Halo, jangan lupa tinggalkan jejak ya ...._______Serena sudah berdandan cantik, Romeo yang tengah duduk santai di ruang TV hanya melirik sepintas saat Serena pamit pergi. Ia bahkan tampil memukau tak seperti biasanya."Lo mau ke club?" tegur Romeo masih memegang remote TV juga memangku bantal sofa."Rahasia. Mau tau aja. Bye!" Serena melangkah pergi dengan mengemudi sendiri di jam tujuh malam. Dari pakaiannya, Romeo tau tak mungkin ke mal atau cafe biasa, fix, istrinya mau dugem.Diperjalanan, Serena menghubungi teman kerja juga bosnya, mereka janjian bertemu di salah satu club yang ada di perkantoran elite Ibu kota. Ia akan bertemu di parkiran mobil.Benar saja, setibanya di sana sudah terlihat deretan mobil mewah lain yang salah satunya dikemudikan bosnya sendiri. Serena segera turun, berlari kecil menghampiri rombongan rekan kerjanya.
Melvin melepaskan kemeja lalu celana panjang, hanya menyisakan boxer ketat menutup inti miliknya. Ia berjalan ke dalam kamar mandi, menyalakan shower juga melepaskan boxer tadi.Ia guyur tubuhnya di tengah malam dengan air hangat. Kedua tangan menempel pada dinding, membiarkan air jatuh membasahi seluruh tubuh.Melvin terkekeh sendiri, ia tau siapa Romeo, karena waktu itu pernah dikenalkan Serena tapi ia mau memastikan sekali lagi.Jadi, anak kuliahan itu suaminya. batin Melvin.Melvin mengongak, air membasahi wajah tampannya. Ia basuh dengan tangan, lantas menyugar rambutnya yang juga sudah basah.Ada yang aneh, kenapa Serena kayak nggak suka sama suaminya sendiri? lanjut batin Melvin berucap.Well, gue yakin Serena terpaksa nikah sama bocah itu. Ia tutup dialog dengan diri sendiri lalu tersenyum lebar.
Serena tengah asik menikmati sarapan buatan mamanya. Ia tadi datang berjalan kaki karena malas sekedar ke rumah mamanya yang beda satu blok harus mengemudikan mobilnya.Dengan memakai kaos rumahan yang longgar dan warna bisa dibilang buluk, juga celana pendek dan tak lupa sendal jepit andalan. Serena tak berbeda dengan anak komplek lain yang saat akhir pekan malas ke mana-mana."Pelan-pelan makannya, Rena," tegur mama sambil menyeret kursi duduk di hadapan putrinya."Laper, Ma.""Emang habis ngapain? Olahraga pagi ya sama Romeo," ledek mama. Serena tersedak, buru-buru ia meneguk air putih. Mamanya mengingatkan adegan panas pagi tadi yang tak tuntas, ah ... bikin Serena ingat lagi, kan."Nggak. Romeo pamit mau naik gunung sama anak-anak tongkrongan di warung kopi depan. Tiga hari perginya.""Kok nggak ajak kamu?" Mama mulai heran."Rena kan kerja, mana bisa ditinggal kerjaan Rena, Ma. Papa mana?" Ia baru sadar jika sejak ia di rumah orang tuanya, Handoko alias papanya tidak ada."Papa
Dibilang salah, tidak juga ... di bilang tidak salah ya ... salah. Serena melepaskan pelukan, ia menatap Melvin yang tersenyum manis."Pernikahanmu, bukan maumu, kan, Ser?" lirih Melvin masih dengan kedua tangan memeluk pinggang ramping Serena.Serena hanya bisa diam tanpa mau menjawab, bingung juga sebenarnya."Em, mau coba baju lainnya? Saya bisa tunggu di sini lagi, Pak." Ia mundur selangkah, Melvin mau tak mau melepaskan pelukannya. Ia mengangguk, lantas masuk kembali ke dalam bilik kamar pas sedangkan Serena duduk di tempat semula dengan pikiran tak karuan.Ia diam, mencerna kejadian beberapa waktu lalu saat ia membalas pelukan Melvin.Ah, masa bodo! Romeo juga nggak peduli, batinnya berujar. Pintu bilik kamar pas terbuka, Melvin keluar dengan pakaian saat awal datang dengan Serena, di tangannya membawa semua baju baru pilihan Serena."Saya ambil semua, ayo kita bayar. Apa kamu butuh sesuatu? Sekalian nanti saya bayar." Melvin meraih cepat jemari tangan Serena yang masih duduk me
