"Dia itu matanya jelalatan!"Orang-orang yang ada di sekeliling, terutama para perempuan terbengong dan saling pandang."Apa?!Kamu jangan fitnah ya, Mas!""Siapa yang fitnah!Anita saksinya.Masa aku lagi ngomong, matanya terus melihat ke area bagian dada Anita!" keluhnya.Mitha berdecak kesal."Lagian, siapa suruh datang ke Cafe kayak datang ke bar sih?!Pakaian wanita itu ketat dengan belahan dada terbuka. Hal ini jelas membuat mata lelaki langsung terpaut padanya!" Tapi dia hanya bisa mengutarakannya di dalam hati.Mitha menjawab dengan santai sambil berpangku tangan."Kayaknya di sini yang salah bukan cuma karyawan aku deh!""Apa maksud kamu, Mitha?!Kok kamu malah membela dia.Karyawam seperti itu harus dipecat! Bukan malah dibela!""Aku gak bela siapa-siapa ya, Mas!""Alah, bilang aja kamu iri? karena pakaian kamu tidak sebagus Anita dan juga penampilan kamu sangat kampungan!Bau dapur lagi!""Heh, untuk apa aku iri, Mas?""Lantas, kenapa kamu malah menyalahkan Anita?!" Amarah
Lagi, Mita mendorong Anita dengan kasar, hingga gadis terjatuh di antara pengunjung.Tak ada satu pun dari mereka yang berniat untuk menolong, yang ada justru mereka malah beringsut mundur sembari mentertawakannya."Kamu cuma mendapatkan seorang pengangguran aja bangga!""Yeeee!" Para pengunjung bertepuk tangan."Hidup istri sah!"Wanita itu terlihat geram dengan tangan yang mengepal kuat. Romi kembali membantunya berdiri."Ayo, Sayang!"Tak kapok, wanita itu kembali mendekat lalu berkata."Kamu tidak usah khawatir akan hal itu!Papaku akan menolongnya, dia akan bekerja di perusahaan tempat Papa bekerja!" pekiknya berbangga. kemudian menerbitkan senyum sinis sembari berpangku tangan.Mitha tak merasa gentar sedikitpun.Dia bahkan tak takut, jika mungkin Romi dan gundiknya lebih kaya.Satu hal yang Mitha yakini, yang jelas, mereka pasti tidak akan lebih bahagia daripada dirinya. Karma pasti berlaku, apalagi Romi yang sudah menyia-nyiakan dia dan putrinya. Tuhan tidak akan diam saja mel
"Kamu berantem sama Anita?Duh, jangan sampai kamu putus dengan dia, dong!Kalau tidak, bisa jadi gelandangan kita!" cerca Hilya. Wanita itu sadar betul, kalau kini mereka hanya bisa mengandalkan keluarga Anita.Dia juga ingin pernikahan mereka segera dilaksanakan dan Romi kembali bekerja, karena keuangan mereka semakin hari semakin menipis. Apalagi sekarang Farah tidak memiliki suami dan sama sekali tidak berpenghasilan, yang otomatis semua kebutuhan dia dan anaknya, Hilya lah yang memenuhi. Begitu pula dengan Vira yang suaminya tidak bisa diandalkan. Gajinya yang UMK Jakarta, bukanlah apa-apa. Jangankan cukup, yang ada kekurangan. Apalagi Vira adalah anak manja, selama ini apapun semua keinginannya selalu dipenuhi.Jika Romi sudah menikah dengan Anita,otomatis Hilya tidak merasa ragu-lagi untuk meminta. Kalau sekarang, wanita itu benar-benar menahan dirinya untuk tidak menciptakan kesan mertua jahat, julid, dan matrealiatis. Ia khawatir Anita akan ilfeel."Nggak lah, Ma. Bukan s
