Beranda / Romansa / KALI KEDUA / Kenapa Harus Seperti Ini?

Share

Kenapa Harus Seperti Ini?

Penulis: Sann dyy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-07 18:01:55

“Mas Bi, lihatlah!” 

Seharusnya yang didapatkan Bian ketika pulang adalah ketenangan bukan aduan dari Brian. 

Ia dengan malas melonggarkan dasinya dan mengambil tablet yang disodorkan Brian. Entah apa yang ada di dalam layar tersebut sehingga Brian langsung mencegah begitu sampai. 

“Bri, tidakkah bisa nanti saja? Aku ingin beristirahat dulu?” Bian memejamkan matanya. Sungguh ia benar-benar lelah. Seharian di kantor ia terus memikirkan pernikahan dan desakan. 

Bila boleh kepalanya akan berteriak lelah dan butuh istirahat. 

“Terserah.” Brian mengambil kembali tabletnya. Ia melenggang menaiki tangga. 

Baru tiga anak tangga, ia menoleh ke belakang, “Selamat atas pernikahan kedua mu, Mas.”

Bian yang samar-samar mendengar hal itu langsung membuka matanya. Ia melototi Brian dengan garang, “Apa maksudmu, Bri?” 

Brian mengangkat bahunya dengan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KALI KEDUA   Mencoba Ikhlas

    Tak ada suara selain suara helaan napas berat diantara keduanya. Sebagai ibu dan anak mereka saling jatuh bersama dan bangkit juga bersama.“Kita yang memilih seperti ini, Bi.” Meski sulit dipahami bahwa Bian lah yang membuat lubang itu sendiri dan tentunya andil dari Rentina yang juga ikut menyembunyikan kebenaran.Jika ditanya apakah Rentina menginginkan Indira sebagai menantunya? Maka jawabannya, tidak sepenuhnya. Pertama ia ingin menyelamatkan nama baik Indira. Lalu, yang kedua karena ia ingin membuktikan pada Rina bahwa Bian juga bisa bahagia dengan keputusannya dan terlebih ia ingin Bian terlihat sudah melupakan Byanca.Ia hanya ingin menyelamatkan nama baik anaknya. Tak ingin terjadi sesuatu hal di masa depan dan mereka menyalahkan Bian lagi. Itu tidak adil.“Bian memilih meninggalkan Byanca, Bun, bukan untuk menggantikannya dengan wanita lain.”Bian memegangi dadanya. “Sampai kapanpun hanya By

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • KALI KEDUA   Anak adalah obat yang sesungguhnya

    “Udah ikhlasin aja!” Seseorang yang tak pernah masuk ke dalam kubangan kecewa yang sama denganmu akan mudah mengatakan demikian. Nyatanya untuk menopang satu kaki saja memerlukan tenaga ekstra. Meski gemetar bahkan hampir tumbang, hidup tetap berjalan. Tidak ada yang benar-benar bisa membantumu selain kayu yang dijadikan sandaran atau kursi roda sebagai topangan. Itu benda mati yang tak memiliki perasaan. Mungkin sesekali kita juga bisa menjadi manusia tak memiliki perasaan.Titik tertinggi rasa kecewa adalah ketika yang seharusnya menjadi kebahagiaan atau kesedihan akan terasa biasa saja bahkan hampir lupa mana yang seharusnya membuat tertawa atau menangis.Jangan berharap pada manusia bila tak ingin mendapatkan kecewa. Itu benar tetapi kita adalah makhluk sosial, dimana setiap harinya membutuhkan orang lain baik secara sengaja maupun tidak untuk melangsungkan kehidupan. Pernah berpikir bahwa hari ini kita tidak akan menyulitkan orang lain? Tet

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • KALI KEDUA   Semua Manusia Memiliki Dosa

    Hari ini Rentina memaksa Bian untuk menemani Indira memilih gaun pengantin. Ia telah mengatur jadwal dengan desainer terkenal di negeri ini. Kebetulan desainer tersebut adalah teman Rentina. Ia adalah seorang musisi, jadi untuk mendapatkan teman di lingkungan yang sama adalah hal yang mudah. Desainer ini adalah desainer yang sama juga membuatkan gaun pengantin untuk Byanca dulu.Tak ada yang benar mengerti apa yang dipikirkan Bian. Ia tak menolak perintah Bunda tetapi ia juga tak memperlakukan Indira jauh lebih baik. Ia lebih mirip seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Indira tak merasa masalah pula, justru dengan kerelaan Bian menemaninya sudah merupakan kemajuan dalam hubungan mereka.Terkadang Indira mengidamkan sebuah acara lamaran layaknya sepasang kekasih yang ingin menikah. Mungkin lamaran tersebut akan dibalut dengan keterkejutan. Di tepi pantai, dikelilingi lilin kecil di sepanjang lantai, bertabur mawar dan sebuah cincin yang mengkilau. Ia hanya wanita biasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • KALI KEDUA   Mari Akhiri Semuanya!

