"Aku merindukan Arzetta," lirih Jason. Duduk mengaduk kopi hitamnya di salah satu restoran di sudut teramai kota Canberra bersama Austin."Kamu harus bersabar.""Apa sebaiknya aku yang mendatanginya?" Jason nampak frustasi.Austin langsung menggeleng, "Kamu akan mengejutkannya Jason. Bersabarlah. Aku yakin Alva akan membujuk Zetta untuk menemuimu. Mungkin saja dia memang belum siap.""Tapi kapan? Setiap malam aku berharap kalau dia akan datang supaya aku tidak terus merasa bersalah.""Zetta pernah mengalami trauma karena kamu dan kejadian beberapa waktu lalu itu juga karena ulahmu. Beri dia waktu. Lagian aku dengar, Alva sedang membawanya berlibur setelah mereka mengumumkan secara resmi hubungan mereka di depan publik."Jason terdiam. Tanpa sadar tangannya terkepal ketika akhirnya wanita yang dicintainya malah jatuh cinta dengan sosok seperti Alva."Jadi mereka sudah resmi bersama?"Austin menyesap kopinya dan mengangguk, "Seluruh Amerika sudah tahu. Hanya tinggal menunggu mereka meng
Gevan Angkasa membawa mereka semua ke Pantai Tanjung Benoa Bali yang memukau lengkap dengan fasilitas watersportnya. Meskipun Alva yang selalu menjaga Zetta hanya memilihkan beberapa permainan yang sekiranya aman untuk di coba. Berbeda dengan ketiga lelaki bebas lainnya yang mencoba hampir semua permainan yang ada di sana dan kelihatan sekali sangat bersenang-senang.Zetta sudah mencoba parasiling -- dengan sedikit memaksa Alva agar mengabulkannya -- karena ingin merasakan sensasi terbang menggunakan payung parasut yang di tarik oleh speed boat mengelilingi pantai hingga membuat Zetta berteriak-teriak heboh dalam pelukan Alva yang berada di belakangnya melindungi.Lalu mencoba snorkling dan sea walker dan merasakan bagaimana mendebarkannya berjalan-jalan di bawah laut menggunakan helm yang kedap air agar bisa melihat kehidupan alam bawah dengan ikan-ikan yang bergerak di sekeliling mereka juga terumbu karangnya yang menakjubkan. Alva selalu di sampingnya dan menggenggam erat tanganny
Ken berjalan menjauh dan duduk di sofa panjang ruangannya dengan gaya arogan. Menyilangkan kakinya dan melipat lengannya di dada. Amira tidak berani bergerak di tempatnya. Dia takut.Ken menoleh, "Apa yang kamu tunggu di situ. Bawa kesini karena aku tidak punya banyak waktu untuk bersantai."Amira tersadar dan langsung mendekati Ken dengan perutnya yang membuncit itu dan meletakkan bekal yang sudah dia buka di atas meja di hadapan Ken."Aku membuatkanmu Coq Au Vin seperti resep Mama.""Mama yang membuatnya?" Ken menoleh dengan kerutan di dahinya."Aku yang membuatnya sendiri. Aku pikir rasanya tidak jauh berbeda--""Kita lihat seenak apa masakanmu ini," kata Ken seraya mengambil sendok dan mencicipi kuahnya. Coq Au Vin merupakan salah satu masakan populer di Perancis yang rasanya ringan tapi membuat ketagihan. Berbahan dasar ayam yang di masak bersama anggur merah dalam jangka waktu yang lama sehingga membuat rasanya menjadi enak dan daging ayamnya berubah lembut lengkap dengan irisan
