JODOHKU PAK DOSENSEASON 2Bab 34A Kegundahan "Pak Devan, apa yang terjadi?"Sarah melihat ada kegundahan di wajah bosnya.Beberapa kali pria itu meraup wajahnya kasar juga menjambak rambutnya. Menghela napas panjang berulang, Devan mendekati Sarah."Ra, aku harus secepatnya pulang ke Bandung.""Apa? Kenapa, Pak?" Sarah terkejut dibuatnya."Mamaku pingsan mendadak. Kamu tahu kan papaku kondisinya belum pulih 100%, hanya bisa mengandalkan Nico. Aku menghubungi Alexander ponselnya belum aktif. Mungkin dia sedang sibuk. Maafkan aku, masalah lamaran kita teruskan setelah aku mengurus mama,ya.""Iya, Pak. Saya tidak masalah. Justru akan menjadi masalah kalau mama Pak Devan kenapa-napa. Beliau prioritas Pak Devan, jangan sampai terjadi hal buruk dengan kesehatannya.""Iya, doakan saja mamaku baik-baik saja!""Pasti, Pak.""Saya meminta maaf sekali, keinginan saya menyampaikan lamaran ke putri Om dan Tante harus tertunda. Saya tergesa balik ke Bandung, karena mama mendadak pingsan saat say
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2BAB 34B Kegundahan"Apa ini? Apa kamu berusaha merayuku?" ucap Devan sedikit meremehkan. Dia tahu perangai adik Sarah yang suka iri dengan kakaknya. Mencoba mengerjai Risma, Devan menatapnya lekat menanti jawaban."Sudah bawa sini! Tapi kamu jangan berharap bisa mengagalkan lamaranku seperti Alfian dulu!"Deg,Risma tersentak dengan ucapan Devan."Bagaimana dia bisa tahu."Mata Risma sudah berkaca-kaca. Entah perasaan apa yang menghinggapinya kini. Sungguh dia merasa bodoh dihadapan calon kakak iparnya. Lidahnya kelu walau hanya untuk mengatakan tidak atau cukup menggelengkan kepala pun dia juga tak sanggup.Devan berlalu meninggalkan Risma yang berdiri terpaku. Dia melambaikan tangan pada Abi Randy dan Sarah. Namun tidak dengan Risma yang masih mematung, bahkan pandangannya tidak beralih dari satu titik."Biar saja Risma merasakan apa yang diterima Sarah dulu. Itu buah yang pantas dituai olehnya karena dulu membuat susah hidup Sarah," pikir Devan."Ayo pula
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2Bab 35A Apa kabar hatimu "Baiklah, aku mau cari oleh-oleh dulu ya! Besok aku balik ke Bandung. Salam untuk Abi dan Umi, misal aku tidak sempat mampir ke rumah nanti malam.""Iya, Mas." Keduanya menjawab dengan kompak. Namun hati Sarah terasa ngilu, "ada yang berubah dari Mas Alfian. Dia sudah tidak peduli padaku setelah mengetahui lamaran Pak Devan. Harusnya dia yang kehilangan aku, kenapa justru aku yang merasa kehilangan dia?""Mbak, Mbak Sarah...""Eh iya, Ris.""Ayo pulang!"Sarah hanya mengangguk lemah. Melangkahkan kaki dengan sesekali melirik ke arah tadi Alfian berjalan, Sarah sudah tidak melihat sosok mantannya."Dia menghela napas panjang berulang untuk menata hatinya."Dia sudah mau menikah dengan Amira, pikirkan saja Pak Devan!" Setidaknya kalimat itu yang menyemangati Sarah.*****Di ruang perawatan, Devan menunggu dengan cemas sang mama yang tergolek lemah di ranjang pasien. Tubuh yang dikelilingi alat vital membuat Devan trenyuh melihatnya da
