu Werni tersenyum mendengar ucapan De Raga, yang terdengar sedikit berselorohTersadar, Dayu segera mengambil sapu tangan milik De Raga. Sungguh unik dan jarang. Orang jaman sekarang lebih sering membawa tisu ke mana-mana, tetapi pria ini malah membawa sapu tangan.Setelah menyeka air matanya, Dayu duduk di sebuah sudut ruangan jauh dari Penduduk desa yang lain. Sesaat dipandanginya sapu tangan yang ada di tangannya.Sepotong kain dengan rajutan mawar merah itu mirip sekali dengan yang ia buat untuk De Raga dua ratus tahun yang la
De Arya hanya bisa memandang Mang Selly dengan tatapan aneh. Ia tidak benar-benar memahami maksud gadis itu yang telah meninggalkannya lima tahun yang lalu. Sekilas masih diingatnya ketika ia mengejarnya dan Mang Selly tampak tidak peduli dengan perasaannya, dan sekarang ia bilang masih mencintainya? sungguh tidak masuk di akal! Sesaat De Arya tampak tersenyum mengejek pada gadis cantik itu. "Mengapa kau tersenyum seperti itu?" "Omong kosong apa yang kau punya Mang Selly? Aku masih ingat bagaimana aku mengejarmu lima tahun yang lalu namun kau sama sekali tidak peduli. Sekarang kau menyerahkan dirimu kepadaku? aneh sekali!" jawab De Arya sambil meneguk whisky di tangannya.
Melihat tubuh yang molek, ranum, lekuk yang indah dan tak mengenakan sehelai benang pun bergerak condong ke arahnya dan mulai membuka kancing baju yang ia kenakan satu per satu. Gung Yoga segera merengkuh tubuh gadis itu dan mencium bibirnya dan tangannya membelai kulit halusnya. Wanita yang sudah dibutakan nafsu itu membalas ciuman itu dengan semangat. "Ayo, kita bersenang-senang malam ini, sebagai pembalasan atas perbuatan mereka, puaskanlah aku Gung Yoga, malam ini aku milikmu… " kata Mang Selly dengan nafasnya yang memburu.Tanpa pikir panjang lagi, Gung Yoga segera melucuti pakaiannya dengan dibantu oleh gadis itu. Setelahnya, keduanya berciuman, berpelukan sambil berbansa menikmati musik romantis yang mengalun pelan bagaikan dua insan yang jatuh cinta. Ruangan gelap yang dihiasi kelap kelip lampu diskotik, membuat suasana tempat itu menjadi tempat yang sempurna untuk bercinta. Setelah puas berdansa, Gung Yoga mengangkat tubuh wanita itu, dan membaringkannya di sofa. Mang Sel
Melihat kemesraan De Arya dan Dayu, hati pria yang duduk di bangku taman yang gelap di kebun hotel King Lotus bergejolak penuh amarah.Setelah yakin bahwa kedua orang yang diamati nya tidak menyadari kehadirannya. Pria itu pergi meninggalkan tempat itu.Dengan mobil mewahnya, ia keluar dari parkiran hotel King Lotus dengan ugal-ugalan.Mobil sport berkecepatan tinggi itu melaju kencang.Gung Yoga duduk di balik kursi kemudian itu marah, dan air mata yang berderai.Tak sanggup mengendalikan amarah.Pria itu menepi dan menendang ban mobilnya.
Malam itu, De Arya dan Dayu terlihat duduk berdua diatas tempat tidur hotel King Lotus. Sesaat keduanya terlihat saling memandang mesra. Kedua tangan mereka saling bergenggaman. Kemudian mereka saling berpelukan. "Dayu, aku bahagia sekali bisa kembali padamu," kata De Arya. "Aku juga De Arya, aku sangat sedih ketika kau meninggalkan aku seperti itu. Tolong… jangan pernah lagi, percayalah, hatiku sepenuhnya milikmu," kata Dayu dengan memeluk pria itu erat. Setelah puas saling melepas rindu. Dayu meraih beberapa benda dari tasnya. Benda benda kecil itu dibungkus dengan kertas tissue. Lalu ia membukanya satu persatu dan menaruhnya di atas tempat tidur. De Arya menatap deretan koin dan cincin itu dengan heran. Benda-benda itu tampak kusam dan kuno. "Coba lihat dan pegang benda ini, katakanlah padaku kalau kau ingat sesuatu," kata Dayu. De Arya meraih satu per satu benda itu, tetapi dia tidak menunjukkan expresi apapun. "Jujur Dayu… aku tidak mengenali benda- benda ini, maaf… ," k
"Om Swastiastu! benarkan ini rumah De Raga?" terdengar suara pak Bagus."Ayah! mengapa dia kemari?" sahut Dayu panik."Akulah yang menghubungi bos, anak gadis satu-satunya pingsan di rumah orang, tentu saja aku hari memberi kabar kan?" jawab Robertus.Dayu bergegas bangkit dari kamar itu dan keluar untuk menyambut ayahnya yang sudah bersama De Raga."Ayah… !" serunya."Dayu! apakah kamu tidak apa-apa?" sahut pria itu sambil memeluk putri satu-satunya.Pria tua itu mengelus pundak Dayu dengan penuh kasih sayang. Namun ketika tatapan matanya menangkap sosok