Arzetta dengan langkah anggun menapaki satu persatu anak tangga yang dihiasi lampion cantik yang tersebar di sepanjang jalan yang akan menuntunnya ke tempat di mana Alva Alexander berada. Mengenakan gaun cantik dan manis karya rancangan desainer ternama di New York yang tadi sore di berikan oleh Alva. Pemandangan perbukitan Ubud yang indah di sekeliling area Villa memanjakan mata Arzetta.Sejujurnya, Arzetta tidak pernah menyangka akan seperti ini hubungan mereka sejak pertemuan pertamanya dengan si playboy dan mendapati kenyataan kalau dia sudah terjerat dalam pesona lelaki itu. Dia dulu menganggap kalau Alva lelaki brengsek yang hanya tahu bagaimana memuaskan wanita tapi tidak pernah mau berkomitmen dengan mereka. Ketika semuanya pelan-pelan terungkap, dia tanpa sadar jatuh cinta dengan si playboy. Sifat asli lelaki itu berbanding terbalik dengan apa yang di tampilkannya dan saat ini Zetta merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia.Kini Arzetta akan mengikuti kata hatinya yang
"Selamat Om Gabriell dan Tante Sonia. Sebentar lagi kalian akan memiliki menantu sekaligus cucu, sepertinya sih."Sonia langsung memekik lalu menutup mulutnya sedangkan Gabriell berucap syukur yang tak terhingga saat Gevan, Zafier dan Jeremy yang sejak awal menyaksikan prosesi lamaran itu dengan khidmat dan tampang mupeng terutama Jeremy di sudut lain Villa melakukan video Call ke New York sesuai dengan petuah Tante Sonia sendiri yang sudah kebelet menunggu hasil liburan mereka.Kabar ini jelas membuat mereka bahagia. Akhirnya anaknya sudah benar-benar berjalan di arah yang benar tidak tersesat dan hilang arah seperti dulu."Syukurlah kalau begitu." Om Gabriell memeluk Tante Sonia yang sudah menangis bahagia. "Aku harap semuanya berjalan dengan lancar sampai mereka benar-benar menikah.""Iya Om," jawab Zafier. "Kita doakan yang terbaik untuk mereka.""Apa yang kalian maksud tadi dengan cucu--" Sonia menatap bergantian ketiganya, "Arzetta hamil lagi?"Gevan garuk-garuk kepala, "Hmm, ku
Alva dan Zetta yang baru saja keluar dari bandar Udara Internasional John. F . Kennedy langsung di datangi banyak paparazzi yang memang sudah mengetahui perihal kepulangan mereka dari liburan. Mereka hanya ingin mempertanyakan kejelasan hubungan keduanya saat ini. Jadi ketika akhirnya Alva dan Zetta saling bergenggaman tangan dan tersenyum untuk para wartawan yang hadir maka sudah bisa dipastikan kabar baiklah yang akan mereka terima.Alva langsung mengumumkan perihal pernikahan mereka pada para wartawan dan seluruh warga New York yang memang menyaksikan tayangan live itu."Kami baru kembali dari liburan di Bali." Alva menoleh ke Zetta yang tersenyum lalu kembali menghadap ke para wartawan itu. "Kami akan segera melangsungkan pernikahan. Untuk kepastian kapan pelaksanaannya akan menyusul nanti tapi yang jelas saya telah resmi melamarnya."Alva menaikkan genggaman tangan Zetta yang dihiasi cincin berliannya ke hadapan wartawan lalu mengecup punggung tangannya."Jadi saya mengharapkan
Ken tidak pernah menduga bahwa nasib percintaan mereka akan berakhir seperti ini. Dulu dia begitu membenci Alva dan juga Amira sampai rasanya dia bisa menghancurkan apa saja karena memisahkannya dengan Eliana. Tapi seiring berjalannya waktu semua itu perlahan memudar. Ken memang masih merasakan amarah itu di dadanya saat melihat Alva tapi tidak lagi sama seperti dulu.Keberadaan Amira yang selalu ada untuknya menjadi salah satu faktor hatinya yang sekeras batu melunak dengan sendirinya.Tapi hanya satu yang dia pikirkan sejak merasakan perasaan lain menyelusup dalam hatinya. Bagaimana dia harus jujur dengan Eliana tentang apa yang dia rasakan saat ini karena dia sama sekali tidak mau mengecewakan wanita itu tapi dia juga tidak bisa memiliki Eliana.Papanya selalu memberi ultimatum kalau Ken berani kembali dengan Eliana dan menyakiti hati istrinya maka dia benar-benar tidak akan dianggap sebagai keturunan Peterson. Ken sudah berulang kali menanyakan apa alasan pastinya Papanya bersike
