ASTRID menjadi galau. Berbagai pikiran berkecamuk dalam benaknya. Sekarang dia yang menghadapi dilema. Dia tahu Bunga sudah jadian dengan Heru, dan ternyata Mila juga mempunyai hubungan dengan Heru. Entah Mila saja yang menaruh harapan pada Heru, atau Heru memang bermain api dengan sahabatnya itu. Dia, Astrid, malah berjanji memberi khabar tentang Heru ke Mila.
Jika Astrid memberitahu Mila tentang Heru yang sudah ditemukan dan sekarang ada di rumah sakit karena dianiaya orang, Mila tentu akan datang mengunjungi Heru. Bagaimana dengan Bunga yang sampai saat ini tidak mau pulang dan menunggui Heru? Mereka tentu akan ketemu, dan apa yang akan terjadi? Astrid bahkan tidak ingin membayangkannya!
Tetapi Astrid tadi bilang ke Mila kalau dia akan memberi khabar tentang Heru. Apa yang harus dilakukannya? Apakah dia akan diam saja dan melanggar janjinya?
Apakah Bunga tahu Heru mempunyai hubungan dengan Mila? Tentunya… tidak. Kalau Bunga tahu, mana mungkin dia mau jalan
KARENA usia yang muda dan badan yang sehat, hanya beberapa hari Heru sudah pulih kembali. Tetapi, dia tidak mau menceritakan apapun yang dialaminya! Sia-sia Rudi membujuknya untuk memberi sedikit keterangan atau petunjuk agar dia bisa melacak siapa yang menculik dan menganiayanya. Astrid juga sudah berusaha merayu dengan caranya sebagai perempuan, tetapi Heru tetap bungkam. Heru sama sekali tidak menjawab jika ada pertanyaan yang terkait dengan penculikannya. Problem yang lain adalah Bunga! Gadis itu tidak pernah mengunjungi Heru lagi, bahkan jika Astrid meneleponnya untuk menceritakan keadaan Heru, Bunga akan diam atau mengalihkan pembicaraan. Astrid juga tidak jadi memberitahu Mila tentang keadaan atau peristiwa yang dialami Heru. Dia tidak mau disalahkan oleh Bunga, atau tidak ingin mencampuri urusan Heru dan Mila. Jadinya, hanya Astrid dan Rudi lah yang mengunjungi dan menemani Heru di rumah sakit. “Jadi kamu mau kembali ke apartemen saja?
“SELAMAT siang, pak, bu. Maaf telah membuat anda menunggu,” sapa wanita cantik yang tidak lain adalah Laksmi, pemilik restoran. Sapaan ramah dan profesional itu meluruhkan sebagian lagi sisa kemarahan Rudi yang masih ada. “Selamat siang,” sahut Rudi. Kini dia malah yang repot memperbaiki nada suaranya. “Kami ingin makan di restoran ini, tetapi katanya harus reservasi dulu. Kami tidak tahu…” Laksmi langsung bersikap proaktif. “Baik pak, bu. Mari masuk ke ruangan saya dulu, dan kita bicarakan di dalam.” Laksmi melirik Astrid. Dia melihat gadis itu sangat cantik, anggun, dengan wajah dan profil yang mirip artis Luna Maya. Semula dia mengira artis itulah yang datang, tetapi akhirnya dia membantah sendiri. Gadis yang datang itu terlihat lebih muda dari Luna Maya yang asli. Setelah mempersilahkan tamunya duduk di sofa yang terdapat di dalam ruangan manager, Laksmi lalu menyuruh seorang stafnya untuk membantu melakukan reservasi. “Maafkan ya,
SEBENARNYA Heru ingin istirahat, tidur yang panjang di apartemennya. Walaupun sudah banyak tidur di rumah sakit, namun homesick (rindu rumah) tarasa juga padanya. Tetapi setelah sampai di apartemen, kesepian dan kesendirian sangat terasa. Hatinya merasa rindu akan kasih mesra. Namun kekasihnya, Bunga, sedang marah dan membiarkannya. Apakah dia menelepon Bunga saja? Tetapi, Bunga pernah bilang tidak mau ke apartemennya karena di situ ada Mila! Heru sendiri males banget kalau harus mendatangi Bunga dan membujuk gadis itu agar tidak marah. Itu bukan pekerjaan yang mudah. Jadi, harapannya hanya Mila. Gadis itu bisa memberinya kehangatan, kemesraan, bahkan gairah birahi yang sangat panas. Tetapi Mila juga sedang marah. Heru tidak bisa menjelaskan soal bunga Anyelir itu. Lama Heru terbaring dalam lamunan, dan antara sadar dan tidak, dia merasakan pelukan hangat Mila yang berbaring di sampingnya! “Mila? Kok kamu ada di sini?” tanya Heru kaget.