Farah yang mengintip tampak ketakutan melihat para preman berbadan kekar tersebut. Wanita itu langsung bersembunyi dibalik tubuh adiknya. Tubuhnya nampak gemetar ketakutan."Heh, Farah! Bayar hutang suamimu! kalau tidak, rumah ini akan kami sita!" bentak pria bertato naga di tangannya.Sedangkan yang dua lagi, tampak berkacak pinggang, menatap mereka dengan tatapan garang.Hilya mengerutkan kening, mendengar mereka mengatakan tentang rumah yang akan disita. Wanita itu jelas mencak-mencak tak terima.Sambil menunjuk-nunjuk wajah mereka, wanita itu mendekati."Eh, eh, eh, apa-apa an ini?!Kalian siapa, hah?! Kami kenal saja tidak! Tiba-tiba kalian datang ngomong rumah mau disita!Kurang ajar betul kalian!""Kalian tidak tahu saya siapa?!Pergi kalian sekarang juga!Kalau mau minta sumbangan, gak kayak gini caranya. Gak usah pakai ngomong kasar segala!Kalau tidak, saya laporkan kalian ke kantor polisi ya!"Hilya tahu akhir-akhir ini marak preman yang memalak dari rumah ke rumah dengan
"Makanya kamu itu, kalau sudah tahu bergantung sama orang tua, kenapa kamu berani melakukan hal gila itu?!" Rasanya kepala wanita itu mau pecah. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Bisa-bisanya anaknya itu mengikuti keinginan suaminya. padahal sudah tahu kalau Bimo itu kecanduan judi online.Rasanya akhir-akhir ini, kesialan sedang mengikuti langkahnya, seolah tidak mau membiarkan dia tersenyumDia juga tidak habis pikir, bagaimana wanita itu bisa mencuri surat tanah tersebut, padahal Hilya selalu mengunci pintu lemari yang berisi surat-surat penting."Kamu benar-benar keterlaluan ya.Sekarang kamu harus tanggungjawab, kamu harus bayar hutang ke mereka.""Iya Mbak, lagian Mbak itu kenapa sih, berani-beraninya memberikan surat tanah rumah ini ke mereka!Keluarga kita itu sedang corak marut dilanda musibah, Kakak malah menambah runyam keadaannya!" Vira merasa geram dengan sikap Kakaknya itu."Ampun, Ma, gimana caraku membayar hutang. Sekarang aja aku t
Hati pria itu mencelos mendengar nominal yang disebutkan.Uang sebanyak itu, dari mana coba?Kalau dulu mungkin bisa mendapatkannya dengan mudah, jangankan 1 milyar, lebih daei itu pun bisa, karena bisa menggelapkan uang perusahaan. Tapi sekarang, jangankan uang sebanyak itu, 10 juta saja sulit, bahkan satu juta pun tak ia dapatkan jika tidak bekerja.Efek tergiur dengan janji manis Burhan yang menyilaukan. Tadinya, ia pikir bisa lolos dari penjara, dan menikmati uang hasil mencuri dari perusahaan lalu menikahi Anita. Ternyata, Burhan seorang pengkhianat kelas kakap. Jangankan mendatangkan pengacara untuk mengeluarkannya, bahkan menengoknya saja pun tidak sama sekali,. Cuih! Ia kesal sekali mengingat pria gendut yang licik itu.Romi memutar otak, bagaimana caranya tidak perlu membayar hutang, tapi surat tanah itu berada kembali dalam genggamannya.Bagaimanapun juga, pria itu tidak ingin kalau sampai rumah yang telah didapatkan dengan susah payah dari hasil membodohi Mitha dn Ayahnya r
Dia tidak terlalu banyak mengerti tentang urusan orang dewasa. Namun, sebagai anak hatinya sakit melihat ibunya menderita, sudahlah ayahnya masuk penjara, sekarang ibunya dibentak-bentak bahkan dianiaya oleh neneknya sendiri.Di sisi lain, sebagai seorang ibu. Hilya sadar kalau hal ini sepenuhnya bukan kesalahan Farah, tapi karena menantunya yang tidak tahu diri. Beruntung dia ada di penjara, kalau tidak, mungkin sudah dibunuhnya.Wanita itu memilih duduk di sofa untuk meredakan emosi yang menguasai jiwanya saat ini. Tidak mudah memang, tapi dia akan berusaha. Wanita itu duduk sembari menghentakkan kakinya berulang kali."Arghhhh!" geramnya."Sumpah ya, Mbak!Aku sangat tidak menyangka! Berani sekali kamu, Mbak!" hardik Vira yang juga ikutan kecewa dengan sikap Kakaknya.Wanita itu merasa semakin terpojok. Ia juga merasa bersalah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.Wanita itu berlari mendekati adiknya."Rom, bagaimana ini, Rom!Mbak mohon bantuan kamu!" pintanya dengan tatapan sayu. Wan