"Apa kamu dan Eliana belum berbaikan?"Zetta yang sedang berendam di dalam bathup yang menguarkan harum mewangian membuka matanya dan menoleh ke Alva yang sejak awal duduk di kursi di samping bathup fokus dengan majalah bisnisnya."Aku sama sekali belum bertemu dengannya dan lupa menghubunginya sejak aku tahu ternyata dia pulang ke Arizona."Alva menutup majalahnya dan menggeser kursinya ke depan hingga mereka saling berhadapan."Dia pulang ke Arizona? Apa masih ada keluarganya di sana?"Zetta bergerak pelan membuat riak air yang penuh dengan busa sabun itu mendekat ke Alva dan bertopang dagu di sana."Kedua orang tuanya sudah meninggal tapi dia masih punya Om dan Tante yang tinggal di sana sedangkan kakak pertamanya tinggal di Canada dan Eliana jarang mengunjungi mereka."Alis Alva terangkat, "Kenapa?""Bisa di bilang hubungan mereka kurang baik. Entah karena alasan apa."Alva menganggukan kepalanya, "Aku hanya berharap kalian bisa saling berbicara lagi nanti dan bisa kembali menjadi
London, Enam tahun kemudian,Arzetta duduk memandangi megahnya London Eye yang bercahaya biru indah di kejauhan dengan senyuman mengembang di wajah. Terpaan angin malam musim semi menerbangkan helaian rambut panjangnya yang kemudian dia rapikan dengan tangan. Diedarkannya pandangan ke sekelilingnya yang ramai seraya menunggu.Semenjak menikah dan memiliki seorang putri, Arzetta tidak habis-habisnya merasa bersyukur karena bisa merasakan perasaan bahagia tidak terkira dengan berkah yang diberikan padanya. Mengingat perjuangan panjang mereka yang tidak mudah di lalui untuk bisa bersama sampai akhirnya menikah.Masa lalu sebentuk kenangan yang akan tetap terpatri di dalam ingatannya sampai kapanpun. Kadang di saat malam ketika dia terbangun dan mendapati Alva sedang tertidur pulas sambil memeluk putri kecilnya yang tidur di antara mereka membuatnya meneteskan air mata bahagia. Tidak ada hal lain yang diinginkan Zetta selain kebahagiaan suami dan putrinya.Alva Alexander sendiri sudah ber
"Di mana mereka?" desis Alva dengan tangan terkepal saat menemukan Gevan, Zafier dan Jeremy di lobby hotel."Wuih cepet banget kamu—""DI MANA MEREKA?" bentak Alva seraya menarik kerah kemeja Zafier dengan amarah."Oke. Tenangkan dirimu, Bung," sela Gevan."Bagaimana aku bisa tenang kalau ada lelaki lain yang mengganggu Istriku?" ucapnya seraya melepaskan cekalannya dan mengacak rambutnya sendiri.Gevan berdecak, "Mungkin dia client-nya Zetta.""Ah, bodoh amat! Aku harus naik ke atas dan mencari tahu.""Kita temani," ucap Jeremy yang langsung menekan tombol lift, "Supaya kamu nggak ngamuk seperti singa.""Ahh brengsek! Makin runyam aja. Ini tuh gara-gara kalian!" Alva memukul perut Zaf, melepak kepala Gevan dan menendang kaki Jeremy dengan kesal di dalam lift yang membawa mereka ke lantai atas."Shit!" umpat Gevan sementara Jeremy mengertakkan giginya."Orang sabar di sayang Tuhan, Bung," gumam Zafier seraya memegangi perutnya yang langsung mendapat kepalan tangan Alva.Hari sudah ha
