"Em ... aku berangkat ya Bu!"
"Heh! Kamu belum jawab pertanyaan ibu!" teriak Resti, tetapi anak itu sudah lebih dulu melesat meninggalkan pekarangan rumah.
Zain tidak tahu sudah berapa lama ia tidak lagi bermain dengan leluasa semenjak jiwanya menempati raga Prita. Bahkan Zain pun sudah lama tidak melihat Zeno—sepupunya.
Pria itu hanya bisa menghela napas dengan apa yang terjadi saat ini. Zain benar-benar masih tidak percaya kehiduoannya seperti di novel-novel—kemustahilan terjadi di dunia nyatanya.
Usai sampai di tempat tujuan, Zain lekas memarkirkan motornya dan segera masuk ke dalam gedung rumah sakit yang dipenuhi lampu.
Setelah bertanya pada sister mengenai kamar ayahnya Jali, Zain langsung mendatangi tempat tersebut. Dan benar saja sudah banyak orang yang berkunjung di sana.
"Prita?" lirih Joan.
Zain mengambil tempat di sebelah Jali dan memeluknya. Zain menepuk bahu Jali dan membisikan sesuatu.
Ten
Saat pergi kencan, mereka malah memilih bermain. Zain tidak akan sudi mengajak Prita makan bersama atau berbelanja, ia memilih mengajak Prita ke tempat permainan basket di alam terbuka."Ini kan ...." Tempatnya sedikit dejavu. Prita menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal."Kenapa?" Zain melirik pada gadis itu. Mungkin saja Prita terpanah dengan suasananya yang adem ayem juga sejuk."Ini kan tempat yang gue kunjungi kemarin sama Joy," celetuknya yang kini sudah sadar akan tempatnya. Ya, baru saja kemarin ia ke sini bersama dengan Joy Astella.Ada yang diam-diam memgawasi mereka. Siapa lagi jika bukan y. Meski Joy tidak bisa mendengar percakapan mereka. Akan tetapi ia melihat gerak-gerik mereka dari kejauhan. Ya, yang penting ia bisa memantau a saja yang sedang mereka lakukan.Sesekal Joy akan pindah kohkn satu ke pohin yang lainnya. Saat ini Joy sedang menjadi detektif untuk mengawasi Zain dan Prita."Apa?" kaget Zain.
Prita menjamah bibirnya. Is teringat ketika Zain secara tiba-tiba menciumnya, bahkan saat posisinya begitu intim."Ih!" Prita melempar bantal ke sbarang tempat. Ia jadi tak karuan sendiri. Meskipun alasannya hanya ingin membuat Joy pergi menjauh, tetapi cara Zain terlalu berlebihan. Pria itu sudah mengambil ciuman pertama Prita."Seharusnya dia ngga perlu kayak gitu!""Ah, gue kenapa sih!" Prita mengacak-acak rambutnya sendiri secara prustrasi.***"Kamu taruh balonnya di pojok sana. Jangan lupa di depan pintu juga ya," seru Resti pada Cici, sedangkan dirinya akan bersiap mengambil kue yang telah dibuatnya."Ok, tante." Cici mengangkat tangannya dan membentuk huruf o—pertanda ok.Kebetulan sekali sang anak sedang pergi dannpulang sore. Ini dijadikan kesempatan bagi Resti untuk membuat kejutan.Setiap tahun Resti memang selalu memberikan suprose untuk Prita, dan anak itu selalu terkwjut dengan suprise yang sang
"Kak Joy?" Pink menghampiri Joy yang terlihat terus bergerutu.Joy terduduk di bangku koridor, Pink pun ikut duduk di sana dan mulai menanyai Joy. Seharusnya Joy masih berada di gudang dan menikmati penderitaan yang sedang Prita alami."Kok, Kak Joy ada di sini? Bukannya seharusnya—"Joy mendelik memperlihatkan matanya yang membulat tajam."Zain tiba-tiba ada di sana!" sunggut Joy merasa kesal. Jika saja Zain tidak datang ke sana, pastilah Prita sudah habis di tangannya. Joy tidak peduli jika Prita memang akan benar-benar mati nantinya, toh Prita sulit sekali untuk dihancurkan."Zain datang ke sana? T—tapi giamna bisa? Siapa yang ngasih tahu dia?" Pink juga tidak menyangka sepupunya itu akan tahu dengan posisi Joy dan Prita di gudang."Menurut lo? Siapa lagi kalo bukan temanya itu." Joy menjawab dengan ketus. Suasana hati Joy sedang tidak bagus saat ini. Anak itu memang tumbuh menjadi gadis yang egois dan pemarah dan mungkin ini