Serena bersiap kerja, ia tak akan berangkat sendiri karena Melvin akan menjemputnya. Mereka janjian di luar komplek, terpaksa Serena berjalan kaki hingga gerbang utama.Sedan hitam mewah sudah terparkir, kaca gelap tak akan membuat orang lihat siapa yang di dalam. Segera Serena membuka pintu lalu masuk dan duduk."Morning," sapa Melvin. Ia lantas mengusap pelan kepala Serena."Morning, Pak," balasnya.Melvin mengerutkan kening, "jangan panggil, Pak. Just Melvin.""Mmm, kurang sopan, jelas kamu lebih dewasa dari saya. Mas aja, gimana?" Serena memakai seat bealt, Melvin setuju."Breakfast for you," kata Melvin seraya memberikan paper bag coklat, tadi ia mampir membeli sarapan roti dan kopi untuk Serena."Terima kasih, Mas." Serena tersipu malu, memang ia juga belum sempat makan apapun saking buru-buru hendak berangkat lebih pagi."Sama-sama, Ser." Melvin mengusap kepala Serena, membuat hati wanita itu berbunga-bunga.Mobil melaju kecepatan sedang, Serena menikmati sarapan sambil sesekal
Hai, selamat membaca lagi ...._____Serena terkejut, saat ia membuka mata, di sampingnya ada Melvin yang sudah lebih dulu menatapnya."Kita--" cicit Serena takut.Melvin tersenyum kemudian terlentang, karena posisi sebelumnya ia tidur miring menghadap Serena."Kita nggak ngapa-ngapain, Ser, cuma tidur satu ranjang. Kamu pulas banget tidurnya." Melvin melirik Serena yang menutup separu wajahnya dengan selimut."Mau aku antar pulang? Kamu butuh ganti baju kerja, kan? Setelah itu kita ke kantor bareng." Melvin beranjak, ia segera ke kamar mandi meninggalkan Serena yang begitu lega karena tidak terjadi sesuatu.Keduanya sudah bersiap, Serena membuat dua cangkir kopi, tak memasak sarapan karena Melvin bilang nanti beli saja. Well, apa kata boss besar saja, Serena hanya mengikuti.Serena terkejut saat melihat pintu rumah terbuka, juga ada sepatu Romeo sudah diletakkan di depan teras."Romeo udah pulang," gumamnya. Melvin mematikan mesin mobil, ia tersenyum lantas meminta ikut turun. Ia kal
“Romeo,” bisik Serena tepat di telinga suaminya. Ia duduk di tepi ranjang yang di tiduri Romeo. Kedua mata Romeo dengan cepat terbuka, ia menoleh. Serena sudah bersiap berangkat kerja.“Hm,” gumamnya.“Bangun. Gue udah pikirin semalaman sampai nggak bisa tidur. Kita harus ubah perjanjian kita.” Sere membuka selimut yang menutupi tubuh Romeo. Kedua mata Serena tak berkedip saat melihat Romeo tidur hanya memakai kaos lengan buntung dan boxer ketat. Ia memalingkan wajah, Romeo menahan senyuman, ia tau pasti Serena salah tingkah.“Perjanjian apa?” Kini Romeo terlentang terlihat jelas miliknya menonjol, apalagi pagi hari, sudah otomatis milik seorang lelaki akan ‘bangun’. Romeo menatap sayu Serena dengan meletakkan satu tangan di bawah kepalanya sebagai bantalan. Otot lengannya terlihat jelas, kekar dan terbentuk tak berlebihan.“Jangan coba godain gue, nggak mempan,” tukas Serena lantas berjalan menjauh. Ia memutar tubuh kala Romeo sudah duduk bersandar pada kepala ranjang. “Kita nggak bi
Zeya dan Mia sudah lebih dulu berada di mal tempat mereka janjian bertemu dengan Serena juga. Tetapi wanita itu belum juga muncul. Dua sahabat itu sudah bosan menunggu lebih dari satu jam.“Kemana sih, Serena. Di telepon nggak di jawab, di chat dibaca doang,” kesal Zeya. Ia menyedot smooties pesanannya lagi yang sudah hampir tandas.Lain dengan Mia yang asik membaca buku sambil senyam senyum sendiri.“Mi, lo asik sendiri. BT nih, gue!” seru Zeya lagi.Mia menutup buku setelah memberi tanda dengan pembatas, ia letakkan buku di atas meja. “Lo tau Serena lagi ribet sama dua laki-laki dihidup dia sekarang, kan? Sabar dan tenang. Kita dengerin nanti laporan dia apa.” Mia bersedekap. “gue masih heran sama tuh cewek. Kok bisa jadian sama Melvin, apa nggak takut suatu saat ketauan semuanya dan bisa bikin Tante Lita kaget bukan main.”“Itu dia, Mi. Gue aja kapok jalanin hubungan sama cowok yang katanya tulus dan baik, ternyata suami orang disaat gue udah full sayang sama dia.” Zeya yang sudah