Keduanya pun janjian bertemu di Cafe. Kali ini bukan Cafenya, Mitha. Selain Romi merasa malu, Anita juga tak mau kalau harus kembali ke sana. Pantang bagi wanita itu. lagipula, dia sangat yakin kalau Cafe itu tak akan bertahan lama.Dan juga Romi ingin membahas tentang keuangan. tentu pria itu malu jika sampai Mitha mengetahui keadaan keuangannya yang memburuk. dalam bayangannya Mitha akan tertawa jika tahu Farah punya hutang sampai 1M."Iya, Sayang ada apa?Kapan kamu akan menemui orang tuakku?" cecar Anita. Dia tak sabar rasanya memenangkan pertarungan ini. padahal itu hanya dalam pikirannya saja. Mitha sendiri sama sekali tidak pernah menganggap apa yang terjadi adalah sebuah peperangan.Wanita itu telah dengan ikhlas melepaskan Romi untuknya. Pria sampah seperti Romi amat tak layak dicintai.Pria berkaos biru muda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.Belum apa-apa, Anita sudah membrondongnya dengan pernyataan itu, pikirnya."Sayang, sebenarnya aku ingin banget secepatnya melam
Anita dan ibunya melotot, hendak keluar dari kelopaknya. Keduanya sangat terkejut. seolah merasa ini adalah mimpi buruk. "Ini gila!Bukannya wanita itu sudah jatuh miskin? kenapa tiba-tiba dia punya Ibu yang merupakan atasan Ayah?" batinnya dalam hati."Cepat, kalian minta maaf sekarang juga!"Keduanya saling melempar pandangan.Wanita itu kesal lalu pergi sembari menghentakkan kakinya dan menarik Romi untuk duduk di atas pelaminan.Istri Manaf tampak bingung dengan kejadian tak terduga ini. Wanita itu langsung meminta maaf pada Mitha. Setelah itu, dia membawa suaminya pergi untuk meminta penjelasan.Hilyaa cs yang sedari tadi menyimak obrolan mereka juga tak kalah terkejut.Tidak menyangka kalau Mitha anak konglomerat, bahkan putri dari atasan suaminya di kantor."Jadi, yang dikatakan Melda itu benar, kalau wanita itu rupanya adalah anak angkat, bahkan Ibu kandungnya jauh lebih kaya daripada Ayahnya dulu. Ini benar-benar luar biasa!"Dalam pikirannya, wanita itu mengira kalau Mitha
"Asal kamu tahu saja, Mita adalah putri kandung saya, yang sudah hilang selama lebih dari 20 tahun!""Apa?!" Semua orang nampak terkejut dan terhenyak mendengar pernyataan Puspa barusan.Apalagi yang datang kebanyakan adalah tamu-tamu penting perusahaan.Kini semua mata tertuju pada Puspa. Mereka memasang telinga lebar-lebar. "A--apa, maksud Nyonya dengan mengatakan dia adalah ...."Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, Puspa langsung menyela.Wanita yang rambutnya disanggul rapi itu, sungguh tidak terima anaknya direndahkan di depan matanya langsung."Bukankah penjelasan saya barusan jelas?! Mitha adalah putri kandung saya!Tolong jaga ucapan dan sikap Anda padanya!Atau saya bisa memecat Anda sekarang juga!"Wanita itu tidak main-main dengan ancamannya, karena Pak Manaf sudah melukai hatinya. Di hadapannya, di depan semua orang, pria botak itu berani menghardik Mitha di depan matanya sendiri.Pria berkepala plontos itu terhenyak. Tangannya gemetar ketakutan, dia langsung