"Akh!" Danu membanting pas tepat di depan sang ibu. Liana sampai refleks berteriak sambil menutup kedua telinganya saking kagetnya.Liana tahu, Danu marah dengan keputusan Delon yang terburu-buru mengalihkan semua kepunyaannya pada anak kandungnya—Zain.Danu merasa ia benar-benar tidak dianggap oleh Delon. Ia merasa Delon hanya mementingkan masa depan Zain saja. Kedua tangan Danu mengepal hebat. Ia memukul nakas hingga berdentum.Bugh!"Danu!" teriak Liana agar Danu tidak terlalu emosi.Danu mendelik penuh kobaran api pada sang ibu. Apalagi yang akan Liana katakan? Semuanya sudah berakhir bagi Danu.Menurutnya, sang ibu itu terlalu banyak mengucapkan omong kosong. Liana selalu berkata bahwa Danulah yang akan menjadi raja di keluarganya. Akan tetapi, sekarang? Semuanya tidak ada yang terbukti. Justru Zainlah yang akan menjadi seorang pemimpin."Kamu h
"Si Prita itu bener-bener udah jadi anggota Parpati. Meski awalnya kita kira cuma buat jadi pajangan si Zain aja, tapi dia berguna juga. Jangan anggap remeh si Prita. Kalian gak lihat dia begitu lihai. Buk! Buk!" Jali memperagakan adegan Prita yang tadi pagi menghajar Danu habis-habisan. Namun, gerakan yang Prita lakukan sedikit mirip dengan jurus yang selalu Zain lakukan."Bener kata Jali, Prita senjata buat bantu kita melawan anak-anak Zaggar. Apa yang Zain lakukan sudah benar." Sekarang Yudi tahu apa maksud sebenarnya dari apa yang sudah Zain putuskan."Kita harus minta maaf sama Prita, kan awalnya kita kira Prita hanya main-main masuk Parpati," kata Yudi setelah berpikir."Lo bener Yud." Deo mengangguk menyetujui.***Prita mengajak Zain untuk membicarakan sesuatu. Hal yang akan dibicarakan mengenai Delon yang sudah membahas pengalihan kekuasaanya."Kemarin bokap lo ke rumah. Dia membahas mengenai pengalihan kekuasaan nya dia
"Saya tidak setuju jika kamu memilih Prita. Benar kata Jefry dan Liana, kita tidak tahu asal-usul jelas tentang Prita.""Kamu tauz Zai? Gadis itu ketahuan mencuri tepatnya saat hendak bertemu saya," lanjut Delon terlihat tidak suka jika mengingat hal tadi siang."Hah, mencuri?" Tentu saja Prita kaget. Tidak mungkin Zain mencuri. Prita yakin ada kesalahpahaman."Ngga mungkin Pah, papa pasti salah paham. Prita tdiak mungkin mencuri!" Prita tidak percaya jika Zain benar-benar melakukan itu. Agaknya membingungkan apabila Zain lah pelakunya."Saya dengar sendiri dari korbannya. Terlebih lagi saya tidak suka dengan gadis itu yang terlalu membela dirinya seolah dia tdiak salah."Mau ditaruh di mana wajah Delon jika nanti Prita menjadi menantunya. Staf dan para pegawainya yang lain sudah tahu kejadian tadi siang. Jika Delon menyetujui Zain dan gadis itu sampai menikah nantinya, maka sama saja dengan Delon menjatuhkan harga dirinya. Ia pas
