JODOHKU PAK DOSENSEASON 2BAB 46A Hari BahagiaTerdengar suara derit pintu kamar Sarah yang tak terkunci. "Ra, acaranya udah mau dimulai."Deg,"Eh, Kak Devan, maaf.""Kamu masih bisa membatalkan acaranya, Ra," tawar Devan seraya memegang kedua lengan adik angkatnya.Sarah tak kuasa menjawab justru menunduk lemah. Beberapa detik kemudian dia justru tergugu."Ra, kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku juga. Jangan membohongi diri sendiri. Aku yakin kamu masih mengharapkan Alfian. Jangan menyiksa diri!""Kak, aku...""Stt, jangan pikirkan aku! Aku hanya orang baru yang hadir di hatimu. Kenyataannya Allah justru menjadikan kita saudara.""Sekali lagi aku tanya, apa kamu masih mengharapkan Alfian?"Hening, Sarah tak berani menjawab. Mengangguk lalu tersadar Sarah pun menggeleng."Maafkan aku, Kak!""Baiklah, ayo banyak tamu yang menunggu!" Devan menarik lengan Sarah dan membawanya keluar. "Ayo, acara akadnya segera dimulai!"Devan mengantarkan Sarah duduk di ruangan terpisah dengan tempat
JODOHKU PAK DOSEN SEASON 2BAB 46B Hari Bahagia"Mas Devan," seru gadis berkerudung peach dengan gamis broklat berdiri di belakangnya."Apa?""Trimakasih banyak Mas Devan sudah membahagiakan Mbak Sarah," ucapnya seraya menunduk takut menyinggung perasaan laki-laki di depannya."Tak perlu berterimakasih, itu sudah menjadi tugas seorang kakak demi adiknya.""Tapi, Mas.""Aku pasti bisa mencari pengganti Sarah dengan cepat, kamu nggak usah kawatir. Bahkan di kantor juga banyak gadis cantik mengantri."Deg,Risma merasa tenggorokannya tercekat. Baru beberapa menit yang lalu dia merasa senang punya kesempatan mendekati kakak angkat Sarah. Namun sekarang harapannya pupus sudah."Ya, Mas.""Bagaimana denganmu, Ris? Sudah move on dari Alfian, kapan dapat gantinya?""Ah, iya. Aku pasti juga akan segera mendapatkannya, Mas.""Ya, selamat menjemput kebahagiaanmu.""Terimakasih."Risma buru-buru kembali bergabung dengan keluarga besarnya berharap Devan tak memergoki wajahnya yang gugup sekaligus
JODOHKU PAK DOSEN SEASON 2 BAB 46C Hari Bahagia Setelah berdebat lama, petugas tetap tak mengizinkan Risma masuk. Dia menunduk lesu. Berulang kali melakukan panggilan ke nomer Devan, tetapi tidak diangkat. Lelah mencari, sejenak duduk jongkok dengan kedua telapak tangan menangkup wajah. Dari kejauhan sosok yang dicari mendapatinya duduk dengan bahu bergetar. "Hai, kamu ngapain di sini?" Risma sontak menghentikan isakannya. Gegas dia bangkit dari duduknya dan mengusap wajah yang sungguh pasti memalukan kalau dilihat. "Mas Devan, kenapa nggak pamit kalau mau balik?" "Aku sudah pamit kok." "Tapi nggak pamit sama aku." "Kenapa harus pamit sama kamu?" selidik Devan disertai wajah menggoda Risma. "Eh, hmm itu." Risma menyadari kelakuannya. Dia kelabakan mencari alasan. "Mas Devan jangan melupakan aku. Karena aku..." "Stt, nggak usah diteruskan. Aku tahu maksudmu. Kamu menyukaiku, bukan?" Risma mengangguk menghilangkan rasa malunya karena tak ingin kehilangan lagi untuk kedua ka
JODOHKU PAK DOSENSEASON 3Jangan lupa subscribe dulu sebelum membaca ya.Season 3 kali ini mengisahkan tentang Nayla dan Aryo dosennya. Aryo Syailendra teman satu komunitas mahasiswa asal Bandung bersama dengan Alfa Mahendra (Season 1) dan juga Alfian Mahesa (Season 2). Happy Reading.Cinta Nayla pada kakak tingkatnya harus bertepuk sebelah tangan, karena rasa yang tak tersampaikan. Namun, kehadiran sosok dosen yang menaruh hati pada Nayla membuatnya terjebak dalam kebimbangan. Bagaimana Nayla harus mengambil keputusan, memilih mencintai atau dicintai? Simak kisahnya, yuk."Tak perlu menjadi orang lain, kalau hanya ingin mencari perhatian." (Aryo)"Aku lelah, tetapi tak mau menyerah. Berpura-pura, merasa baik-baik saja, setidaknya itulah caraku bertahan." (Nayla)PrologSemilir angin di siang hari yang terik menerpa wajah Nayla. Ia sedang duduk di bangku taman kampus. Wajahnya melamunkan seseorang yang menjadi penyemangat hidupnya. Suara daun yang bergesekan diterpa angin tak mampu m
