Untung dalam dering pertama langsung diangkat. “Halo Mas, cepat ke rumah sakit ini Si Teteh melahirkan.”
“Jan
Di sinilah Kamini berada menatap putra pertamanya, perawat membolehkannya masuk ke dalam dan memeluk putranya sebentar.Kamini dudu
Dirandra meremas rambutnya dengan kedua tangannya ia sangat geram dan jengkel karena ulah Kamini.“Gadis sombong, memang kamu dan ayahmu bisa hidup tanpa uangku hah! Kamu kerja seumur hidup juga tidak akan bisa menyamai keluargaku,” gumam Dirandra sendirian.
Notifikasi pesan surel masuk pada ponsel Dirandra. Rupanya orang suruhan Dirandra sedang mengirimkan bukti kedekatan Yolanda yang sedang bermesraan dengan Nino Fajrin. Tampak sepuluh foto yang menampilkan Yolanda sedang berpelukan dengan Nino mesra, saling berciuman bahkan ada foto mereka yang sedang bercinta di balkon apartemen sedangkan keadaan Yolanda sedang berbadan dua. Wajah mereka tampak sangat bahagia dan ceria. Berbeda dengan dirinya yang seperti berada ditengah badai.Seketika Dirandra seperti merasakan aliran darah dar
“Nanti bobo sama Ami ya, Bah. Tengok anak Ami juga di Rumah Sakit.” rayu Kamini manja dengan raut wajah cemberut.“Ye … kumaha atuh ieu teh neng geulis? Masa masih kelon sama Abah. Udah jadi ambu juga. Abah kelon sama si kecil baru boleh,” tutur Sudarwanto, sembari mengusap lengan atas putrinya dengan sayang dan tersenyum lembut.
Edward mengangguk, membenarkan ucapan istrinya. Ia tersenyum mengingat masa mudanya yang berawal dari menjadi makelar tanah sehingga menjadi pengusaha terkenal se-Asia tenggara dalam bisnis properti.“Eh. Iya Neng follow akun saya ya? Oh ya panggil Valen aja,” tanya Valentina.
Sudarwanto menatap nanar pada bayi perempuan tersebut dengan menelan salivanya. Sebenarnya ia juga sudah jatuh hati pada bayi perempuan ini. Sudarwanto tersenyum dan mengusap puncak kepala sang istri dengan sayang seraya menganggukkan kepalanya.Sesampainya mereka di puskesmas mereka bertemu dengan Raja Mahanta yang saat itu sudah menjadi Dokter Kepala.
Edgar menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Kamini bersama dengan Irwan. Ia teringat dengan dirinya yang sering menggoda adiknya Edna dulu. Kali ini akan bertambah satu lagi kurban kegabutannya.Ponsel Edgar bergetar nama Pak Yanto muncul di layarnya. Edgar menekan tombol handfree.&l
Dirandra memarkirkan mobilnya begitu memasuki halaman Cafe Black Orchid ia sengaja mencari tempat yang agak gelap dan tersembunyi di sudut halaman parkir agar tidak ada yang mencurigainya.
Asoka merogoh kantong celananya dan memeriksa pesan dari Kenzo. Abang Kenzo: “Dek, Abang nggak bisa jemput karena ban motor pecah nih. Untung ketahuan tadi pas Abang beli nasi padang. Kamu dijemput Janu saja ya?”Asoka: “Nggak usah Bang, Asoka naik ojek saja. Abang Janu masih ada pertandingan basket katanya.”
Dua minggu berselang, Kenzo yang sudah semakin membaik kembali ke rumah. Kamini bersama dengan Janu juga sudah kembali ke sana. Kedua anak itu tampak sangat bersemangat, Kenzo di tepi kolam renang dengan gembira memainkan legonya seraya melihat Janu saudaranya sedang bermain air bersama dengan kedua sepupunya yang lain di dalam kolam renang.Kamini menyaksikan keasikan ketiga putranya dari pintu kaca penghubung dapur bersih dan halaman samping terse
Kamini menghela nafasnya. “Semoga setelah melihat ini, Abang bisa berubah pikiran dan merestui Ami. Ami sayang kalian berdua, jadi tolong jangan suruh Ami memilih,” ujar Kamini lagi dengan tatapan memohon kepada Edgar.Kamini menyimpan laptop persis di depan Edgar ia memilih salah satu file dan kemudian membukanya di hadapan Edgar.
“Akhirnya kamu menikah Nak,” ucap Delphina begitu berada di sebelah Kamini seraya menangkup wajah putrinya.Begitu banyak wejangan yang diberikan oleh sanak saudara yang hadir. Minus kehadiran Edgar, Kamini sedih karena saudara sulungnya tidak hadir tetapi dilain pihak jika abangnya itu ada disini ia tidak akan menikah dengan Dirandra. Ia takut membayangkan apa yang akan terjadi jika nanti abangnya itu tahu.
“Maksud kedatangan saya kemari untuk meminta restu melamar Kamini kembali. Saya cinta Kamini Pak, Bu,” ujar Dirandra.“Setelah lima tahun, kamu baru sekarang menginjakkan kaki di sini? Emang berapa jauh sih dari Garut ke Bandung?”
“Kok, mukanya sama kayak Abang, yah? Beda sama Asoka?” tanya Kenzo seraya meneliti wajah Janu.
Dirandra keluar dari kamar mandi bersamaan dengan perawat yang sudah kembali ke depan. Dirandra mengamati Kamini yang sudah duduk menyandar di kepala ranjang.
Dirandra merapatkan dekapannya tangannya sudah berpindah menahan tengkuk Kamini dan menekan tulang punggung Kamini menguncinya rapat menempel padanya. Dirandra menundukkan wajahnya dan tanpa bis ditahan lagi keduanya saling melekatkan bibir dan melumat, bertukar saliva yang hambar tapi terasa manis untuk keduanya. Lidah dirandra menyerbu masuk ke dalam rongga mulut Kamini, mengabsen setiap gigi geligi.
Kamini bernafas lega saat Dirandra mengangguk. Janu juga sudah mulai rewel minta tidur. Kamini menyuruhnya untuk membersihkan diri. Untuk anak berusia lima tahun ia sudah cukup mandiri. Asmah datang membawakan baju ganti untuk mereka semua. Tadi, sebelum ke Rumah Sakit. Asmah juga sudah mampir ke rumah Dirandra untuk membawakan baju ganti untuk Burhan, Dirandra dan juga Tanti.