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2BAB 35B Apa Kabar Hatimu"Ma, mama mana yang sakit?"Mama Devan hanya menggeleng tanpa bersuara. Wajahnya seakan ingin mengatakan banyak hal, tetapi mulut seperti terkunci."Tenanglah! Mama sudah ditangani dokter, pasti cepat pulih."Hanya kedipan mata yang sanggup diberikan sebagai kode mengiyakan."Aku tak pernah menyesal dirawat olehmu, Ma. Meski aku tak lahir dari rahimmu, aku selalu menganggapmu mamaku."Tiba-tiba Devan memeluk erat mamanya seakan tak ingin kehilangan wanita yang masih cantik di usianya yang hampir menginjak kepala lima. Hanya ada sedikit guratan di wajahnya, tetapi tak mengurangi kadar kecantikannya.Deg,"Kenapa melihat Mama justru bayangan Sarah turut hadir? Wajah mereka semakin lama diperhatikan semakin ada kemiripan. Ah, seharusnya Sarah dan aku yang punya kemiripan itu. Biar menjadi pertanda kami berjodoh." Pikiran konyol Devan cukup menghibur dirinya sendiri di saat kalut begini."Mama istirahat lagi aja, aku panggilkan papa dulu
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2Bab 36A Cukup Sandiwara Pagi-pagi sekali Sarah sudah berada di stasiun Tugu untuk naik kereta api menuju Bandung. Diantar abi, umi dan Risma, Sarah menenangkan hati kedua orang tuanya bahwa semua akan baik-baik saja. Begitu mamanya Devan sehat, Sarah akan mengabari umi dan abi."Hati-hati di jalan, Ra. Jangan terlalu dipikir masalah lamaran, pikirkan kuliahmu dulu!" nasehat umi seraya menetap lekat wajah sendu Sarah. Tidak biasanya dia diantar lengkap bersama Risma adiknya. Umi dan abi tentu saja merasa amat senang keduanya bisa akur."Jaga kesehatan, Mbak! Pikirkan kebahagiaan Mbak Sarah. Jangan sampai salah ambil keputusan!"Sarah mengernyitkan dahinya mencerna ucapan Risma."Tenang saja Risma, Allah pasti memberi petunjuk yang baik untuk setiap langkah yang kita ambil."Setelah salam perpisahan dan saling berpelukan, Sarah menyeret koper menuju gerbong."Ra, tunggu!" Suara maskulin tak asing sudah mengusik telinganya."Umi, Abi. Apa kabar? Maafkan saya t
JODOHKU PAK DOSEN SEASON 2BAB 36B Cukup Sandiwara"Anggap saja karena Mbak sudah tersenyum membuat para penumpang senang hatinya." Petugas itu merasa tersipu malu. Sarah yang mencuri dengar mencoba melirik dengan mata sedikit terbuka, lalu kembali terpejam."Dasar Mas Alfian tukang gombal," gerutunya dalam hati."Ra, ayo makan!""Makasih. Mas makan saja duluan, aku tidak lapar." Sejatinya Sarah belum makan pagi karena tergesa. Dia bilang kepada orang tuanya nanti mau sarapan di kereta. Hanya karena hatinya yang dongkol dengan sikap dingin Alfian, dia memilih mengurungkan niat sarapannya.Tanpa sadar cairan bening mengumpul di pelupuk mata. Sarah merasakan sedihnya bertambah karena menahan diri dari aroma nasgor spesial kesukaannya. Mau pesan sendiri kok gengsi tadi terlanjur bilang nggak lapar."Alhamdulillah enak banget lho, Ra. Kamu beneran sudah sarapan?"Sarah tak menjawab, karena tenggorokannya terasa tercekat menahan diri untuk tidak menangis. Dia hanya mengangguk dengan panda
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2Bab 37A Batalkan Saja🌻🌻🌻🌻🌻Bab 37 Batalkan Saja Sehari setelah sampai di Bandung, Sarah berniat menjenguk Mama Devan. Namun Nico asistennya Devan sudah berada di depan kontrakannya. Dia justru menjemputnya untuk bertemu papa Devan di sebuah restoran. Tanpa menaruh curiga, Sarah mengikuti dengan senang hati. Sampai di restoran, Papa Devan mengajak Sarah berbicara empat mata."Sarah mau pesan minum apa?" tawar Pak Tama dengan sopan."Lemon tea saja, Om." Sarah menjawab dengan tatapan penasaran. Sebenarnya apa maksud Papa Devan mengajaknya bertemu. Keduanya mengobrol ringan sembari menunggu pesanan.Setelah pelayan datang membawa minuman barulah Pak Tama memulai berbicara serius."Diminum dulu!""Terima kasih, Om. Gimana kondisi Tante sekarang?" Sarah mengurangi kegugupannya dengan memulai tanya kabar Mama Devan."Alhamdulillah sudah lewat masa kritisnya. Sebelumnya, Om mau minta maaf Sarah. Om ingin lamaran Devan padamu dibatalkan.""Apa? Om hanya berca