"Hmm, Sayang—" Alva mengacak rambutnya dan duduk di sofa ruang tamu rumahnya dengan penampilan yang berantakan juga bau minuman keras yang menyengat. Semalaman ketiga lelaki brengsek itu sudah memprovokasi untuk menumpahkan kekesalan karena lelaki yang mengobrol dengan Zetta itu ke minuman keras yang akhirnya membuatnya mabuk dan tidak sadarkan diri di salah satu kamar hotel sampai pagi sendirian dan harus kalang kabut pulang ke rumah dan mendapati Arzetta menunggunya di ruang tamu dengan wajah yang menyeramkan."Aku—" Alva bingung ingin menjelaskan dengan cara seperti apa supaya Zetta tidak marah."Kemarin sudah jelas aku bilang kalau kamu harus pulang satu jam lebih awal dari yang seharusnya karena kita rencananya mau ke rumah Mama. Aku sudah berusaha menghubungi kamu tapi nyatanya ponselmu tidak bisa dihubungi. Aku tidak tidur semalaman menunggu kamu pulang di sofa itu tapi ternyata kamu pulang pagi dan dalam keadaan kacau setelah mabuk seperti ini—" Zetta melipat lengannya di dad
Satu tahun kemudian, di Alexander Corp. New York "Eh setan!" Gevan refleks kaget."Eh, bokong!" ucap Zafier membuat Gevan langsung menendang kakinya."Kalian berdua sinting!" Jeremy mengatai mereka dalam bahasa Indonesia yang sekarang sukses dikuasainya."APA-APAAN INI?" sembur Alva Alexander yang tadi membuka pintu ruang kerjanya dengan kasar saat mengetahui ada tiga lelaki yang sedang asyik menikmati koleksi red wine di dalam kantornya tanpa di undang.Dia baru saja memimpin rapat direksi dan kedatangan ketiga orang terpenting dalam hidupnya itu tanpa pemberitahuan jelas membuatnya terus bertanya-tanya. Alva mendekati mereka seraya menggelengkan kepala, "Kalian nggak punya kerjaan?""Oh aku jelas orang penting yang selalu sibuk—""Sibuk bercinta maksudmu?" sela Alva menanggapi Zafier yang meminum wine dengan kaki disilangkan."Itu salah satunya," balasnya dengan santai. Alva memutar bola matanya."Kenapa sih kamu itu masuk ke kantor sendiri pakai aksi gebrak pintu model begitu sepe
"Apa?""Apanya?" Alva balik bertanya."Kenapa sejak tadi kamu memandangiku seperti itu?"Alva menaikkan alisnya, "Memandangi bagaimana?"Zetta sedikit memajukan tubuhnya dan menumpukan kedua lengannya di atas meja, "Kamu menatapku seakan-akan ingin menelanjangiku saat ini.""Ohh—" Alva terkekeh, ikut memajukan tubuhnya dan bertopang dagu di depan Zetta, "Aku memang ingin sekali merobek gaun pengantinmu ini sekarang juga bahkan sebelum kita menginjakkan kaki di Maldives, Nyonya Alva Alexander," Tatapan gairah itu tergambar jelas di mata Alva.Zetta mendengus, "Aku harus terbiasa dengan panggilan itu.""Tentu saja, aku ini Suamimu sekarang," Alva menyisir rambutnya ke belakang dengan senyuman menawan."Lalu—" Zetta meneguk Red Wine dalam sekali teguk tanpa mengalihkan tatapan dari wajah Suaminya. Lalu mengambil strawberry di tumpukan paling atas buah-buahan yang ada di samping botol Red Wine dan memakannya dengan gerakan erotis. Ia mengecup dan memakan buah itu dengan sensual tepat di d
"Katakan? Apa yang sebenarnya terjadi Zetta?" Alva menatap Zetta yang dia geret keluar dari gereja setelah menyuruh semua yang hadir di sana untuk tidak bergerak dari tempatnya sementara dia meminta penjelasan ke Zetta yang tiba-tiba muncul di siang bolong dengan busana pengantin dan tersenyum menatapnya."Kenapa kamu tiba-tiba bisa ada di sini sementara enam bulan yang lalu kamu jelas-jelas menolak kembali bersamaku bahkan menyuruhku pulang dan tidak usah mencarimu lagi?" Zetta hanya diam melihat kebingungan Alva. "Aku bahkan berpikir kalau kamu sudah menikah dengan lelaki Jepang itu!!!" "Nakamiya?" Zetta menggeleng. "Tidak. Dia guru merangkai bungaku." Alva mengerjapkan matanya, "Jadi kamu memang kursus di sana sambil menghukumku dengan membuatku terlunta-lunta di Jepang mencarimu selama lebih dari setahun?"Zetta tersenyum tanpa dosa, "Begitulah. Aku berniat membuka toko bunga di sini." Alva ternganga. "Aku pikir kamu tinggal menyuruh anak buahmu untuk mencariku. Aku sedikit ter