    Ketika sampai di dalam mobil, Bian membukakan tutup botol air mineral untuk Indira yang kemudian ia serahkan.“Terima kasih.”Indira tak langsung meminumnya karena ia masih mengatur napasnya. Negara ini memang sangat membenci yang namanya perselingkuhan. Tak jarang wanita lah yang sering disalahkan, meski terkadang dalam kenyataan wanita hanya dijadikan kambing hitam. Namun, tak ada yang peduli. Sekali perselingkuhan maka mereka akan tetap dianggap pengkhianat.Ia hanya wanita biasa yang tak pernah menginginkan berada di posisi seperti ini bahkan ia sendiri tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Semuanya seperti aliran air dari pegunungan. Tak bisa dihentikan di tengah jalan kecuali batu besar yang menyumbat.“Sebaiknya kamu membuat klarifikasi saja!” ucap Bian. Meski ia tak melihat ke depan tetapi ia tahu bahwa Indira terperangah mendengar kalimatnya.Tatapan Indira memindai Bian. Membuat klarifikasi seperti apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • KALI KEDUA   Menutupi Kesalahan

    Menjalani sebuah takdir yang tidak disukai mengajarkan bahwa banyak peluang untuk bersikap ikhlas. Setiap manusia memiliki hak untuk menjalankan kehidupan dengan metode masing-masing, tetapi juga setiap kita acap kali bingung harus memulai dari mana.Hari kian berganti. Waktu yang telah ditentukan kian mendekat. Kini, semua orang yang berada di rumah Rentina disibukkan dengan menyambut hari pernikahan Bian dan Indira. Meski pesta ini digelar tak semeriah pernikahan Bian pertama, tetapi tetap saja akan menjadi pusat perhatian banyak orang.Terutama Indira, ia selalu gugup ketika melihat gaun pengantin sudah diletakkan di kamarnya.Lama ia memandangi gaun itu, cantik dan anggun. Namun, juga memancarkan aura terang. Seperti karakternya terlihat tenang tetapi sebenarnya menggebu-gebu.Tak pernah satu hari pun Indira lewatkan tanpa berbagi pesan dengan Bian, seperti saat ini ia sedang mengetikkan pesan.[Happy lunch, Bi] 

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • KALI KEDUA   Masih tentang Bema dan Permasalahannya

    “Bema minta maaf, Bun. Bema tahu ini salah tetapi hanya dengan begitu Bema merasa lega.” Bema menundukkan kepalanya. Jujur untuk terlihat baik-baik saja di hadapan keluarga, terlebih sudah terlanjur basah seperti ini sangatlah susah.Perasaan tak ingin merepotkan orang lain atas masalahnya sendiri seakan menjadi benteng untuk ia bersuara. Siapa yang tak mau mengeluh atas permasalahan yang terus mengikat? Siapa yang mau terus-terusan dilanda frustrasi, kebingungan serta tak berdaya dalam menghadapi masalah? Sejujurnya tidak ada.Lumrahnya setiap manusia ingin didengar meski tak harus dituntun jalan keluar. Mereka hanya butuh teman. Terkadang hanya mendengar atau merasakan seseorang berada dekat kita saja sudah cukup untuk mengelabui rasa sakit.“Bema bukankah kita keluarga?” Suara itu bukan Rentina, melainkan Bian. Dari suaranya ia terlihat lebih tenang. Tidak ada nada marah melainkan kekhawatiran seorang saudara untuk melindungi adiknya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-11
  • KALI KEDUA   Kekelaman Bema

