Beranda / Semua / KARMA / Bab 61

Share

Bab 61

Penulis: RENA ARIANA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Akhirnya akupun memilih untuk mendengarkan percakapn mereka hingga seleseai terlebih dahulu.

"Jujur aku mencintai istriku. Namun, aku juga masih ada rasa untukmu. Lantas bagaimana sekarang? Aku tidak ingin rumah tanggaku hancur," ujar Lingga. "Brengsek. Laki-laki brengsek," gumamku. 'Tega sekali kamu Mas ….'

"Aku juga tidak ingin keluargaku hancur. Tapi rasaku padamu masih besar, Kak …," ucap Asta. "Kak, aku ingin kamu. Biarkan semua mengalir dengan sendirinya. Aku tidak mampu untuk tidak bisa memikirkanmu. Aku ikhlas meski kutahu ke depannya aku akan tesisih dan tersakiti. Biarkan aku terus mencintaimu. Aku mencintaimu, Kak," lanjutnya terdengar memaksa. Tak kuat aku pun menoleh ke belakang. Dapat kulihat mereka saling berpegangan tangan dengan erat.

Setelah obrolan  berlanjut diantara keduanya, mereka pun sama-sama mengambil keputusan untuk tetap melanjutkan hubungan yang salah itu. "Aku tahu, ini sangat salah. Tapi aku tak mampu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
ya ampun dila mendingan cpt deh cerai sm lingga buat apa di.pertahankan laki.kyk dia radit mendingan kau kejar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KARMA    Bab 62

    POV LINGGA Jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Tak sadar aku dan Asta telah melakukan sebuah dosa. Entah kenapa, aku begitu menikmati saat bersamanya. Jujur saja, aku merasa bersalah pada Dila. Aku sendiri tak menyangka bisa terjebak cinta masa lalu. Masa lalu yang belum sepenuhnya dapat kulupakan. Aku bingung, sebegitu lemahkah hatiku untuk mencinta? Bahkan harus kuakui, sama Rara pun sebenarnya aku masih mencintainya. Sudah kucoba menepis bayangan tentang wajahnya, dan mensugestikan diri kalau aku hanya mencintai Dila. Namun jujur, ternyata hatiku berkata lain. Aku sangat bingung dengan hati yang mudah mencinta ini. "Kenapa melamun?" tanya Asta yang tengah bergelayut manja dipundakku. Semalam aku dan dia telah melakukan kesalahan. Tapi entah kenapa aku bahagia meski ada rasa ketakutan dan rasa bersalah dalam diri ini. "Aku tahu apa yang kita lakukan adalah hal yang salah," ujarku lirih. Asta masih bergelayut manja sembari sesekali menyentuh tengku

  • KARMA    Bab 63

    POV Dila …. Aku langsung menghubungi Radit untuk bersiap setelah mencium gelagat tidak beres dari Mas Lingga. Aku pun tidak tahu kenapa seakan bergantung pada Radit. Apa-apa Radit. Apa-apa Radit. Padahal aku tahu dia juga sangat sibuk mengurus kantor milik Kakak Iparku. Setelah aku tiba di rumah Mas Bima mengantar Gara untuk dititipkan pada Mama, nampak mereka tengah bersiap. "Dila kebetulan sekali mau ikut liburan kah? Kami mau pergi ke Bandung. Mau refreshing di sana. Katanya di kota Bandung wisatanya banyak dan sangat indah. Dari kota Bandung, kami juga ingin berlanjut ke kota Jogja. Bulan ini kami mau menghabiskan waktu liburan. Melepas sejenak urusan kantor," ujar Mas Bima yang tengah memeluk Rara. Melihat pasangan itu sungguh membuat setiap mata yang memandang merasa iri. Apalagi aku yang merasa bernasib sangat tidak beruntung ini. "Kamu ngapain kesini bawa Gara? terus kamu mau pergi kemana?" Mama bertanya dengan tatapan me

