Kevin menaruh peralatan bekerjanya di dalam sebuah ruangan yang sudah disediakan oleh perusahaan itu, ia sudah merasa sangat lelah setelah bekerja setengah hari membersihkan ruangan-ruangan juga lorong yang ada di gedung itu.Belum saja selesai satu hari, Kevin merasa ingin berhenti karena tak kuat. Sebelumnya Kevin tak pernah melakukan pekerjaan seperti ini, sehingga pantas saja kalau ia kewalahan dengan pekerjaan yang cukup berat baginya. Sembari mengelap keringat yang mengucur deras di keningnya Kevin bergumam sendirian, “Huft! Benar-benar melelahkan, aku tak kuat kalau setiap hari harus bekerja seperti ini.”Namun segera ia tersadar, kalau menyerah bukanlah jawaban atas masalah yang sedang menimpanya sekarang. Kevin harus lebih kuat lagi, karena banyak hal yang harus ia pikirkan dan bukan hanya dirinya saja. “Tidak, tidak. Aku tak boleh menyerah, karena masih ada banyak hal yang harus aku pertimbangkan.” Kevin berusaha untuk menguatkan dirinya sendiri. Ketika Kevin akan melangk
Kania mendapatkan kabar dari salah satu temannya yang bekerja di kantor Jourdy, jika Kevin bekerja di sana sebagai office boy. Sehingga ia segera memutuskan untuk datang ke kantor Jourdy menemui Kevin, ia sudah membulatkan tekadnya untuk memberitahu Kevin mengenai pernikahan Jourdy dengan Carla.Ia harus menghancurkan rumah tangga Jourdy dan Carla agar ia bisa kembali bersama mantan suaminya, menurutnya hanya dengan cara ini bisa membuat Kevin marah dan mungkin akan mengambil balik haknya sebagai suami Carla. Wanita itu terus melangkah dengan cepat memasuki perusahaan Jourdy, kemudian ia menghampiri meja resepsionis untuk bertanya. Keberuntungan yang sedang memihak kepadanya membuat Kania yang baru saja hendak bertanya tiba-tiba menangkap sosok lelaki yang sedang ia cari, Kania bergegas mendekat ke arah Kevin yang sedang membersihkan area lorong gedung itu. “Kevin,” panggil Kania kencang. Sontak Kevin menoleh ke arah Kania dengan raut wajah yang terkejut sekaligus merasa heran meng
Karel membuka satu persatu kancing baju yang dipakai Hanna, ia tanpa henti terus memberikan kecupan di leher wanita itu penuh gairah. Dan Hanna juga mengalungkan kedua tangannya di leher Karel, sesekali menjambak rambut lelaki itu saat hasratnya menggebu-gebu tak tertahankan.Pemandangan dua bukit indah milik Hanna membuat Karel sangat bersemangat, ia dengan lihai meremasnya menggunakan kedua tangan sembari menatap wajah Hanna yang sedang memejamkan matanya merasakan sensasi luar biasa dari tubuhnya. “Sayang, ayo keluarkan suara indahmu!” titah Karel dengan lembut.Hanna yang sedikit khawatir segera menjawab, “I-iya, sayang.”Sejujurnya Hanna merasa khawatir karena ia sudah memiliki janji pada Jourdy, jika ia akan datang ke rumah lelaki itu untuk menjemputnya makan malam bersama. Tetapi Karel malah mengajaknya pergi ke hotel seperti ini, tadinya Hanna ingin menolak ajakan Karel namun ia merasa tak enak kepada lelaki itu. Apalagi belakangan ini Hanna memang sulit meluangkan waktunya