Alva terdiam di depan gereja katedral yang dulu menjadi tempat pilihannya saat berniat menikahi wanita yang dicintainya secara mendadak tapi tidak pernah terlaksana. Tangga gereja sudah dipercantik dengan hiasan bunga. Lebih mewah dari yang dulu di lakukannya. Pintu di depan sana tertutup. Alva tertegun sesaat.Setelah beberapa bulan ini, dia mencoba untuk merelakan meski sangat tidak rela dan belajar untuk pelan-pelan melupakan tapi tidak sanggup, saat ini semua kenangan yang dia milikki tentang Zetta menyeruak. Dadanya begitu sakit seperti di hantam ribuan godam kasat mata. Hatinya dan hidupnya sudah dia tinggalkan di Jepang. Jadi saat Mamanya menatapnya dengan tatapan frustasi dan mengatakan akan dinikahkan dengan wanita pilihannya, Alva hanya mengangguk mengiyakan. Terserah saja. Alva sama sekali tidak peduli. Tubuhnya bebas untuk dimiliki tapi tidak hatinya."Semuanya sudah menunggu Pak." Edwin membuyarkan lamunannya. "Ayo masuk."Alva berjalan dengan langkah pelan menaiki anak t
Alva masuk ke dalam gereja yang terlihat sepi itu seraya mengedarkan pandangan. Setelah bertanya sana sini akhirnya dia bisa menemukannya. Bangunannya tua tapi masih terawat dengan baik. Tiba-tiba dia terpaku memandangi satu sosok yang duduk sendirian di bagian depan terlihat sedang asyik berdoa. Alva melangkah dengan pelan dan duduk di sampingnya. Zetta menoleh dan tersentak kaget. Alva menatap ke arah depan dan mulai berdoa di sana mengabaikan Zetta yang diam memandanginya."568 hari atau 13.632 jam aku berkelana di Jepang untuk mencarimu Zetta," desah Alva. "Tolong dengarkan dulu perkataanku kali ini." Alva menoleh dan melihat mata abu-abu itu memandanginya dalam diam lalu Zetta menghela napasnya dan duduk bersandar di sana memilih menghadap ke depan."Aku memberimu satu kesempatan untuk berbicara. Setelah itu kamu harus kembali ke New York dan jangan mencariku lagi."Alva diam. Zetta menunggu. "Apa kamu bahagia di sini?" Alva yang juga melihat ke depan berkata lirih membuat Zetta
Kyoto, Jepang.2 Minggu kemudian,Alva menggenggam erat secarik kertas di tangannya saat memandangi toko bunga di hadapannya. Jantungnya berdetak kencang membayangkan bagaimana reaksi Zetta saat dia akhirnya menemukannya setelah melalui waktu yang tidak sebentar untuk mencarinya. Tidak peduli meski tangan kirinya di perban karena patah tulang setelah bertabrakan dengan pengendara sepeda waktu itu dan harus dirawat di rumah sakit.Akhirnya dia menemukan toko bunga itu yang siang ini terlihat ramai pengunjung. Bertanya-tanya dalam hati, apa yang sedang Zetta lakukan di sana? Kursus merangkai bunga?Alva menarik napasnya lalu menghembuskannya dan bergerak masuk ke dalam toko yang langsung di sambut seorang wanita muda berwajah oriental yang mengikat satu rambutnya ke atas membentuk kuncir kuda."Ada yang bisa dibantu?" bahasa inggrisnya lancar tanpa cela. Alva tidak menjawab karena sibuk memandangi area dalam toko memperhatikan semua yang ada di sana."Permisi tuan? Ada yang bisa di bant