DI PARKIRAN basement Tower C, dua orang lelaki berbadan tegap menghampiri mobil Heru. Dengan cekatan, mobil itu dibuka. Terdengar suara alarm, namun sebentar kemudian alarm itu mati. Di saat itu terlihat dua orang laki-laki lain berlari mendatangi. “Berhenti,” teriak laki-laki yang datang kemudian. Orang yang sudah masuk ke mobil keluar lagi dan berhadapan dengan orang yang mendatanginya. “Kamu siapa?” tanyanya. Orang yang ditanya tidak menjawab, tetapi melambaikan tangannya sehingga muncul beberapa orang lagi yang mengepung kedua orang yang membuka mobil Heru. Menyadari mereka kalah jumlah, kedua orang yang membuka mobil Heru mengangkat tangan ke belakang kepala, tanda menyerah. Orang-orang yang mengepungnya langsung meringkus mereka dan mengikat tangannya dengan borgol plastik. Pemimpin rombongan pengepung itu bernama --atau mempunyai julukan “Mayor”, anak buah Samson. Sejenak dia sudah melakukan panggilan telepon. “Bos, kanc
KETIKA melihat Rudi masuk ke ruangan itu didampingi Samson, kedua penjahat itu langsung nangis minta-minta ampun. Rudi tidak mengalami kesulitan lagi menginterogasi mereka. Dari keterangan mereka, mereka hanya anak buah dari seorang bos bule bernama Mister James. Mereka disuruh memastikan Heru tidak membuka rahasia mereka sesuai perjanjian. Hari itu mereka menyelinap ke dalam mobil Heru untuk menunggunya, agar bisa memberikan ancaman kepada Heru. Rudi lalu menyuruh Samson dan anak buahnya menjemput Mister James, bagaimana pun caranya! Untuk kedua orang itu, Rudi mengampuni nyawa mereka, tetapi mereka akan dipulangkan ke kampung masing-masing untuk tobat, dan kedua tangan mereka akan dipotong sampai lengan agar tidak mengulangi kejahatannya! … Perlu waktu dua hari bagi Samson dan anak buahnya untuk bisa membawa Mister James ke markas. Si bule ini cukup licin dan tidak selalu ada di tempat di villa Puncak. Ketika Rudi datang mene
SEJAK meninggalkan Heru di rumah sakit, Bunga menjadi galau sendiri. Mengapa dia menjadi perempuan pencemburu? Dia bahkan mencurigai sahabat terbaiknya Astrid! Heru mengalami peristiwa kejam di luar keinginannya. Heru dalam keadaan sakit teraniaya, dan karena cemburu dia malah meninggalkannya di rumah sakit! Benarkah Heru mempunyai hubungan asmara dengan Mila? Sebenarnya, dia hanya curiga, tidak mempunyai bukti apa-apa. Dia hanya curiga karena Mila tinggal di tempat yang sama dengan Heru. Dia curiga Heru bermain asmara dengan sahabatnya itu. Waktu Astrid meneleponnya untuk memberi penjelasan, dia bahkan tidak ingin mendengarnya. Dia tidak ingin membahas itu, dan meminta Astrid berbicara yang lain saja. Sekarang, apa yang harus dia lakukan? Dia rindu kepada Heru, dia kasihan. Rasa cinta dan sayang sudah mulai tumbuh, karena Heru sangat baik dan romantis kepadanya, berusaha dan berjuang untuk membujuknya. Tetapi kali ini, sudah lebih dari seming
SORE hari, matahari sudah mulai kehilangan sinarnya. Kegiatan shooting video iklan itu pun dihentikan, dan para kru sibuk memberesi peralatan-peralatan. Rara duduk menunggu jemputan sambil menelepon. Heru yang merasa sudah kenal dengannya menghampiri. “Hai… Aura, nunggu jemputan?” sapa Heru basa-basi. Rara mengakhiri pembicaraan teleponnya, lalu menjawab, “Hehe iya mas. Apa mas yang mau mengantar saya?” tanya Rara tersenyum menggoda. Heru lalu duduk di kursi sebelah Rara. Mereka tampak senang saling bertemu di tempat shooting itu. “Nggak nyangka ya bisa bertemu di sini,” kata Rara sambil tetap tersenyum. Heru menikmati keindahan senyum itu. “Iya, saya sih kurang tahu tentang produksi ini. Cuman saya perlu datang untuk melihat pelaksanaannya,” sahut Heru, lalu tidak lupa menembakkan peluru emasnya, “ternyata saya bertemu bidadarinya di sini…” Rara kembali tersenyum, senang mendengar kata-kata Heru itu. Mereka ngobrol cuk
SEBENARNYA, Heru tidak benar-benar ingin mengajak Rara nginap di apartemennya. Mereka baru saja bertemu, dan belum setengah hari jalan bersama. Mustahil Rara mau menginap di tempatnya, yang berarti tidur dengannya. Sebagai laki-laki flamboyan yang suka menggoda, Heru tanpa banyak berpikir mengajak Rara menginap di tempatnya. Tidak disangka Rara mau! Sekarang justru Heru yang bingung. Tidak mungkin dia menarik kembali ajakannya yang sudah disetujui. Apa nanti anggapan Rara? Pasti Rara akan menganggapnya ingin mempermainkan. Hal yang mengganggu pikiran Heru, bagaimanapun, adalah mudahnya Rara menerima ajakannya. Ajakan seorang laki-laki untuk menginap bersama. Apakah Rara sudah ‘terbiasa’? Wah… ini gadis seperti apa? Teman-temannya, Bunga, Astrid, Mila… tidak segampang itu. Apalagi Bunga. Mila? Sambil menyetir, Heru menjadi lebih banyak diam. Pikirannya berkecamuk, sehingga hampir lupa kalau di sampingnya ada Rara. “Mas Heru melamun apa, sih?” t