    Mereka bertiga terdiam. Saling menatap meski bibir tak berucap.Bian melihat mata Bema penuh dengan luka, tetapi ia tak tahu sejenis luka apa yang membekas di sana.Rentina berjalan mendekati Bema. Namun, Bema memberikan isyarat agar tidak mendekatinya. Itu akan membuatnya cengeng bila didekap oleh Bunda.“Sejujurnya sejak kecil, akulah yang paling tidak beruntung diantara kita.”Bian seperti menelan kepahitan dari ucapan Bema tersebut. Ia belum jelas tidak beruntung akan hal seperti apa yang dimaksud oleh Bema.“Ketika Bunda dan Ayah bercerai, kamu memilih bersama Ayah sementara Brian bersama Bunda. Aku? Hidup penuh dengan terombang-ambing. Setiap tiga hari sekali, aku akan pindah dari rumah ini lalu ke rumah ayah.”Bema teringat ketika ia pulang sekolah dan ia hendak masuk rumah tetapi ia samar-samar mendengar bahwa Bunda membelikan mainan secara khusus untuk Brian. Hari itu adalah jadwalnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-12
  • KALI KEDUA   Si Bayi Kecil

    Bema sangat menjunjung perasaan cinta. Baginya, jatuh cinta tak perlu berulang kali jika hanya dengan satu orang saja bisa membuat bahagia. Bema telah banyak melalui permasalahan bersama pacarnya. Ia juga berhasil mempertahankan hubungan mereka selama 5 tahun.“Aku mabuk-mabukan bukan karena aku ingin terlihat jago. Bukan. Aku hanya merasa alkohol yang siap menerima ceritaku. Jika bukan aku mabuk-mabukan kalian juga tidak akan memerhatikan ku, bukan?”Bema tertawa. Lebih tepatnya mentertawakan nasibnya yang begitu buruk. Memiliki keluarga tapi tak pernah merasa disayang. Ia berniat meninggalkan mereka dan segera naik ke lantai atas. Baru beberapa tangga, ia menemukan Brian berdiri di sana. Wajah Brian yang biasanya penuh dengan keusilan kini menampilkan kedamaian dan kasih sayang.“Mas,” lirih Brian ketika Bema hendak melewatinya.Bema menoleh. Sebuah dekapan ia dapatkan dari Brian. Brian memeluknya begitu erat. S

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-12

Bab terbaru

  • KALI KEDUA   AKHIR

    Tidak ada yang bisa menerima sebuah perpisahan. Baik pisah hidup maupun mati. Semua yang pernah bersama ingin selalu bersama hingga akhir hayat bahkan di kehidupan selanjutnya. Dunia fana ini selalu diimingi dengan kebahagiaan semata. Nyatanya kebahagiaan itu semu.Renata melakukan aksinya untuk memisahkan Dewo dan Rina karena kebenciannya pada ayah Dewo, Pramasta yang telah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Tidak hanya itu, menurut Rentina sejak sahabatnya itu—Dewo—mengenal Rina waktunya sangat sedikit untuk Rentina. Hal itu semakin memupuk rasa kebenciaannya.Strategi demi strategi untuk balas dendam telah direncanakan. Salah satu yang direalisasikannya adalah masuknya orang ketiga dalam rumah tangga Dewo. Sebenarnya itu tidak murni rencananya. Rams berselingkuh dengan seorang wanita bernama Mellisa. Suatu hari, Rams mengatakan bahwa Mellisa tengah mengandung anak mereka. Rentina tidak dapat menerima itu, dia pun kesal pada Rams dan mengancam Rams atas

  • KALI KEDUA   Ayahmu pembunuh

    Rentina tersadar dari hanyutan masa lalunya. Matanya memerah menatap Dewo. Aura kebencian terpancar dari lensa hitam tersebut. Aliran darahnya seakan membuncah untuk membalaskan dendam kepada Dewo. Sialnya, rantai yang kuat ini menjeratnya.“Pramasta apa kabar?”Ini adalah kali pertama ia menyebut nama ayah Dewo tanpa menggunakan embel-embel panggilan ‘om’ untuk kesopanan. Sejak ia menyelidiki lebih lanjut ucapan mantan supirnya, Rentina tidak menelan informasi itu mentah-mentah melainkan ia menyelidiki lebih lanjut. Masih ada harapan Rentina bahwa ayah temannya itu tidak bersalah. Satu demi satu bukti dan saksi Rentina kumpulkan selama bertahun-tahun hingga akhirnya bahwa kecurigaan itu adalah benar.Lalu apa yang dilakukan Rentina?Apakah ia langsung membalaskan dendamnya pada Pramasta?Tidak!!Ya, jawabannya tidak. Rentina tidak melakukan apapun kepada Pramasta karena ketika ia telah berhasil mengumpulkan semua buk