  • KARMA    Bab 64

    "Kamu ngapain disini? Sama Radit lagi. Bukannya kamu bilang mau pergi ke rumah Rara?" tanyanya sambil membukakan pintu mobil. Manis sekali. "Oh, tadi aku minta tolong diantar pulang ke rumah oleh Radit. Gara kan ikut Mas Bima dan keluarga besar liburan ke Bandung. Nah, di jalan, Radit dapat telpon dari Desi. Jadi mampir dulu. Casan hape rusak, butuh buat menghubungi kamu karena baterai ponselku habis, nakat deh ketuk pintu apartemen tetangga. Malah ada kamu di dalam," ujarku mencari alasan yang tepat untuk menjelaskan. Mas Lingga sendiri sudah siap dengan kemudinya. Aku melirik ekspresi wajah Mas Lingga yang terlihat sangat cemburu. Nggak tahu masuk akal atau tidak alasanku. Masalahnya otaku saat ini sangat kalut. Rasanya ingin sekali menonjok wajah laki-laki yang ada di sampingku saat ini. "Beneran kaya gitu?" tanyanya. "Iya bener lah, Mas. Ngapain pun aku bohong. Jadi tadinya aku mau minta jemput kamu di apartemen Desi itu. Soalnya R

  • KARMA    Bab 65

    POV ASTA"Mm--mmaa--ss .. BBbbb---." Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, pria itu membekap mulutku dan langsung menutup pintu. Bingung karena pria itu datang dengan tatapan garang."Asta, jangan pernah lari dariku, kemanapun kamu pergi aku akan mengejarmu. Ingat! Meskipun kita sudah cerai. Kamu tetap jadi milikku tak ada satupun yang akan bisa memilikimu. Aku akan menghalangi siapa saja yang akan mendekatimu," ucap lelaki itu yang ternyata adalah Mas Reno. Mantan suamiku."Mas, kita sudah tidak ada hubungan lagi, jangan ganggu hidupku. Cukup sudah aku menderita hidup denganmu. Kamu temperamental, egois dan pemalas. Kamu yang menghabiskan uangku untuk kamu bermain judi. Jika kalah kamu mengamuk dan berbuat kasar kepadaku. Aku tidak akan sudi hidup denganmu lagi Mas," ucapku sambil berusaha melepaskan diri dari cengkramannya."Asta, gara-gara kamu aku masuk penjara karena kamu telah melaporkanku ke polisi tentang perlakuanku padam

  • KARMA    Bab 66

    Setelah itu Reno kembali bangkit lalu lari dan naik motornya hingga hilang di tikungan.Setelah kuperhatikan ternyata yang menolongku adalah pak Bram, Ayahnya Mas Lingga.Pak Bram mendekatiku."Kamu tidak apa-apa Dek?" tanya Pak Bram. Aku tidak serta merta menjawab aku menatap wajah pak Bram, meski sudah berumur ternyata masih terlihat tampan dan gagah! Uban dirambutnya justru menambah kegagahannya. Busyet kenapa Aku jadi terpesona dengan papanya Mas Lingga? Ah! Ada yang salah ini denganku! Tapi ... Bukankah pak Bram lebih tajir dari Mas Lingga? Apa salahnya aku memanfaatkan kekayaannya. Toh dia juga masih ganteng dan masih kelihatan perkasa.Saking terkesimanya aku hingga tak sadar Pak Bram sudah dekat dengan tubuhku. Aku harus cari cara untuk mencuri perhatiannya, apa yah, oh ya, pura-pura pingsan! Akhirnya tanpa menjawab pertanyaan Pak Bram aku meluruhkan tubuhku di dada pak Bram, serta merta pak Bram langsung memegangi tu

  • KARMA    Bab 67

    POV RARA"Mas, aku nggak ikut jalan-jalan, hari ini, kepala tiba-tiba pusing, perut mual, badan lemas. Apa masuk angin, yah?" ucapku tidak semangat. Badan rasanya tidak karuan. Sepertinya aku merasa tidak bisa ikut menikmati liburan kali ini."Tapi badan kamu nggak panas, Yang," ucap Mas Bima sambil memegang kening dan tengkukku."Iya sih, Mas. Aku juga heran, nggak demam tapi pusing dan mual. Apa mabuk kendaraan yah?" Aku mengerutkan kening dengan bibir sedikit cemberut."Kalau mabuk kendaraan harusnya pas di atas mobil. Lah ini kita sudah beberapa hari di hotel," balas Mas Bima."Mas, aku pengen makan manggis dan rambutan, Mas, ada jual gak ya, Mas?" Entahlah, aku bayangkan menikmati dua buah segar itu sangat enak. Bahkan meski hanya dalam hayalanku saat ini. Aku seperti dapat merasakan rasa manis asemnya. Pasti seger banget. Tuh kan aku sampai hampir menelan ludahku sendiri."Kalau manggis mungkin