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2BAB 37B Batalkan SajaAmira masuk memanggil Bu Rena, sementara Alfian bersama Chika menyambut tamu. Chika terheran melihat sosok yang datang dengan kursi roda didorong oleh wanita yang dikenalnya."Itu, itu kan Papa, Yah."Chika berusaha turun dari gendongan, lalu menghamburkan diri di pelukan papanya."Papa kemana aja, Chika kangen. Papa jangan ninggalin Chika dan Mama lagi!"Rudi papa Chika tak kuasa menahan haru. Tangis pun pecah, dia tak mampu berkata-kata karena tenggorokannya tercekat. Lebih baik Chika tidak tahu kenyataan yang sebenarnya."Maafkan Papa, Chika! Papa bukan pergi ninggalin kalian. Papa berobat, ini sekarang mau jemput Chika.""Siapa, Al?" tanya mami diikuti Amira di belakangnya. Begita Amira melihat tamu yang datang tubuhnya menegang kaku. Dia tercengang melihat kejutan yang diberikan Alfian."Rud, ini Amira calon istriku. Kami akan menikah sebentar lagi."Rudi kelihatan tenang mendengarnya, tetapi tidak dengan Amira yang pucat pasi. Dia
Bab 63C "Terima kasih, Sayang. Sudah bersedia mendampingiku, menjadi ibu dari anak-anakku." Aryo mengecup puncak kepala Nay yang tertutup pasmina hingga membuat hati Nayla mengembang. "Terima kasih juga, Mas." Lima bulan kemudian. Nay mengenakan baju toga untuk menghadiri wisuda sarajananya. Perutnya sudah terlihat membuncit karena HPL tinggal beberapa haru lagi. Suami dan keluarganya mendampingi acara wisudanya. Pun teman-temannya bersiap dengan buket bunga ditangan mereka. "Selamat dan sukses atas wisudanya, Nay," ucap ketiga sahabatnya. Menyusul juga ucapan selamat dari orang tua dan keluarga Aryo. "Selamat ya, Sayang. Maafkan mama! Kamu memang pantas menjadi pendamping Aryo. Jaga putraku ya, Sayang. Sebagai orang tuanya, mama memang kurang memberinya kasih sayang." "Tidak, Ma. Mama selalu menyayangi Mas Aryo meski jauh di negeri orang. Nay dan Mas Aryo selalu merindukan mama dan papa." Nay mencium pipi mertuanya lalu teringat ibunya. Wanita yang sudah mengandung dan melah
Bab 63B"Mereka kan mau menghadiri acara ini, Mas.""Apa?! Sebenarnya ini acara apa sih, Nay?" Aryo bergantian menatap Nay juga keluarganya yang tak ada angin tak ada hujan muncul di rumah istrinya."Hai, Aryo! Oma mau nengok calon buyut tahu, nggak? Kamu tuh malah bengong."Aryo kembali terkesiap. Merasa di prank, Aryo mendekati keluarganya. "Mama, papa, kapan pulangnya? Tante juga katanya nganter oma ke luar kota.""Kamu tuh, Yo. Sama istri mbok ya dijagain yang baik. Untung calon bayinya nggak kenapa-napa. Bisa-bisa kamu tak jewer sini.""Ampun, Oma." "Iya, ini tante sama orang tuamu nganter oma ke luar kota buat mengisi tausiyah, Yo," pungkas tante Maya. Aryo masih terbengong.Semua yang hadir melihat tingkah keluarga Aryo akhirnya tertawa, ada juga yang menahan senyum, seperti Nayla yang saling pandang dengan Andra. Semua itu skenario Andra untuk mengerjai Aryo. Andra tidak mau Nay disakiti oleh suaminya. Saat di Daejeon, dokter mengatakan Nay hampir keguguran karena tindakan