Jourdy duduk dengan tegak di kursi depan pintu rumahnya, ia menunggu kedatangan Hanna yang sudah lebih dari tiga puluh menit. Ia menahan kekesalannya kepada wanita itu dan masih berharap jika Hanna akan datang, meskipun ia ragu mengapa Hanna belum juga tiba sampai detik ini.Apalagi jarak rumah Hanna dan dirinya tidak terlalu jauh, mungkin hanya akan menghabiskan waktu selama lima belas menit. Dan Jourdy sudah memberikan waktu yang lebih kepada Hanna, bagaimana bisa wanita itu masih terlambat untuk datang ke rumahnya. Untungnya saja tak lama kemudian, mobil Hanna tiba di halaman rumah Jourdy dengan laju yang cepat. Wanita itu bergegas keluar dari dalam mobilnya dengan wajah yang panik, ia juga bahkan berlari untuk mendekat menghampiri Jourdy yang masih duduk terdiam di kursinya. “Jourdy, maafkan aku! Aku tadi harus menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu di rumah, makanya aku datang terlambat.” Hanna segera meminta maaf kepada Jourdy sungguh-sungguh sampai keringat dingin keluar m
Kevin melangkahkan kakinya dengan pasrah meninggalkan cafe yang sudah tutup karena hampir tengah malam, penantiannya selama beberapa waktu di tempat itu sama sekali tak membuahkan hasil. Orang yang ditunggunya tak kunjung datang, padahal mereka telah sepakat untuk mengobrol di cafe itu setelah Kevin selesai bekerja.Dalam dirinya Kevin bertanya-tanya mengapa Kania tak datang ke tempat itu, padahal ia benar-benar harap bisa mendapatkan informasi mengenai Carl dari Kania. Harapannya harus lagi-lagi pupus, Kevin tak mengerti mengapa sulit sekali baginya untuk bisa segera menyelesaikannya dengan Carla. Sekuat-kuatnya seorang lelaki bertahan akan rasa sakit, Kevin tetaplah manusia biasa yang bisa merasakan lelah. Yang bisa merasakan terluka mendalam, dan kebingungan yang sulit sekali untuk diungkapkan. Kalaupun bisa, Kevin sendiri tak tahu harus menceritakan masalahnya saat ini kepada siapa. Orang tuanya tak bisa menerima Carla sejak dulu, sehingga takkan peduli dengan hilangnya Carla. T
“Bunda? Mengapa Bunda menangis?” tanya Angel yang terkejut melihat Carla menangis sembari memotong sayuran di dapur.Carla yang juga terkejut melihat kedatangan putrinya langsung menoleh ke arah Angel sembari menghentikan pekerjaannya, seketika Carla merasa sedikit menyesal karena ia malah membawa Angel tinggal di sini bersamanya. Akan ada banyak hal menyedihkan yang Angel saksikan nantinya dan Carla tak ingin melihat Angel ikut bersedih dengan perlakuan yang Carla terima, Carla juga takut kalau semua kejadian ini akan terekam dengan jelas di kepala Angel sehingga akan mengganggu mental dan perkembangan tumbuhnya. Carla segera mengelap air mata di pipinya kemudian tersenyum manis pada Angel, “Bunda tak apa-apa, semua baik-baik saja. Bunda hanya merasa sedikit perih di mata karena memotong bawang, jadi kau jangan dekat-dekat ya karena kau juga bisa merasa perih nantinya.”Meskipun Angel masih anak kecil, namun ia sudah cukup pintar dan banyak hal juga yang ia ketahui. Angel tahu jika
“Jourdy, aku perlu bicara denganmu.” Kevin menghentikan langkah Jourdy di lorong kantor.Segera Jourdy menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Kevin yang sejak tadi terus mengikutinya, Jourdy terlalu malas berhadapan dengan Kevin karena ia takut jika temannya itu akan membahas soal Carla kepadanya. Jourdy tak punya alasan apapun lagi untuk menjawab soal Carla, sehingga menghindar menjadi jalan ninja untuknya. “Ada apa?” tanya Jourdy datar dan dingin. Kevin berusaha tak peduli dengan respon Jourdy saat ini padanya, meskipun terkesan tak peduli padanya namun Kevin juga merasa jika ia tak punya harapan lagi selain pada Jourdy. Tak ada yang bisa membantu Kevin lagi untuk mencari keberadaan Carla, Kevin hanya berharap jika Jourdy satu-satunya orang yang bisa membantu. “Kemarin Carla datang ke rumahku, dia membawa Angel pergi. Itu artinya Carla masih berada di dekat sini, bukan?” tanya Kevin pada Jourdy. Dugaan Jourdy benar, ternyata Kevin memang ingin membahas soal Carla denga