  • KALI KEDUA   Pembunuh Sebenarnya

    Perusahaan warisan ayah Rentina telah dikelola oleh adik kandung ayahnya sendiri yang mana nantinya akan diserahkan kepadanya. Rentina tidak terlalu mengambil berat hal itu karena ia menganggap dirinya masih belum mampu untuk mengelola perusahaan tersebut. Rentina hanya menerima hasil setiap bulan dan dimanfaatkan untuk biaya sekolahnya. Rentina sering berkunjung hanya untuk mendapatkan teka-teki atas kematian orang tuanya. Dia mulai melibatkan diri dalam pekerjaan di perusahaan. Mulanya hanya untuk memecahkan teka-teki, lama kelamaan menjadi ketertarikan untuk bekerja di sana. Rentina meminta kepada omnya untuk diajak bekerja, ia pun ingin mengambil peran dari mulai yang terendah dahulu. Rentina mempelajari setiap liku pekerjaan tersebut. Perusahaan ayah mengalami gejolak hingga hampir gulung tikar. Om Irwan, omnya mengaku sudah melakukan banyak cara untuk menstabilkan permasalahan tersebut. Permasalahan ini dipicu karena mereka salah memilih distributor. Uang yang

  • KALI KEDUA   Kehilangan

    Flashback on“Rentina, ikhlaskan kepergian mereka!” ucap tantenya sambil memeluk tubuh remaja Rentina.Rentina mengatupkan mulutnya. Membungkam kesedihan yang membendung. Hari itu adalah hari yang sangat buruk bagi Rentina. Tak pernah ia bayangkan bahwa hari itu datang, hari dimana ia kehilangan dua orang yang disayanginya yaitu papa dan mamanya.“Tante, kata ikhlas memang mudah diucapkan tetapi, sangat sulit untuk diimplementasikan. Bagaimana aku akan menjalani hariku tanpa mereka? Aku hanya anak tunggal. Aku tak memiliki apapun dan siapapun lagi.”Rentina tahu bahwa ini kehendak Tuhan akan tetapi ia belum siap. Hati dan kepalanya terus berbicara akan sendiri yang akan dihadapinya. Rentina menekuk lututnya kemudian memeluk lutut itu, menggambarkan bahwa ia hanya bisa bertahan dengan dirinya sendiri. Hartanya adalah dirinya sendiri. Ia menangkup dan menangis sekencang-kencangnya. Para pelayat yang mengirimkan doa kepada orangtuanya

  • KALI KEDUA   Apa sebenar penyebabnya?

    “Apa sebenarnya penyebab kalian merusak rumah tangga ku?”Rina tak mampu menahan seluruh gejolak pertanyaan yang telah dari Singapore ia pendam. Rina tak mementingkan waktu jika saat ini antara Rentina dan Dewo sedang bersitegang. Ia hanya ingin tahu agar dadanya tak sesak menahan.Mata Rentina beralih pada Rina. Alih-alih menjawab, ia justru menyunggingkan senyuman seakan mengejek Rina. Senyuman yang dulunya hangat kini menjadi tajam yang mampu menyabik hati Rina.“Karena kamu terlalu sombong, Rina.”Rina terpancing untuk menghampiri Rentina. Entah hanya sekedar mendekatkan telinganya agar memastikan bahwa ia tak salah dengar. Namun, Dewo segera mencegahnya. Dewo menarik tangan Rina dan membisikkan kata-kata penenang.Rina memejamkan mata kemudian mengatur emosinya. Ia tak boleh terpancing demi permasalahan ini cepat diselesaikan. Melihat wajah Rentina terlalu lama akan mempengaruhi kesehatan jantungnya.“Kamu

