JIMAT TALI MAYAT
Written by David Khanz
Bagian (16)
--------------------- o0o ---------------------
“Astaghfirullah, Nak!” jerit Lastri kian panik melihat kondisi Aryan. Anak lelaki sulung Basri itu tampak tergagap-gagap, kesulitan untuk bicara. Namun sorot matanya seperti tengah dilanda ketakutan menunjuk-nunjuk ke luar rumah. “Cepet tutup pintu dan jendelanya, Pak!” serunya pada Basri. Laki-laki ceking tersebut, sesaat hanya diam termangu. Kaget. Tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Dia pikir istrinya itu mampu melihat sosok menyeramkan yang berdiri di ambang pintu. “Tunggu apalagi, Pak? Cepetan tutup pintu dan kain gordennya! Ini waktunya sanekala!”
“O-oh, i-iya, Bu!” ujar Basri turut panik, lantas buru-buru menutup pintu rumah serta kain gorden jendela yang masih terbuka lebar. ‘Iblis sialan! Awas kau kalau sampai ter
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (17)--------------------- o0o ---------------------Sesosok lelaki tua mengendap-endap di balik rerumputan liar. Berjongkok sedemikian rendah menyembunyikan tinggi badan di bawah tingginya batang serta dedaunan ilalang. Sebentar-sebentar merah mata itu mengintip ke depan, ke arah saung di tengah sebuah perkebunan, dimana di sana terdapat dua sosok berlainan jenis sedang duduk berduaan. ‘Sadam ....’ membatin lelaki tua berambut putih memanjang hingga sebahu tersebut, seraya memperhatikan dengan saksama. ‘Dan juga ... bukannya itu Asih? Mengapa perempuan itu bersama dia? Apa yang mereka l
JIMAT TALI MAYAT Written by David Khanz Bagian (18) ----------------- o0o ----------------- Basri termenung sejenak sambil pura-pura tersenyum-senyum di saat istrinya tengah mengernyit keheranan. “Maaf, Bu,” kata lelaki ceking tersebut kemudian, “Iya, itu emang aku yang ngerjain, kok. Hi-hi.” Dia melirik ke arah ruang dapur. “Aku cuman bercanda. He-he.” “Ah, Bapak ini!” Lastri bersungut-sungut. “Aku kira beneran. Dih!” Dalam hati, lelaki tersebut bergumam, ‘Hhmmm, aku sendiri malah tidak paham. Ini ulah siapa sebenarnya? Makhluk penghuni rumah ini atau sosok pemilik jimat itu?’ Sejujurnya, Basri sendiri belum mengetahui sepenuhnya tentang kegunaan jimat pemberian Ki Jarok itu. Niat semula memang hanya ingin mendapatkan kekayaan, tapi dari kejadian-kejadian yang telah dilalui, dia semakin yakin bahwa fungsi lain Jimat Tali Mayat tersebut bukan hany
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (19)----------------- o0o -----------------Ayunan kaki itu terus bergerak menembus kepekatan malam. Melangkah tertatih-tatih menerobos rimbunan dedaunan serta rerumputan ilalang di sepanjang tarikan napas. Terengah-engah keletihan, tapi tidak seperih hati yang kini sedang dia rasakan. Asih tidak peduli. Dia lupa akan rasa takut. Baginya, kamar peristirahatan adalah tempat pertama yang ingin dituju dan teraman untuk saat itu.Begitu tiba di rumah Juragan Juanda, janda muda tersebut mengendap-endap ke bagian belakang, tepatnya pintu keluar dapur. Membuka kunci perlahan-lahan, kemudian ....“Ehem!”Deham seseorang menghentikan langkah. Asih mendesah kaget, lantas spontan menoleh ke arah sumber suara. “S-siapa i-tu?” tanyanya ketakutan pada sesosok hitam yang berdiri di bawah bayang keremang
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (20)----------------- o0o -----------------Bulan penuh membulat putih di langit biru. Berhiaskan kerlip bintang-bintang mengedip-ngedip genit di angkasa, seakan sedang sibuk menggoda jutaan pasang mata makhluk penghuni ragam alam untuk mengangkat wajah dan memuja-muji keelokannya. Benar-benar malam terindah tanpa sekat awan yang mencoreng di tengah-tengah masa peristirahatan raja penguasa, sang mentari.Nun jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan yang nyaris enggan terlelap oleh para pemuja duniawi, sesosok lelaki justru duduk menyepi di sebuah tempat hening pinggiran kampung Kedawung. Bersila tegak dengan posisi kedua telapak tangan saling merapat di depan dada, disertai mata terpejam dan pelafalan kalimat-kalimat tertentu. Di hadapannya mengepul asap putih berbau getah kayu, semerbak mewangi menyebar tersapu embusan angin, menim