Jourdy mengecek pengeluarannya bulan ini melalui ponselnya, ia berkali-kali memastikan dan menghitung semua uangnya yang keluar secara cuma-cuma. Lelaki itu baru menyadari ada yang salah dengan dirinya saat ini, karena ia mudah sekali mengirimkan uang kepada Hanna.Bahkan jaraknya saja begitu dekat, seakan-akan Hanna menghabiskan seluruh uang yang Jourdy berikan. Mungkin karena terlalu banyak uang, sehingga Jourdy sama sekali tak berpikir panjang ketika Hanna meminta uang padanya. “Sial, mengapa aku sering sekali memberi Hanna uang?” keluhnya mulai merasa kesal. Jourdy menaruh ponselnya di atas meja dengan sangat kencang hingga menimbulkan suara yang nyaring, emosinya kini membludak dan ia mulai merasa bingung pada dirinya sendiri. Dalam hatinya Jourdy bertanya apakah Hanna hanya sedang memanfaatkannya selama ini, tapi mengapa pula Hanna terlihat sangat mencintainya dan juga selalu perhatian padanya. Sepertinya Jourdy memang harus mencari tahu banyak hal mengenai Hanna yang selama
Hari yang ditunggu telah tiba, hari di mana dua insan manusia akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Semua orang tersenyum bahagia ketika Kevin meraih kedua tangan Kania dengan erat dan menatapnya sangat serius, mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sangat bahagia.Senyuman juga tak henti-hentinya terukir di bibir Carla melihat lelaki yang pernah ia sangat cintai telah mendapatkan pujaan hatinya, bagaimanapun juga Kevin akan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Carla. Meskipun mereka sudah tak lagi bersama, Carla akan tetap menyimpan perasaan cintanya untuk Kevin. Bukan lagi perasaan cinta yang ingin memiliki, tetapi perasaan cinta yang harus ia rawat dan ia abadikan dalam hidupnya. Cukup mengenangnya, dan menjadikannya kenangan paling berharga hingga tak pernah terlupakan. Apalagi Kevin akan tetap menjadi ayah kandung dari anaknya, Angel Hugo. “Semoga saja mereka berdua selalu bersama dan bahagia,” ujar Jourdy pelan sembari ikut tersenyum manis. Sembar
Kevin dan Kania berjalan memasuki rumah Jourdy dengan perasaan yang tak tenang, sedikit cemas melihat reaksi anak-anak mereka saat mengetahui keduanya akan segera menikah. Apalagi itu artinya, Sheila dan Angel akan semakin menjadi saudara. Keduanya hanya bisa berharap jika anak-anak mereka bisa menerima keputusan mereka, tanpa adanya keraguan sedikitpun.“Ayah!” teriak Angel dengan sangat gembira ketika ia melihat kedatangan Kevin ke rumah itu. Segera Angel berlari sangat kencang menuju ayahnya kemudian memeluk erat tubuh Angel melampiaskan kerinduannya yang teramat besar, begitupun Kevin tak kalah eratnya memeluk tubuh sang anak dan terus mengusap lembut punggung Angel tanpa henti. “Sayang, bagaimana kabarmu? Apakah kau sehat?” tanya Kevin sangat perhatian. Angel menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Kevin padanya, “Iya, Ayah. Aku sehat, ayah sendiri bagaimana?”“Ayah juga sehat, Sayang.” Kevin menjawab dengan lembut. Angel terus memandangi Kevin yang sudah cuk