  • KARMA    Bab 68

    "Tampan Mas, makanya anaknya cantik," ucapku sambil mencubit pipi Mas Bima.Dengan riang kami melanjutkan perjalanan menuju hotel. Ingin segera memberitahukan kabar gembira ini kepada semua orang terutama Eyang dan Mama.***Setelah sampai dan masuk ke hotel, aku segera mengumpulkan seluruh anggota keluarga yang ikut liburan termasuk Gara di taman hotel bagian belakang yang ada bangku-bangku taman berderet."Rara, ada apa ini mengumpulkan kami semua. Gak jadi apa kita jalan-jalan mengelilingi kota Bandung sore ini?" tanya Mama."Gak jadi, Ma, kita pulang ke Jakarta hari ini," jawabku. Tampak mereka kaget mendengar keputusanku untuk pulang lebih awal dari jadwal liburan ke Bandung yang rencananya akan selama satu Minggu dan berlanjut ke kota lain hingga satu bulan lamanya."Kenapa Ra?" tanya Eyang Uti heran."Karena kami akan mengadakan acara makan-makan di rumah mengundang anak yatim sekaligus

  • KARMA    Bab 69

    POV ASTASeperti yang sudah dijanjikan oleh Mas Lingga. Akhirnya aku dibawa ke kantor untuk bertemu Mas Adi. Ya rencananya mau magang jadi sekretaris pribadinya."Kak Adi, ini Asta, seperti yang sudah aku bilang kemarin. Dia mau ikut berkarir katanya," ucap Mas Lingga setelah bertemu Adi. Kami pun berjabat tangan."Oh, boleh, kebetulan memang sekretaris saya undur diri karena mau fokus ke anaknya. Kamu sudah pernah bekerja jadi sekretaris sebelumnya?" tanya Mas Adi kepadaku.Duh sorot matanya menghujam ke hatiku. Kakak beradik ini memang bak pinang dibelah dua kegantengannya. Tajir lagi, tapi lebih tajir lagi ayah mereka. Wah, aku bakal dapat ikan kakap tiga sekaligus nih, eh empat sama Bima kalau nanti aku bisa mendekatinya. Kayaknya gak sulit deh mendekati Bima apalagi Adi, jelas nanti aku jadi sekretarisnya. Pasti kemana-mana bareng. Tugas luar kota juga pasti bareng. Kalau tugas luar kota pasti nginap dihotel. Wah,

Bab terbaru

  • KARMA    Akhirnya....

    AkhirnyaPOV DilaSampai di rumah, Mas Reyhan langsung membicarakan pernikahan pada semua orang. Mama pun sangat antusias menyambutnya. "Ya Allah, akhirnya punya menantu kaya Bima," ucap Mama girang. "Wah, Reyhan lebih dari saya. Senior," ucap Bima melirik Reyhan. "Wah, jangan merendah, Bim. Saya tidak separuhnya kehebatanmu," ucap balik Reyhan. "Sudah-sudah. Kalian berdua sama-sama hebat. Bersatunya kalian akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Kalian harus kompak dan saling mendukung. Dila dan juga Rara juga ya," ucap Tante Lirna. "Dan Tante sama Mama juga harus selalu kompak yah. Saling mendukung," timpalku. Tak lama, hadir Arkhan dan Gara sambil bergandengan tangan berjalan melewati kami. Membuat kami yang melihatnya tertawa riang. "Ya Allah, mereka akur sekali," ucap Mama. Kami semua yang mendengar pun hanya tersenyum. "Dua calon lelaki hebat impian," batinku. "Jadi pernikahan kalian dipercepat?" tanya Mas Bima. Reyhan mengangguk mantap."Baik seminggu lagi bukan?" ula