"Ini kan yang lo inginkan selama ini Pri? Menjadi orang kaya!" Cici merebahkan tubuhnya di kasur yang amat lembut dan tebal. Ia merasakan kenyamanan berada di atas ranjang ini."Ternyata jadi orang kayak itu gak selamanya enak, Ci. Kalo bisa, gue mending tetep hidup sederhana asalkan sama ibu. Di sini gue kesepian, rumah seluas ini cuma di sisi tiga orang itu pun pada diem-diem aja." Jujur Prita tidak suka berada di sini, ia lebih suka berada di rumah lamanya. Prita rindu dengan kamarnya."Mending lo nikmatin aja dulu. Kalo gue si gak akan pernah bosen. Hmm, nyamannya." Cici malah tertidur dengan selimut yang kini menutup dirinya."Woi jangan tidur, mana katanya mau kasih gue buku?"Plak!Prita menepak bokong Cici dan pada saat Prita melakukan itu, tiba-tiba Bi Yem masuk tanpa permisi sehingga Bi Yem kaget dan berpikir yang tidak-tidak. Karena jujur saja baru kali ini majikannya membawa te
Hari ini tidak ada yang terjadi di sekolah. Biasanya Joy akan menciptakan sebuah masalah dengan mengganggu Zain misalnya. Akan tetapi kali ini justru cewek itu melewati Zain begitu saja.Prita yakin, Joy merencanakan sesuatu yang besar. Karena tidak mungkin Joy akan diam atau cewek itu sudah merasa menang karena telah membuat nama Prita jadi jelek di depan Delon sehingga Delon jadi membenci Prita dan tidak menyetujui hubungannya dengan Zain.Saat sudah sampai di halaman rumah, Prita melihat mobil mewah milik Zeno. Ya, pria itu sudah lama tidak mengunjungi Prita.Prita berjalan memasuki rumah. Ia menelisik setiap sudut ruangan. Akan tetapi, keberadaan Zeno justru tidak ada di mana pun. Alhasil Prita memilih untuk beristirahat di kamarnya.Perlahan Prita mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya. Saat sudah sampai pintunya sedikit terbuka.Ketika hendak masuk, Prita tidak sengaja menemukan Zeno di kamarnya sedang mencari sesuatu di dalam lemari
Joan melangkah masuk ke bandara. Setalah kejadian pertunangan Zain dan Joy yang gagal, Joan memilih meninggalkan Indonesia bersama kakeknya. Tepatnya Joan akan kuliah di luar negeri. Ia membawa kakeknya sekalian untuk dititipkan di rumah tantenya yang ada di Belanda selama Joan sibuk kuliah.Varos juga akan mendapat perawatan yang lebih baik di sana. Joan sudah menyiapkan semuanya.Joan memilih akan menjalani hidup baru. Keputusannya sudah bulat dan akan dijalankannya."Ayo, Kek," ucap Joan lalu membawa Varos masuk ke dalam pesawat.***Malam ini adalah malam yang berpengaruh bagi nyawa Prita. Sebab saat ini mereka bertiga sudah memegang pistol untuk melenyapkan Prita begitu saja jika Prita tidak menuruti apa yang mereka perintahkan.Seperti yang dikatakan Cici bahwa malam ini bertepatan dengan malam gerhana bulan Merah, malam yang langka bagi Prita dan Zain, namun agaknya akan terlewatkan sia-sia sebab Prita akan segara dileny
Zain menghela napas berat seolah mengeluarkan beban.Merasa gagal, karena belum juga menemukan Prita–ia menangis, menitipkan air matanya di rumah pohon."Seharusnya gue yang diculik! Bukan lo, Pri," kata Zain sembari memandang ke arah rumah tua yang dulu Prita lihat."Kenapa lo yang ngalamin ini?" Zain kembali menunduk dengan air mata yang mulai bercucuran.Tiba-tiba Zain teringat apa yang dulu Prita katakan mengenai Zeno yang akan membunuhnya. Zain teringat dengan kedatangan Misha. Zain mulai mengerti kemana Prita pergi. Mereka telah mengukir Prita."Zeno berniat membunuh lo!" kata Prita waktu itu.Zain bangkit untuk segera mencari keberadaan Zeno di rumahnya. Ia harap Zeno masih ada di sana. Zain akan meminta Zeno memberitahu padanya di mana keberadaan Prita. Zain tidak akan membiarkan Zeno menyakiti Prita.Zain lekas naik ke motornya–motor mewahnya yang ia ambil di pinggir jalan. Motonya yang ditinggalkan Prita begi