Anita melayangkan tamparan di depan semua orang. Mereka terkejut, apalagi Mitha.Dada wanita itu tampak kembang kempis menatap suaminya.Namun, pria itu tampak tak peduli, malah mengusap tamparan itu sembari tetap tersenyum ke arah Mitha.Wanita itu tersenyum puas kemenangan."Itu karena aku punya suami seperti kamu, Mas.Sekarang aku sudah bebas dari kamu. Aku merasa jadi diriku yang sebenarnya.Dan untuk kamu Anita, sekarang giliran kamu merasakan neraka yang dulu pernah aku rasakan!" bisiknya lalu menerbitkan seringai.Tentu saja wanita itu marah. Dia ingin mendorong Mitha, tapi gegas dihalau oleh Satria. Mereka datang bak pasangan suami istri saat ini. Satria juga sangat tampan dengan stelan jas berwarna hitam.Dia tak terlihat seperti seorang pengawal."Kamu itu, cuma pengawal! Jangan ikut campur ya!" bentak Anita menunjuknya."Nona, sebaiknya Anda jaga tempramen. Bukankah ini adalah waktu yang paling bersejarah untuk kalian?"Satria tampak santai menanggapi kemarahan Anita."Das
30 menit sebelum kedatangan Mitha."Ajib bener si Romi! Cerai dari istrinya dah nikah lagi sama cewek yang bahenol, kaya lagi," celetuk temannya yang bernama Simon."Apa rahasianya, Rom?Kok gampang banget dapat penggantinya!" seloroh Rendy."Eh, emang lho kagak tahu, kalau si Romi itu pejantan tangguh!" sahut Arman.Semua orang pun tertawa.Pria itu tersenyum lebar mendengar pujian demi pujian yang dilayangkan teman-temannya."Eh, gue kasih tahu ya. Gampang banget buat cari penggantinya.Yang penting kalian tuh gak usah setia-setia amat ama satu cewek!" usulnya seraya menepis angin.Ketiganya saling melempar pandangan.Mereka adalah teman lama Romi, dan belum tahu desas-desus yang terjadi."Dah ah, gue permisi dulu ya. Masih banyak tamu undangan yang butuh salaman.Kalian nikmati saja jamuan yang ada," serunya pamit kembali menemani sang istri."Siap deh, Bos Romi pesonanya memang gak ada mati."Setelah kepergian pria itu.Seorang teman lagi yang baru datang senyum-senyum mendengar
"Aku ingin, secepatnya menikah dengan Mas Romi," ungkapnya.Mereka tidak merasa terkejut karena memang pernikahan itu diundur beberapa waktu lalu."Kalau begitu, suruh Romi datang ke sini," ucap Ayah, yang langsung diangguki Ibu."Tapi masalahnya, dia tidak punya uang sama sekali, Yah," ungkapnya menunduk."Apa?!" Ayah dan Ibu tampak melotot dengan pernyataan Anita."Anita, Ayah peringatkan sama kamu.Kamu benar-benar yakin ingin menikahi pria itu?!Dia itu selain duda, juga mantan narapidana, bahkan sekarang dia tidak punya pekerjaan, dan untuk menikahi kamu dia tidak mau mengeluarkan uang sepeserpun!kamu yakin bisa menjalani rumah tangga yang bahagia dengan lelaki seperti itu?!"Gadis itu merengut. Tak terima karena Ayah menjelek-jelekan Romi. Meski sebenarnya, sudut hatinya yang lain juga mengadari, membenarkan perkataan Ayah barusan. "Ayah, sebenarnya Mas Romi itu adalah pria yang sangat baik. Cuman keadaan saja yang memang sedang tidak berpihak padanya.""Baik bagaimana, Dia di
Keduanya pun janjian bertemu di Cafe. Kali ini bukan Cafenya, Mitha. Selain Romi merasa malu, Anita juga tak mau kalau harus kembali ke sana. Pantang bagi wanita itu. lagipula, dia sangat yakin kalau Cafe itu tak akan bertahan lama.Dan juga Romi ingin membahas tentang keuangan. tentu pria itu malu jika sampai Mitha mengetahui keadaan keuangannya yang memburuk. dalam bayangannya Mitha akan tertawa jika tahu Farah punya hutang sampai 1M."Iya, Sayang ada apa?Kapan kamu akan menemui orang tuakku?" cecar Anita. Dia tak sabar rasanya memenangkan pertarungan ini. padahal itu hanya dalam pikirannya saja. Mitha sendiri sama sekali tidak pernah menganggap apa yang terjadi adalah sebuah peperangan.Wanita itu telah dengan ikhlas melepaskan Romi untuknya. Pria sampah seperti Romi amat tak layak dicintai.Pria berkaos biru muda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.Belum apa-apa, Anita sudah membrondongnya dengan pernyataan itu, pikirnya."Sayang, sebenarnya aku ingin banget secepatnya melam