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian (21)----------------- o0o -----------------Beberapa bulan sebelum peristiwa pembongkaran kuburan mendiang Sukaesih oleh Basri, Juragan Juanda bersama keluarganya bertandang ke kampung halaman Sumiarsih di Kampung Sindang Astana. Mereka berada di sana hampir sepekan lamanya. Kedatangan orang terkaya di Kampung Sirnagalih tersebut, tentu saja banyak menyita perhatian warga setempat, tidak terkecuali bagi Selasih sendiri. Perempuan berusia tiga puluhan tahun dan menyandang status janda itu tiba-tiba merasa tertarik untuk mengenal lebih dekat dengan keluarga Juragan Juanda. Hal pertama yang dia lakukan pada waktu itu adalah mendekati sosok Sadam, satu-satunya orang kepercayaan lelaki tua tersebut tapi masih terlihat perlente.“Nama saya Selasih, Kang,” ucap Asih memperkenalkan diri pada saat pertama kalinya mereka bertemu
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 22----------------- o0o -----------------Gemerlap dunia dengan segala keindahan dan godaannya akan terus membutakan mata hati dan pikiran manusia sampai kiamat. Kurangnya rasa syukur serta ketidaksanggupan untuk bersabar dalam menghadapi ujian, seringkali pula menanggalkan keimanan yang ada. Itu akan terus berlanjut, karena sumpah dan janji setan pada Tuhan dulu masih tetap berlaku.Basri, lelaki kurus kering anak semata wayang Mbah Jarwo, calon pewaris tunggal harta kekayaan keluarga, nyata-nyatanya malah memilih jalan pintas untuk mengubah perekonomian keluarga. Menjadi penghamba duniawi dengan bantuan makhlu
JIMAT TALI MAYAT Written by David Khanz Bagian (23) ----------------- o0o ----------------- “Uuuhhh ....” Basri membuka matanya perlahan-lahan. Penglihatannya membias untuk beberapa saat di seputar pandangan. Lantas berusaha bangkit dari goleknya di atas sebuah tempat tidur empuk dan harum penuh dengan berbagai taburan rupa bunga-bungaan. “Aahhh,” desah laki-laki bertubuh ceking tersebut kala hendak mengangkat badan. Ngilu dan sakit sekali mengentak persendian pinggang. ‘Di mana aku?’ tanyanya seraya memutar kepala mengitari tempat terasing yang kini sedang dia diami. ‘Ruang apakah ini? Sejak kapan pula aku berada di sini?’ Sebuah ruangan yang begitu luas. Berdinding bebatuan berwarna kuning keemasan, lengkap dengan berbagai hiasan berupa bunga-bunga dan kain warna-warni terbentang dari satu sudut ke sudut lainnya. Beberapa nyala api yang
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 24----------------- o0o -----------------“Astaghfirullah!” seru Lastri keesokan harinya. Dia menatap sinar terang di balik jendela yang sudah menunjukkan waktu siang. “Jam berapa ini? Ya Allah ... mengapa aku bisa selelap ini tidur semalaman? Dan ini ... ini ....” Ada rasa sakit yang menyertai di hampir ruas persendian begitu mencoba bangkit dari tempat tidur. ’Aahhh, ada apa juga dengan tubuhku? Nyeri ini ... seakan-akan aku baru saja usai mengangkat banyak beban berat. Dan ... uuuhh, sulit sekali kugerakkan kaki ini hendak menuruni ranjang.’Beberapa ka
BUAH CINTA BERDARAH Written by David Khanz ---------- o0o ---------- Unti menyeka air mata yang terus mengalir membasahi pipi. Sesekali, isak tangis gadis cantik itu terdengar di antara desiran bayu yang bertiup, membelai lembut panjang rambutnya yang tergerai hingga panggul. Dengan bola mata indah berkaca-kaca, menatap hampa jauh ke depan tanpa tujuan. Seakan tengah berpikir untuk mencari tambatan, dari gelayut perih dalam hati yang masih terasa. Perlahan Unti meraih sisa kain penutup tubuh yang berserak di atas rerumputan. Sebagian sudah koyak direnggut paksa oleh laki-laki bergajul bernama Uwok, sesaat sebelum gadis itu hilang kesadaran dan juga kesucian. Ya, laki-laki durjana itu telah merampas mahkota kebanggaan yang seharusnya Unti persembahkan untuk kekasih pujaan hati, Ocong. Namun apalah daya, kini semuanya telah musnah berganti nestapa. Uwok tiba-tiba datang menghancurkan impian yang selama ini menjadi bunga-bunga kehidupan Unti dan Ocong yang penuh cinta. "Demi langit
JIMAT TALI MAYAT(Cerpen version)Written by David Khanz---------- o0o ----------Saat kutiba di rumah pagi itu, Kesih sudah terlihat bugar. Wajah berseri, segar, dengan rambut basah beraroma wangi."Udah bangun juga, Bang?" tanya perempuan itu dengan balutan handuk masih melilit di setengah badan. "Kok, udah rapih?"Kutatap Kesih tajam. "Tumben kamu juga udah mandi, Dek? Mau ke mana sepagi ini?"Dia tersenyum. Menghampiriku dan bergelayut manja. "Abang ini gimana, sih? Lupa semalaman kita abis ngapain?" katanya genit. Kemudian mengendus tubuhku sesaat. "Abang gak mandi? Udah rapi, kok, masih bau asem?"Semalam? Kita? Aku dan dia? Apa yang kulakukan sepanjang malam bersamanya? Dari kemarin petang tak ada di rumah. Baru pagi ini pulang."Kesih ... kamu?" Kuperhatikan leher perempuan itu penuh bercak merah. Seperti bekas gigitan. Dia mencubit hidung ini, diiringi senyum semringah nan menggoda. Kemudian ujarnya, "Ah, Abang ini paling bisa, deh, bikin aku klepek-klepek. Permainan Abang s