Bab 1 Sinar mentari mulai merangkak naik. Nayla menyambut paginya dengan semangat. Senyum hangat terukir di wajahnya yang polos tanpa make up. Celana denim dipadukan dengan T-shirt lengan pendek, dilengkapi kemeja kotak-kotak yang sudah menjadi ciri khasnya. Surai hitamnya dibiarkan tergerai dengan sebuah tali rambut dikenakan di pergelangan tangan. Tak lupa tas selempang berisi buku catatan dan pena sebagai pelengkap saat berangkat kuliah. Derap langkahnya ditemani sepatu ketz kesayangan yang dibeli di pasar Dago bersama sahabatnya. Ia sudah tidak sabar berjumpa dengan sahabatnya, Cici, Mika, dan Riyan. Ada hal yang membuat hatinya membuncah. Ingin segera disampaikan berita bahagia itu pada tiga sahabatnya. Namun, langkahnya yang tergesa tanpa mengindahkan sekitar membuat dahinya terantuk benda keras. Ia pun mengaduh kesakitan seraya mengusap dahi sebelah kiri yang bisa dipastikan telah memerah. Dua tahun lewat Nay menjadi mahasiswi jurusan Matematika kampus ternama di Bandung, te
Bab 1B"Kenalan dulu kenapa, Pak," celetuk Nay tak kira-kira membuat Pak Aryo tersentak. Cici dan Mika segera menyikut Nay agar berlaku sopan pada dosen yang sebentar lagi menjadi list dosen favorit mereka."Kalian gimana, sih. Biasanya dosen yang baru masuk kelas kan kenalan juga. Kalian lupa?" Nay tampak melototi dua sahabatnya untuk menegaskan."Iya, sih. Tapi nggak gitu juga kali, Nay," protes Cici yang diiyakan oleh Mika."Nay, dosen kali ini tampannya ngalah-ngalahin Andra, tuh." Riyan yang sedari tadi menyaksikan tingkah tiga sahabatnya ikut menimpali, bahkan mengompori Nay supaya menyerah dengan niatnya mendapatkan hati Andra."Oya, maaf. Silakan Anda yang memperkenalkan diri dulu. Saya perlu mengenal juga nama-nama mahasiswa saya." Nay yang ditunjuk spontan merasa tak terima. Ia yang mengingatkan dosen barunya justru diminta mengenalkan diri terlebih dulu."Maaf ya, Pak. Teman-teman satu kelas sudah tahu nama saya," tolak Nay dengan sedikit tak acuh. "Baiklah, kalian bisa pa
Bab 2"Silakan maju! Kerjakan soalnya atau saya buka catatannya di depan kelas?!" ancam Pak Aryo dengan raut wajah dingin tanpa senyum sedikitpun, seolah kemarahan terwakili oleh tatapan mata elangnya.Nyali Nay menciut seketika, mau tak mau ia maju ke depan. Bukan karena ia takut diminta mengerjakan soal, hanya saja ada hal yang sangat memalukan jika buku catatannya diumbar di depan kelas."Soalnya di atas, kenapa harus ngerjain jauh di bawah, Nay?" protes Pak Aryo. Nay tampak kesal, mengira dosennya sengaja mengerjainya. Tangan kanannya sibuk di papan menuliskan jawaban, sementara tangan kiri sibuk memegang ujung T-shirt agar tidak terangkat. Sekali ia lalai dengan penampilannya, bisa jadi bagian perutnya yang mulus tersingkap. Nay merutuki dirinya yang salah memakai kostum karena tergesa. T-shirt yang dikenakannya memang terlalu pendek. Beberapa kali ia merasa tak nyaman karena Pak Aryo menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu memalingkan muka."Nah, ini nih contohnya.
Bab 3AJam sudah menunjukkan pukul 7, Nay masih malas-malasan beranjak dari teras kosnya. Padahal penampilannya sudah rapi. Masih dengan kemeja bergaris favoritnya, Nay pagi ini memadukannya dengan kaos yang panjangnya sampai paha. Masih teringat kejadian hari sebelumnya, Nay dipermalukan Pak Aryo. Demi supaya catatan yang berhiaskan sketsa tentang dirinya dan Andra, Nay menuruti titah Pak Aryo. Malang tak bisa ditolak, Nay justru kena semprot tentang penampilannya. Hari ini, Nay jadi nggak bersemangat kuliah dengan sosok yang menyebalkan baginya. Terlebih semalam ucapan Pak Aryo sungguh menyentil hatinya. Sakit tak berdarah. "Awas saja Pak, kalau sampai nyuruh aku maju lagi. Aku bakalan nolak. Biar saja nggak ada mahasiswa yang ngerjain, tahu rasa nanti." Nay sudah ngedumel sendiri di teras sambil menyimpulkan tali sepatunya. "Nay, udah jam berapa ini. Tumben belum berangkat. Biasanya rajin," seru bu kos. Kedua tangan wanita seusia ibunya itu sedang menenteng tas belanjaan penuh