Kepergian Danu sudah seminggu lebih, tetapi Liana masih banyak melamun. Liana teringat Danu yang suka mengeluh karena selama ini ia belum mendapatkan apa yang ia mau. Anak itu ingin menjadi pewarisnya Delon, tetapi Delon sama sekali tidak mau membuat Danu menjadi senang. Yang Delon pikirkan hanyalah Zain. Zain si anak haram itu. "Bi, tolong buatkan saya kopi!" seru Delon para pekerja di rumahnya. Mendengar suara Delon, Liana jadi tertegun. Dulu ia pernah berusaha meracuni Delon. Akan tetapi, berhasil digagalkan oleh Zain. Dan sekarang adat kesempatan emas bagi Liana untuk meracuni Delon. Karena tidak ada harapan lagi, Danu sudah tiada, Liana hanya tinggal mengakhiri kisahnya dengan membunuh Delon dan Liana akan berusaha melenyapkan Zain juga dan dengan begitu semua harta dan kekuasaan Delon akan jatuh ke tangan Liana. Liana segera beranjak dari kursi dan secepat kilat menuju dapur. "Biar saya aja, Bi!" cegah Liana pada Bi Ina. "Baik, N
Semua anak-anak Parpati sedang berada di depan ruangan Deo. Mereka dikabari oleh Yudi, sebab ketika Yudi mengunjungi kediaman Deo, pembantuan memberi tahu bahwa Deo masuk ke rumah sakit usai tertusuk pisau."Kita berdoa aja semoga Deo selamat," imbuh Zain."Iya, Zai, lebih baik kita banyak-banyak ini doa supaya Deo segera siuman," tambah Jali yang terlihat paling khawatir.Di sudut kursi, Mela masih mengiringi keadaan Deo dengan tangisannya. Sementara Rino menundukkan kepalanya menunggu dokter keluar.Yudi beranjak menghampiri mereka berdua."Tante, Om," panggil Yudi sehingga mereka mendongak ke arahnya."Saya Yudi, temannya Deo," sapa Yudi memperkenalkan diri.Mela menghapus air matanya dan menerima tangan Yudi dan ingin bersalaman dengannya."Deo, sering ke rumah Yudi. Dia sering curhat masalah kalian," gumam Yudi membuat Rino dan Mela saling memandang satu sama lain."Dia curhat mengenai kami?" tanya Mela.
Cici sedang asik menonton acara. Namun tiba-tiba sang ayah malah memindahkan channel-nya dengan seenaknya. Glen memindahkan channel-nya ke siaran berita. "Ih, ayah! Ganggu aja si!" protes Cici melirik ke sang ayah di sampingnya yang baru duduk. Glen tak menggubris Cici dan tetap melihat ke arah televisi. Pada saat Cici melihat siaran berita itu, Cici kaget saat membaca tulisan di layar tivi mengenai gerhana bulan merah. Glen merasa tidak tertarik dengan beritanya, lalu ia memindahkan nya lagi. Akan tetapi segera Cici cegah. "Eh, tunggu!" tahan Cici. "Hah, nanti akan ada gerhana bulan?" gumam gadis itu di dalam hati. "Gue harus cepet-cepet kasih tahu Prita," ucap Cici. Dan segera bangkit dari duduknya lalu melenggang ke luar memakai sepatu nya. "Eh, kamu mau kemana malam-malam begini?" teriak Glen melihat sang anak dengan tiba-tiba terbirit ke luar. "Mau ke rumah Prita, Yah. Ayah silakan saja tonton beritanya!" s