  • KARMA    Bab 90

    "Aku benar-benar serius ingin menikah denganmu, Dil. Kenapa? Apa yang membuatmu meragukan perasaan aku?" tanya Reyhan, aku terdiam. Dia laki-laki impian. Sama seperti Mas Bima. Tampan, mapan, baik. Idaman wanita. Aku tidak perlu iri lagi. Tapi bedanya, Mas Reyhan punya masa lalu yaitu istrinya. Apa mungkin dia bisa melupakan bayang-bayang istrinya itu?"Kamu yakin, Mas? Kamu tidak akan melukai perasaanku? Sebelum kita jauh melangkah, ada baiknya kamu pikirkan dulu. Entah kenapa, aku seolah tidak yakin kalau kamu mencintaiku, Mas," lirihku sembari mengerutkan kening.Makanan pesanan kami tiba, hingga membuat aku dan Mas Reyhan terpaksa menghentikan obrolan untuk sejenak. Setelah pelayan pergi dan makanan sudah tertata rapi di meja, Mas Reyhan menyeruput coklat hangatnya. Kemudian mengusap sudut bibirnya dengan tisu. Lalu, ia kembali m

  • KARMA    Bab 89

    Malam ini Reyhan mengajakku untuk pergi makan malam berdua. Sekalian aku juga ingin berbicara banyak hal dengannya. Semua ini terasa seperti mimpi. Namun, sebelum pergi makan malam, Reyhan ingin pergi menemui Lingga lebih dulu. Tentu aku ikut bersamanya."Sudah siap?" tanyanya saat aku menghampiri ia yang sudah berada di halaman rumah dengan mobilnya. "Sudah, Mas. Kamu gak mampir dulu?" Aku bertanya. Reyhan menggeleng."Masuk." Laki-laki itu membukaan pintu mobil untukku. Aku pun tersenyum ke arahnya dan langsung duduk di sampingmya. "Terima kasih," kataku. Reyhan mengangguk dan tersenyum. Kemudian, laki-laki itu pun mulai menjalankan mobilnya."Kita pergi ke penjara dulu ya, Rey?" Masih canggung memanggil Mas. Tapi mulai hari ini aku harus membiasakannya.

  • KARMA    Bab 88

    POV Dila ….Dua bulan berlalu. Kehidupan keluarga Tante Lirna sudah sangat bahagia. Benar-benar hidup mewah bergelimang harta. Juga dikelilingi oleh orang-orang yang tulus. Keluarga mereka benar-benar dijaga oleh sang maha kuasa. Kepahitan yang dialami Tante Lirna dulu, sekarang sudah berbuah manis. Mungkin setiap pasang mata melihat keluarga mereka nyaris sempurna. Karena kunci mereka, selalu bersyukur dengan apa yang telah didapat. Dimiliki.Kini waktunya aku dan Mama serta Gara kembali ke Bali. Menenangkan pikiran di sana untuk sejenak. Mungkin bukan untuk sejenak. Tapi untuk seterusnya. Menghilangkan luka kecewa karena malang dalam bercinta. Harusnya aku sudah kembali sebulan yang lalu, tapi Rara dan keluarganya meminta kami untuk tinggal bangsa sebulanan lagi. Akhirnya pun, aku menurut. Sekarang juga keadaan Ma

  • KARMA    Bab 87

    Pagi ini senyum bahagia nan haru keluarga Bima tumpah ruah di dalam ruangan. Pasalnya, Rara berhasil melewati masa kritis dan bisa dipindahkan ke ruang inap. Setelah semalaman hati mereka begitu gelisah menunggu karena dokter bilang kondisi Rara semakin lemah.Rara telah melahirkan sepasang anak kembar yang begitu lucu. Wajahnya tampan dan cantik seperti Papa dan Mamanya.Cup!Bima mengecup kening Rara. Lalu mengusap pucuk kepalanya. Laki-laki itu duduk di tepi ranjang Rara yang tengah berbaring. Wajah Rara terlihat pucat, tapi nampak jelas di wajahnya dia sangat bahagia. "Terimakasih, Sayang," ucap Bima lembut. Rara meraih tangan Bima dan mengecupnya."Sama-sama, Mas." Rar

  • KARMA    Bab 86

    "Halo?" "Apa?!" ucap Bima. "Ya udah kamu nggak usah ke rumah sakit. Di sini udah banyak yang jaga Rara. Bantu doa aja untuk Rara ya," ucap Bima kemudian mematikan sambungan telepon. "Kenapa, Bim?" tanya Papa Bima panik. "Rumah Lingga terbakar. Mamanya terjebak kobaran api yang besar. Lingga sendiri sekarang berada di rumah sakit karen shock mendengar berita tentang Mamanya," jawab Bima. Laki-laki itu memijit keningnya. "Kasihan juga kalau keluarga mereka jadi seperti ini," lirih Lirna. "Kamu kata siapa?" lanjut Lirna bertanya.