  • KALI KEDUA   Perlawanan Rentina

    Rina menyunggingkan senyuman kepada Bian setelah mendengar teriakan Indira. Wanita itu sangat kacau dan berantakan. Rina mengira bahwa mentalnya telah terguncang. Ia mendekati Dewo dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi kepada Indira. Dewo hanya menjawab dengan mengangkat bahunya membuat Rina menghela napas malas. Sudah dalam keadaan seperti ini pun Dewo masih sempat untuk bermain rahasia. Di hadapan Rams dan Rentina terbentang sebuah sofa panjang dengan sebuah meja di hadapannya yang berisi banyak makanan dan juga minuman. Dewo mengajak mereka semua untuk duduk. “Rentina, Rams dan Indira kehadiranku membawa mereka semua ke sini bukan untuk menghukum kalian. Aku tahu semua orang pasti pernah melakukan kesalahan tidak terkecuali diriku sendiri. Aku ingin kita menyelesaikan dengan damai dan secara kekeluargaan. Tolong akui semua kesalahan kalian!” Tak munafik bahwa kekesalan Dewo kepada tiga manusia di hadapannya sudah mengubun-ubun tetapi ia masih memiliki h

  • KALI KEDUA   Menuju Akhir

    Pesawat yang ditumpangi mendarat indah di Bandar udara Soekarno Hatta. Dewo beserta rombongan segera menaiki mobil yang telah disediakan. Perjalanan selanjtunya adalah menuju tempat penyekapan Rams dan Rentina. Sepanjang perjalanan, semua tampak tak banyak bicara. Hanya diam dan menerka-nerka akan bagaimana kelanjutan cerita ini.Begitu sampai tempat penyekapan, Salim telah menunggu mereka. Ia segera mendekat dan menyapa satu-persatu. Dewo tersenyum ramah dan juga berjalan di samping Salim.“Lalu, apa yang akan kau lakukan?” Siapapun pasti akan sangat penasaran. Begitu pula dengan Salim. Sudah lama ia menanti hari ini. Ia juga sudah lelah menebak konspirasi di antara semuanya.“Dimana Bema dan Brian?” Dewo berhenti dan memperhatikan sekitar. Hal tersebut juga membuat semuanya berhenti dan mengikuti arah pandang Dewo.“Aku sudah meminta mereka datang tetapi tidak tahu kemana dua anak itu.” Tak ingin membuat suasana hati

  • KALI KEDUA   Mengemis

    Langit cerah menutupi raut kemarahan dari dua anak manusia yang saling berhadapan dengan kondisi tubuh terikat tali. Mereka adalah Rentina dan Rams. Rentina menggerakkan tubuhnya; menggapai-gapai tangan Rams. Ia tak bisa dengan lantang menyuarakan isi kepalanya sebab mulutnya ditutupi lakban hitam yang menyebalkan.Rentina berusaha berbicara lewat mata. Sayangnya Rams nampak tak tertarik, ia memutar lehernya dan lebih memilih menatap dinding yang dipenuhi sarang laba-laba tersebut. Lebih baik melihat itu dari pada menatap Rentina dengan segala gejolak emosinya.“Apa kau tak ingin mengalahkan Dewo di dunia bisnis?” Rams mengingat dengan jelas kata-kata yang diucapkan Rentina dahulu. Kata yang menjadi mantra untuknya melakukan segala cara agar mengalahkan Dewo. Meski Dewo bukan tandingannya di dunia bisnis tetapi Rams mengal

  • KALI KEDUA   Berdamai (lagi)

    Berdamai dengan keadaan adalah jalan yang dipilih Rina meski hati masih berbentur dengan luka masa lalu, tetapi ia begitu sadar bahwa semua karena jebakan. Rina memang mencoba untuk memaafkan Mellisa. Melihat Archi yang sedikit trauma membuat Rina merasa iba. Ia pernah melihat jiwa Byanca terguncang. Oleh sebab itu, ia tak ingin Archi juga nekat melakukan apa yang Byanca lakukan dahulu.Mellisa merasa terharu atas sikap Rina. Ia berulang mengucapkan terima kasih bahkan ia secara refelks memeluk Rina. Semua ini di luar ekspektasinya. Mellisa iri dengan Rina yang memiliki hati begitu lembut. Ia berjanji akan menjadikan dirinya lebih baik lagi untuk membalas kebaikan Rina. Untuk Dewo, ia tak akan mengejarnya lagi. Terserah pada Dewo untuk hidup seperti apa, lagi pula mereka telah berpisah sejak beberapa bulan yang lalu.Usai melepaskan pelukan Mellisa, Rina menatap Dewo dengan ekspresi tak terbaca. Dewo menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti arti tatapan itu. Rina t

DMCA.com Protection Status