Joy keluar dengan gaun mewah dan indah. Gadis itu terlihat sangat cantik memakai gaun putih itu.Para tamu terhipnotis dengan aura kecantikan Joy. Mereka bertepuk tangan saat Joy memasuki mimbar dan berdiri di sebelah anaknya Delon.Acara tiup lilin sebentar lagi dan Zain belum juga datang. Prita dibuat cemas, kemana sebetulnya Zain?MC sudah mengatakan agar Prita meniup lilin. Para tamu masih bernyanyi untuknya. Namun Prita tak kunjung meniupnya, ia ingin melihat Zain lebih dulu."Silakan Tuan Muda, tiup lilinnya," ulang MC berseru.Prita hanya bisa menghela napas dan meniup lilin itu. Gemuruh tepuk tangan menghadiahi telinga Prita.Selanjutnya acara potong kue. MC kembali meminta Prita agar memotong kuenya. Tetapi Prita tidak melakukannya, ia meminta Delon agar menunggu seseorang sebenar saja."Pah, kita tunggu teman aku satu lagi yah," ucap Prita berbisik pada telinga Delon."Lho siapa? Memangnya ada teman kamu yang belum sa
Ternyata Zeno membawa Prita ke kediaman Delon. Pria itu sudah menipunya.Prita memerhatikan jalan, ia sudah. Bapak betul jalan ke arah ini ini."Ini kan jalan kerumah bokap?" terka Prita membuat Zeno tersenyum miring.Zeno berpikir sepupunya itu memang benar-benar tidak ingat hari ulang tahunnya. Sesekali Zeno mendelik sepintas, melihat wajah sepupunya yang kecut."Kak, lo bohongin gue yah?" gumam Prita. Namun tak mendapat respon dari Zeno."Kak!" panggil Prita mengguncang sedikit tangan Zeno dari samping. Tidak mungkin juga Zeno berniat jahat saat ini, sebab pakaian Zeno sangatlah rapi."Gue gak bohongin lo! Ini emang hari ulang tahun anaknya Tuan Delon, yaitu lo!" Akhirnya Zeno memberitahu Prita. Sayang sekali padahal jika tidak diberi tahu maka ini akan menjadi suprise bagi Prita."Hah, gue?" Prita menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi wajah terkejut."G–gue ulang tahun?" tanya Prita sekali lagi. Hanya untuk sek
Prita dan Zain sedang duduk-duduk menikmati angin sore, tepatnya di taman yang tak jauh dari bascamp.Prita melirik ke arah Zain yang sedang memandang langit. Ia berkata,"Sorry, ya, gue cuma bisa jadi peringkat ketiga. Apalagi ini pelulusan lo." Prota membuat Zain menurunkan pandangannya dan menoleh padanya."Ya mau gimana lagi," lirih Zain. Sebenarnya ia tak ambil pusing, toh rangking bukan sebuah patokan baginya. Justru skill yang bisa membuktikan bagaimana nanti Zain kedepannya."Oh iya, lo sama gue belum lanjutin yang kemarin," ucap Zain membuka topik baru. Jujur saja Zain ketagihan dengan hal yang terjadi pada waktu itu."Yang kemarin?" Kening Prita berkerut."Yang di rumah pohon itu!" tukas Zain mencoba mengingatkan Prita."Astaga, lo mesum!" sentak Prita segera menjauh dari Zain. Namun Zain sepertinya tidak mau berada jauh dari Prita. Cowok itu menarik Prita hingga posisi mereka benar-benar intim."Lo kan ud
"Kalian pikir gua takut, hah!" Resti memasang badan melarang orang-orang itu masuk ke dalam rumahnya. Resti tidak akan membiarkan mereka merusak rumahnya lagi. Orang-orang yang ada di depannya ini adalah orang-orang yang sama yang merusak rumahnya pada waktu ini. Bedanya jumlah mereka saat ini lebih banyak."Udahlah kita masuk aja, lagian cuma perempuan satu ini masa takut," oceh orang itu.Buk!Resti melayangkan sapu tepat di wajahnya."Mau ngapain kalian ke rumah gue!" sentak Zain tiba-tiba. Ia datang bersama Prita. Prita sudah memberi tahu Zain bahwa mereka adalah orang-orang suruhan Liana."Mereka-mereka ini sebenarnya adalah orang-orang suruhan Liana!" imbuh Prita tajam."Jangan so tau kamu bocah ingusan!" bantah si kepala pelontos. Kulitnya hitam seperti orang Afrika."Gue gak so tau, mending kalian ngaku aja deh!" sergah Prita."Kami ini suruhannya Tuan Delon!" ungkap laki-laki bertubuh besar, pria itu memiliki leh