Lula memutar bola matanya dengan malas dan mulai membahas ketidaksetujuannya mengenai niat Kevin akan menikahi Kania, “Mengapa kau selalu keras kepala seperti ini, Kevin? Kau tak pernah mau mendengarkan ibu, padahal kejadian Carla seharusnya membuatmu sadar dan menjadi pemilih ketika akan menentukan pasangan hidup!”“Lalu ibu pikir aku harus mencari pasangan yang bagaimana? Dan seperti apa? Seperti artis? Atau anak konglomerat?” sahut Kevin dengan sangat kesal karena ia tak tahan lagi melihat sikap ibunya yang selalu saja seperti ini. Apalagi sampai detik ini Kevin tak pernah tahu tipe wanita seperti apa yang akan disukai Lula, ia rasa Carla adalah wanita yang sangat cantik, hingga kecantikannya membuat semua orang terpesona. Bahkan wanita itu juga sangat baik, selalu bersikap sopan pada Lula meskipun Lula tak pernah menerimanya dengan baik. Dan jika Lula mencari wanita yang sangat kaya, Kania juga adalah anak orang kaya. Hanya saja sekarang Kania tak memanfaatkan kekayaan orang tua
Carla dan Laras bekerja sama untuk merapihkan kamar bayi yang telah mereka siapkan untuk calon anaknya yang tinggal beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia, keduanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi Laras yang mengetahui calon cucunya adalah anak laki-laki, seperti impiannya selama ini. “Apakah ini akan terlihat bagus jika disimpan di sini?” tanya Laras pada Carla meminta saran anaknya. Dengan sangat seksama Carla memperhatikan kasur bayi berukuran sedang yang sengaja Laras taruh di pojok kamar tersebut dan ia merasa memang sangat cocok jikalau diletakkan di sana, “Ya, bagus. Lebih baik di situ saja, Bu.”“Baiklah,” sahut Laras lagi kemudian melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika keduanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja Jourdy masuk ke dalam ruangan itu dan melihat istri serta ibu mertuanya bekerja sama melakukan pekerjaan yang sebenarnya sudah Jourdy sarankan untuk diserahkan kepada para asisten di rumahnya. Namun seperti biasanya, Carla dan
Kevin pulang ke rumahnya bersama dengan Kania, lelaki itu sengaja membawa kekasihnya bersamanya karena ia ingin memperkenalkan Kania kepada kedua orang tuanya. Meskipun sebenarnya Kevin merasa sedikit ragu, ia khawatir jika Lula akan sulit menerima Kania sama seperti yang terjadi pada Carla dulu.Apalagi Kevin sangat mengenal ibunya yang begitu pemilih, hal ini membuat Kevin cemas jika Kania tak bisa seperti Carla yang begitu sabar dan mau menerima sikap Luka yang sangat menyebalkan. Bahkan sebelum sampai di rumahnya, Kevin terus mengingatkan Kania akan sifat ibunya dan memintanya untuk menahan diri bilamana Lula menyinggung perasaannya. “Apakah aku sudah siap?” tanya Kevin ragu-ragu dan begitu gugup.Namun dengan sangat percaya diri Kania menjawab, “Aku siap, Kevin. Kau tak perlu khawatir karena aku pasti bisa mengatasinya, lagipula aku juga sudah sering bertengkar dengan orang lain jadi aku tahu bagaimana harus mengambil tindakan.”Kevin mengernyitkan keningnya sedikit terkejut dan
Atas bantuan Jourdy, Kevin sudah mendapatkan kembali perusahaannya yang dulu sempat tutup karena disita oleh bank. Hari ini tanpa diduga, Jourdy memanggilnya untuk datang ke gedung itu karena Jourdy sudah menyelesaikan semuanya sehingga kepemilikan perusahaannya telah menjadi milik Kevin seutuhnya lagi.Kevin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya dulu, senyuman kecil terukir di bibirnya karena ia merasa begitu senang sekaligus haru. Semua masalah yang datang kepadanya ternyata masih memiliki akhir yang sangat bahagia, dan tak pernah Kevin duga sebelumnya. Kevin pikir kehidupannya memang telah berakhir, dan semua yang pergi dari hidupnya takkan pernah kembali menjadi miliknya lagi. Ternyata Kevin salah besar, Tuhan selalu punya rencana yang indah untuk Kevin. Meskipun prosesnya sangatlah menyakitkan, namun Kevin bisa melaluinya dengan tegar. “Selamat kembali, Kevin!” tukas Jourdy memberikan ucapan selamat kepada temannya karena telah kembali menjadi Kevin yang dulu. Kevin m