Bab 63A"Nay, ini tanda kasihku untukmu." Nay tertegun melihat apa yang dibawa suaminya.Aryo membuka kotak kecil berlapis beludru. Ia mengeluarkan benda yang terpasang cantik di tempatnya. Sebuah kalung pertanda kasih sayangnya untuk sang istri tercinta. Ada liontin bunga matahari di kalung itu. Aryo berharap mentari akan selalu bersinar menerangi langkah mereka mengarungi biduk rumah tangga.Bukan tidak mungkin akan datang kerikil yang menghadang. Sebisa mungkin mereka saling menggenggam tangan untuk melalui jalan yang harus ditempuh. Apa yang menjadi tujuannya menggapai keluarga yang samawa (sakinah, mawaddah, warahmah).Aryo memakaikan kalung dengan liontin matahari ke leher Nayla. Pasmina Nay angkat hingga kalung itu terpasang sempurna di lehernya. Aryo mengecup kepala Nay dari belakang. Rasa yang membuncah mengisi rongga dada keduanya. Senyum manis pun terukir di wajah masing-masing, hingga sepasang lengan kekar Aryo melingkar di perut Nayla. Tatapan hangat di wajah Aryo terli
Bab 62B"Sudah saya bilang Pak Aryo jangan menyakitinya. Dua kali Bapak sakiti Nay, maka...""No, big No, Ndra. Saya harus bicara sama Nayla. Pokoknya kamu nggak boleh melamar sebelum hubungan kami jelas, oke!" Andra hanya mengedikkan bahu, dalam hati tertawa penuh kemenangan.Aryo meninggalkan Andra membereskan tempat yang akan dipakai untuk acara. Entah acara apa sebenarnya Aryo tidaklah tahu. Ia mendekati Pak Rusdi, meminta maaf atas kesalahannya karena membuat Nay sakit hati.Aryo juga bercerita tentang kesalah pahamannya dengan Nay yang melihat dirinya bersama Tika. Waktu itu Tika ingin berpamitan yang terakhir karena mau tinggal di luar negeri. Pak Rusdi yang sudah tahu duduk perkaranya langsung menyilakan Aryo masuk dan duduk di ruang tamu. Bu Ranti terkejut melihat kedatangan tiba-tiba menantunya. Gegas wanita paruh baya itu membuatkan minuman dan menyuguhkan cemilan."Nay baru selesai mandi, Nak. Tunggulah sebentar. Tolong sabar ya Nak Aryo, menghadapi Nay yang anak tunggal
Bab 62AAryo berjalan tergopoh menuju rumah Nay. Mendengar obrolan tetangga Nay tentang acara syukuran membuat hatinya berkecamuk. Menyesakkan."Apa maunya Nayla? Apa dia benar-benar menginginkan perpisahan?" Aryo mendengkus kesal seraya kakinya menendang kerikil di jalan.Sementara itu,di kamar, Nayla merapikan penampilannya di depan cermin. Ingatannya terlempar saat tidur siang di kos Cika. Bisa-bisanya ia mimpi buruk."Nay, maaf. Aku tidak tega membuat Tika sedih," ungkap Aryo membuat Nay mencelos."Lalu?" Tatapan nyalang Nay tujukan pada suaminya. Napasnya memburu menanti perkataan selanjutnya dari sang suami."Ada yang ingin aku katakan padamu. Mama memintaku menikahinya. Tika bersedia menjadi istri kedua.""Untung hanya mimpi. Kalau beneran, aku nggak yakin bisa menerima kabar itu."Nay menghela napas panjang, seulas senyum tersungging di bibir bergincu pinknya. Kedua tangan mengusap perutnya lembut. Sebuah ketukan pintu megusik kegiatan asyiknya di depan cermin."Masuk!" Nay me
BAB 61B"Astaghfirullah. Aryo kenapa?""Aryo bersalah, Oma. Aryo sudah menyakiti hati Nayla. Dia pergi karena Aryo yang nggak sabaran. Saat di Daejeon Aryo menyakitinya fisik juga batin. Lagi-lagi pulangnya pun Aryo menambah lukanya kembali menganga."Oma dan Tante Maya tertegun melihat pengakuan Aryo. Keduanya menasehati Aryo supaya lebih sabar menghadapi masalah. Yang telah berlalu biarlah berlalu, jangan terulang lagi kesalahan yang sama. Manusia tidak ada yang sempurna. Memilih pasangan bukan untuk mencari yang sempurna tetapi yang bisa saling melengkapi hingga mendekati sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Rabbnya."Makasih, Oma, tante. Aryo mau bernagkat dulu ke Solo.""Apapun yang terjadi jadikan ini belajaran berharga untukmu dan Nayla, Yo. Oma tidak berharap kalian berpisah. Tetapi kalau mengharuskan kalian berpisah, kamu harus mengikhlaskannya.""Oma, Aryo tidak akan membiarkan Nay pergi. Oma dan tante doakan hubungan kami membaik!" pinta Aryo dengan penuh permohonan."