  • KARMA    Bab 85

    "Kakak tuh gimana sih? Masih dalam masa pemulihan malah keluyuran. Wajah juga masih bengkak. Heran kenapa nggak bisa ya diem di rumah?" gerutu Feri sesampainya mereka di dalam mobil."Kan Kaka pake penutup wajah. Cuma matanya aja yang nggak ditutup!" kesal Asta."Mana ada Kakak pake penutup wajah? Aneh Kakak. Orang nggak pake apa-apa. Itu kelihatan bengkaknya. Kalau kena sinar matahari bagaimana?" Feri menggelengkan kepala."Pantas saja Dila mengenaliku. Padahal seingatku, aku memakai penutup wajah juga topi. Kakak kira Kakak bisa mendekati Bima. Awalnya mau meminta nomor ponselnya. Ya deketin gitu. Pantas saja dia sama sekali tidak melirik Kakak. Gagal semuanya," lirih Asta. Feri dan Reno yang mendengar ucapan Asta geleng-geleng kepala."Ceroboh," ujar Feri."Bukan masalah ceroboh! Uang Kakak juga sudah habis. Sedangkan Kakak masih perlu untuk pergi ketemu ahli bedah. Dan itu biayanya gak

  • KARMA    Bab 84

    "Hany sudah berada di surga Allah," ucap Reyhan. Lelaki itu kembali mengingat setiap kejadian yang dilewati bersama istrinya."Maaf,Rey. Aku tidak tahu. Kamu yang sabar ya?" Sudah berapa lama?" tanya Dila mengelus punggung Reyhan."Sudah sebulan yang lalu. Dia sakit tapi dia tidak pernah menceritakan pada siapapun. Dia berobat sendirian, tanpa memberitahuku. Atau siapapun. Dia terlihat kuat di luar demi kami tidak khawatir dan takut. Tapi ternyata, senyumnya adalah senyum menahan kesakitan. Dia istri yang luar biasa. Tuhan lebih sayang padanya. Hingga saat dia pergi pun, dia masih meninggalkan kenangan luar biasa. Dua putra dan 1 putri yang begitu istimewa," tutur Reyhan."Nanti setelah ini, boleh aku melihat anakmu?" tanya Dila. Reyhan mengangguk dengan senang hati."Reyhan! Dia berhenti disana!" Dila menunjuk pada sebuah taksi yang berhenti tepat di tengah jembatan. Padahal berhenti disana sangat dilarang.&n

  • KARMA    Bab 83

    "Mas Bima!" panggil Dila. Bima pun langsung berhenti dan menengok ke arah Dila."Dila," ucap Bima. "Kamu ngapain di sini?" lanjutnya bertanya."Mas ngapain di sini? Ini siapa?" Dila balik bertanya sambil menunjuk wajah perempuan di sebelah Bima."Perempuan ini mengingatkanku pada wanita murahan yang menjijikkan itu," batin Dila sambil memandangi wajah perempuan itu. "Tadi Mas habis ke supermarket, terus pas pulang mobil Mas nyerempet Mbak ini. Mbak ini tidak lihat-lihat saat hendak menyebrang," jawab Bima.."Yang bener, Mas. Jangan macam-macam. Ngapain gak nyuruh Radit aja yang antar perempuan ini?" kesal Dila. Perempuan di sebelahnya menyeringai dan menatap Dila dengan tatapan penuh kebencian."Kamu lupa? Radit kan sedang bulan madu di Bali sama istrinya," tutur Bima."Astaghfirullah, aku lupa," batin Dila."Radit dan Sheila su

DMCA.com Protection Status