Kevin sudah mencari-cari keberadaan Kania di rumahnya dan beberapa butik yang sering wanita itu kunjungi, tapi ia tak dapat menemukannya di manapun. Apalagi Kania juga sama sekali tak membalas pesan atau mengangkat telepon darinya, hingga Kevin mendapatkan informasi dari salah satu teman Kania yang mengatakan wanita itu sedang berada di salah satu cafe untuk suatu pekerjaan.Buru-buru Kevin mendatangi cafe tersebut untuk menemui Kania, ia ingin sekali bertemu kekasihnya dan mencoba mengembalikan situasi mereka seperti semula. Terlebih kerinduan Kevin pada Kania sudah begitu besar, ia tak bisa menahannya lagi dan Kevin juga sangat takut kehilangan wanita itu dalam hidupnya. Sesampainya di sana, Kevin langsung masuk ke dalam. Ia mencari keberadaan Kania dengan memutar matanya melihat ke setiap sudut cafe tersebut, tapi ia belum juga menemukannya. “Di mana Kania? Mengapa aku masih belum juga menemukannya, apakah dia—.” Kevin langsung menghentikan perkataannya ketika ia melihat wanita
Carla melangkahkan kakinya perlahan di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di kotanya, wanita itu ditemani sang suami yang dengan setia berada di sampingnya. Menggenggam erat tangan Carla dan terus memandangi istrinya memastikan keadaannya baik-baik saja, sebab Jourdy khawatir jika Carla akan merasa kelelahan.Meskipun sebenarnya Carla sama sekali tak keberatan harus berjalan-jalan seperti ini, ia justru senang sekali karena bisa menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia sudah terlalu bosan selalu berada di rumah. Mengingat suaminya sangatlah protektif, Carla hanya bisa membiarkan lelaki itu melakukan apapun yang ia inginkan. Hingga saat ia tiba di sebuah toko perlengkapan bayi, Carla langsung melangkah masuk ke dalam sana dan menarik kencang lengan Jourdy. Membuat lelaki itu terkejut bukan main, segera Jourdy mengikuti langkah istrinya dan menemaninya memilih beberapa perlengkapan bayi yang sedang ia butuhkan. “Pilih semua barang kau butuhkan, Sayang. Jangan sampai ada
Jourdy datang ke penjara untuk memastikan keadaan Karel dan Hanna di sana, bagaimanapun juga Jourdy ingin melihat keduanya. Ia masih memiliki hati nurani, meskipun kedua manusia itu sudah berusaha menghancurkan kehidupannya. Terutama pada Karel, Jourdy sudah sangat mengenal lelaki itu dari lama.Keluarga Karel juga adalah orang kepercayaannya dan turun kepada Karel hingga menjadi orang terakhir yang bekerja di rumahnya, sehingga Jourdy tak menyangka jika lelaki itu bisa mempunyai niat sangat buruk kepadanya. Padahal ia sudah begitu percaya kepada Karel, namun lelaki itu malah mengkhianatinya. “Bagaimana kabarmu, Karel?” tanya Jourdy dengan datar. Karel mengangkat kepalanya menatap Jourdy dengan ragu-ragu kemudian ia kembali menunduk tak lagi berani menatap wajah lelaki itu, “Aku baik, Tuan.”“Jangan memanggilku Tuan lagi, Karel. Karena sekarang kau sudah tidak lagi bekerja denganku,” sahut Jourdy sangat serius. Karel tak tahu harus menjawab apa, ia bingung harus bersikap bagaimana