Dia tidak terlalu banyak mengerti tentang urusan orang dewasa. Namun, sebagai anak hatinya sakit melihat ibunya menderita, sudahlah ayahnya masuk penjara, sekarang ibunya dibentak-bentak bahkan dianiaya oleh neneknya sendiri.Di sisi lain, sebagai seorang ibu. Hilya sadar kalau hal ini sepenuhnya bukan kesalahan Farah, tapi karena menantunya yang tidak tahu diri. Beruntung dia ada di penjara, kalau tidak, mungkin sudah dibunuhnya.Wanita itu memilih duduk di sofa untuk meredakan emosi yang menguasai jiwanya saat ini. Tidak mudah memang, tapi dia akan berusaha. Wanita itu duduk sembari menghentakkan kakinya berulang kali."Arghhhh!" geramnya."Sumpah ya, Mbak!Aku sangat tidak menyangka! Berani sekali kamu, Mbak!" hardik Vira yang juga ikutan kecewa dengan sikap Kakaknya.Wanita itu merasa semakin terpojok. Ia juga merasa bersalah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.Wanita itu berlari mendekati adiknya."Rom, bagaimana ini, Rom!Mbak mohon bantuan kamu!" pintanya dengan tatapan sayu. Wan
Hati pria itu mencelos mendengar nominal yang disebutkan.Uang sebanyak itu, dari mana coba?Kalau dulu mungkin bisa mendapatkannya dengan mudah, jangankan 1 milyar, lebih daei itu pun bisa, karena bisa menggelapkan uang perusahaan. Tapi sekarang, jangankan uang sebanyak itu, 10 juta saja sulit, bahkan satu juta pun tak ia dapatkan jika tidak bekerja.Efek tergiur dengan janji manis Burhan yang menyilaukan. Tadinya, ia pikir bisa lolos dari penjara, dan menikmati uang hasil mencuri dari perusahaan lalu menikahi Anita. Ternyata, Burhan seorang pengkhianat kelas kakap. Jangankan mendatangkan pengacara untuk mengeluarkannya, bahkan menengoknya saja pun tidak sama sekali,. Cuih! Ia kesal sekali mengingat pria gendut yang licik itu.Romi memutar otak, bagaimana caranya tidak perlu membayar hutang, tapi surat tanah itu berada kembali dalam genggamannya.Bagaimanapun juga, pria itu tidak ingin kalau sampai rumah yang telah didapatkan dengan susah payah dari hasil membodohi Mitha dn Ayahnya r
"Makanya kamu itu, kalau sudah tahu bergantung sama orang tua, kenapa kamu berani melakukan hal gila itu?!" Rasanya kepala wanita itu mau pecah. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Bisa-bisanya anaknya itu mengikuti keinginan suaminya. padahal sudah tahu kalau Bimo itu kecanduan judi online.Rasanya akhir-akhir ini, kesialan sedang mengikuti langkahnya, seolah tidak mau membiarkan dia tersenyumDia juga tidak habis pikir, bagaimana wanita itu bisa mencuri surat tanah tersebut, padahal Hilya selalu mengunci pintu lemari yang berisi surat-surat penting."Kamu benar-benar keterlaluan ya.Sekarang kamu harus tanggungjawab, kamu harus bayar hutang ke mereka.""Iya Mbak, lagian Mbak itu kenapa sih, berani-beraninya memberikan surat tanah rumah ini ke mereka!Keluarga kita itu sedang corak marut dilanda musibah, Kakak malah menambah runyam keadaannya!" Vira merasa geram dengan sikap Kakaknya itu."Ampun, Ma, gimana caraku membayar hutang. Sekarang aja aku t