Bab 61ASehari tinggal di kos Cika, Nay akhirnya pulang ke Solo. Ia bertemu bapak ibunya, melepas rindu yang bersemayam di dada. Tangis haru nan bahagia mengiringi pertemuan keluarga sederhana itu."Kamu kurusan, Nay. Makan yang banyak, Nak!" Nay meraup wajahnya kasar. Sejatinya bukan hanya rindu yang ingin tersampaikan. Lebih tepatnya, Nay ingin mendapatkan pelukan. Support yang menguatkan hatinya karena masalah rumah tangga sedang menghampiri."Yang penting sehat kan, bu. Nanti Nay makan yang banyak soalnya kangen masakan ibu. Di sana makannya aneh-aneh," terang Nay dengan kelakarnya membuat orang tuanya tergelak.Pak Rusdi dan Bu Ranti tidak menyadari putrinya sedang dilanda masalah. Nay memang pandai menyembunyikan kesedihannya. Ia sibuk membantu ibunya membereskan jahitan seperti biasa."Pak, Bu. Ini ada sedikit rejeki, Nay ingin mengadakan syukuran kecil-kecilan karena sudah diberi kesehatan saat belajar di negeri orang. Juga Nay selamat sampai pulang ke rumah.""Tapi suamimu a
Bab 60B"Sebenarna ada apa sih, Nay? Pasti kamu dan suamimu lagi berantem, ya?"Nay tidak menjawab justru tergugu seraya memeluk guling di atas kasur Cika. Sahabatnya segera mengambilkan segelas air untuk diminum supaya Nay lebih tenang.Setelah Nay terlihat tenang, Cika mulai menanyakan dengan hati-hati. Ia tidak mau Nay menangis lagi."Kalau sudah bisa cerita, aku siap ndengerin, Nay," ujar Cika."Aku tadi sudah sampai rumah. Tapi..." Nay menjeda kalimatnya seolah ada duri yang menancap di tenggorokan. Ia susah payah mengatakannya. Menarik napas panjang, Nay merasakan tepukan halus di punggungnya"Ada Mbak Tika di sana." "Hah, Bu Tika? Dosen fakultas yang baru?" Cika memasang raut keheranan kenaoa Tika bisa pagi-pagi di rumah Aryo."Kamu ingat, kan? Mbak Tika itu wanita yang dijodohkan sama Pak Aryo."Cika mendengarkan dengan sabar cerita Nayla."Tapi kamu jangan berpikiran buruk dulu, Nay. Tenanglah, kamu harus berpikir dengan kepala dingin biar nggak runyam masalahnya."Nay menga
Bab 60A EgoisNayla masih tergugu di dalam taksi yang membawanya memutari kota Bandung. Sedari tadi sopir menanyakan kemana tujuan, tetapi Nayla tidak menjawab. Sekutar satu jam, Nay baru sadar saat perutnya berdendang. Ia teringat telah melewatkan sarapan."Astagfirullah, sampai mana ini, Pak?!" pekiknya seraya menoleh ke kanan dan ke kiri. Sopir segera menepi dan menghentikan laju taksinya."Kita sudah memutari kota Bandung. Mbak mau ke mana lagi?" jawabnya seakan ingin protes tapi penumpang adalah raja. Sopir hanya memberikan pelayanan terbaiknya."Maaf, Pak. Tunggu sebentar, saya telpon teman dulu," pinta Nay. Ia mencari nomer kontak Cika."Halo, Ci. Kamu di kos atau kampus? Aku udah di Bandung.""Nay, kapan pulang?!" Nay menjauhkan ponselnya karena suara teriakan Cika dari seberang mengusi telinganya."Aku di kampus. Bentar lagi balik kos. Hanya ada kuliah pagi saja. Mika sama Ryan baru ke ruang dosen, nih. Kita ketemuan di kosku aja ya!""Ya, Ci. Tapi tolong kalau ketemu Pak Ary