Mang Selly membiarkan dirinya sekali lagi didalam pelukan Gung Yoga. Entah mengapa ia juga tidak ingin menolak pria itu yang sepertinya sangat peduli dengan perasaannya. Setelah puas menangis, perlahan gadis itu melepaskan diri dan menyeka air matanya. "Aku mau pulang dulu Gung Yoga, aku harus mengurus usaha ku. Sampai ketemu lagi.""Berhati-hatilah, bila kau perlu teman bercerita hubungi saja aku. Aku berjanji hal seperti semalam tidak akan terjadi lagi," kata pria itu sambil memasukkan tangan kedalam saku baju tidur nya. Mang selly mengangguk, lalu kemudian berlalu dari tempat itu. ***Ditempat yang jauh, tampak Dayu yang berdiri disamping De Raga sedang menyaksikan upacara Ngaben kakek dari Mang Arini. Suasana upacara yang terjadi di kuburan yang sama sejak ratusan tahun lalu itu, telah membuatnya teringat akan beberapa kejadian yang telah terjadi dimasa lampau. Ia masih ingat ketika neneknya, pamannya, dan beberapa orang lain yang telah lebih dahulu meninggal daripada dia, s
Dipeluk oleh gadis yang setengah telanjang. Itulah yang dialami Gung Yoga. Alam bawah sadarnya masih bekerja, sehingga dengan ragu ia berusaha melepaskan diri dari pelukan gadis itu. “ Mang Selly, apa yang kau lakukan? Kau akan menyesali ini…”“ Apa kau memang tidak menganggapku menarik juga Gung Yoga? Jadi tidak ada lagi yang tertarik denganku? Sungguh malang nasibku…hu..hu..hu…” tangis Mang Selly menjadi pecah lagi dengan keras.“Bukan itu Mang Selly,...kamu cantik dan menarik, tetapi kita berteman, tidak selayaknya kita berbuat hal seperti ini…aku yakin kau akan menyesal…” kata Gung Yoga dengan berusaha menenangkan gadis itu. Sungguh hal yang ironis, selama ini dia dengan mudahnya meniduri gadis-gadis, namun entah mengapa, dengan Mang Selly, ia sedikit lebih berhati-hati.Apabila perempuan itu adalah wanita malam, mungkin tanpa ragu lagi ia akan menggilasnya habis-habisan diatas ranjanganya. Namun gadis ini bukanlah wanita seperti itu. Jadi ia berusaha keras agar tidak terjadi s
De Arya hanya bisa memandang Mang Selly dengan tatapan aneh. Ia tidak benar-benar memahami maksud gadis itu yang telah meninggalkannya lima tahun yang lalu. Sekilas masih diingatnya ketika ia mengejarnya dan Mang Selly tampak tidak peduli dengan perasaannya, dan sekarang ia bilang masih mencintainya? sungguh tidak masuk di akal! Sesaat De Arya tampak tersenyum mengejek pada gadis cantik itu. "Mengapa kau tersenyum seperti itu?" "Omong kosong apa yang kau punya Mang Selly? Aku masih ingat bagaimana aku mengejarmu lima tahun yang lalu namun kau sama sekali tidak peduli. Sekarang kau menyerahkan dirimu kepadaku? aneh sekali!" jawab De Arya sambil meneguk whisky di tangannya.
Dayu tertegun melihat pria itu, dengan busana yang mirip dan sapu tangan yang mirip. Sungguh sebuah kejadian yang terulang kembali. Untuk beberapa detik, gadis itu hanya terdiam bengong, sementara Pak Ardi dan Bu Werni tersenyum mendengar ucapan De Raga, yang terdengar sedikit berselorohTersadar, Dayu segera mengambil sapu tangan milik De Raga. Sungguh unik dan jarang. Orang jaman sekarang lebih sering membawa tisu ke mana-mana, tetapi pria ini malah membawa sapu tangan.Setelah menyeka air matanya, Dayu duduk di sebuah sudut ruangan jauh dari Penduduk desa yang lain. Sesaat dipandanginya sapu tangan yang ada di tangannya.Sepotong kain dengan rajutan mawar merah itu mirip sekali dengan yang ia buat untuk De Raga dua ratus tahun yang la
"Iya kak Dayu, beliau baru saja menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelumnya ia sempat bertanya kapan kakek akan datang kemari lagi," ucap Mang Arini di kejauhan.Berita tentang meninggalnya kakek gadis itu membuat Dayu shock. Dia tidak menyangka pertemuan pertamanya dengan orang yang mengenalinya sebagai Iluh Suci, juga menjadi pertemuan terakhirnya.Padahal ia masih sangat ingin bercerita dan bercengkrama dengan sosok tua renta itu."Kapan upacara Ngaben nya?" tanya Dayu." Menurut pak Mangku, bisa dilaksanakan dua hari lagi," jawab Mang Arini."Aku akan kesana besok pagi untuk melihat beliau terakhir kalinya, Terima kasih Man