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 31-------------------- o0o --------------------Rasa kecewa karena telah dikhianati oleh kawan sendiri, membuat batin Basri merasa sakit laksana ditancapi ribuan jarum berkarat di paru-paru. Sakit dan akan terus terasa sakit setiap kali menarik nafas. Tidak menyangka bahwa perjalanan hidupnya akan sepahit ini. Kemarin merasa jauh lebih bangga karena genggaman harta dengan mudah di dapat, hari ini justru berbalik perih seperti tengah meregang sekarat.Ingatan akan sosok terkasih di rumah kian membayangi, akan tetapi entah apa yang akan dijawab jika kondisi dirinya seperti ini. Basri enggan kembali sebelum dapat mengembalikan kejayaannya seperti semula.‘Aku harus mendapatkan jimat itu kembali. Apa pun caranya,’ ujarnya bertekad. Karena hanya dengan benda dan caranya selama itulah, kehidupan keluarga akan terus terjamin. ‘Aku tidak mau hidup miskin lagi. Menjadi bahan gunjingan dan hinaan orang-orang sekitar. Bahkan dari pandangan sebelah
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 30-------------------- o0o --------------------Di waktu siang hari, Mbah Jarwo pontang-panting keluar-masuk rumah mencari-cari istrinya, Emak Sari. Di dapur tidak ditemukan, di kamar dalam apalagi. Gurat gusar seketika tertampak dari raut wajah tuanya. “Ke mana istriku? Enggak biasanya dia menghilang begitu saja dari rumah,” gumam lelaki tua tersebut sibuk bertanya-tanya sendiri. “Apakah dia ke kebun? Sawah? Ah, rasanya enggak mungkin. Sudah lama istriku itu gak pernah lagi ke sana.”“ ... Atau mungkinkah dia pergi karena perselisihannya denganku tempo hari? Ah, mengapa harus pergi? Tadi pagi dia bersikap biasa-biasa saja. Terus ke mana, dong?”Hampir seharian itu Mbah Jarwo menunggu di depan rumah. Berharap Emak Sari muncul atau pulang. Hingga kemudian deru kendaraan bermotor mengalihkan fokus lelaki tersebut pada asal sumber suara yang ada.Benar saja, Emak Sari pulang ke rumah menaiki kendaraan ojek kampung. Begitu turun, langsung di
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 29-------------------- o0o --------------------Basri menggeliat layaknya cacing kepanasan. Meluruskan sedikit persendian serta urat di tubuhnya yang terasa kaku. Sejenak dia menguap lebar, lantas perlahan-lahan membuka kelopak mata yang masih dirasa berat.‘Sudah pagikah atau ini siang hari?’ Bertanya lelaki bertubuh kurus kering itu begitu merasakan silau menusuk bola mata dari cahaya terang melalui singkapan jendela terbuka.Masih dengan sisa kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, tangannya bergerak-gerak ke samping hendak menyentuh sosok perempuan semalam. Lilis. Kosong. Tidak tersentuh apa pun di sana, terkecuali sprei putih dan selimut yang masih acak-acakan disertai bantal teronggok kesepian.“Lis?”Basri celingukan memutari sudut kamar. Sama. Tidak tampak siapa pun di dalam sana, terkecuali dirinya sendiri. Dengan kening berkerut, lelaki itu bangkit, menyingkap dekapan selimut tebal yang menutupi sekujur tubuh polosnya.“Lis?
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 28---------- o0o ----------“Kita makan dulu ya, Kang,” ujar Lilis sembari menyiapkan pesanan makanan di atas meja kamar. “Habis itu, kita terusin lagi ngobrol-ngobrolnya.”Basri menarik napas dalam-dalam. Rasa penasaran yang sejak tadi tersimpan, untuk sementara terpaksa harus kembali dia jaga. Lantas melirik ke atas meja dimana teronggok bungkusan makanan yang sudah siap dinikmati. ‘Huh, sialan!’ rutuk lelaki itu begitu mengetahui, gerangan menu apa yang tersaji di sana. Ayam goreng. ‘Gua lupa ngasih tahu Lilis, kalo gua gak boleh makan makanan enak-enak.’ Sesaat dia mengelus perut. Lagipula saat itu Basri tidak terlalu merasa lapar. Sajian khusus di bibir jalan menuju tempat kediaman Ki Jarok tadi, rasanya masih cukup mengganjalnya hingga kini.Burung hantu?
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 27---------- o0o ----------Rintik hujan masih turun mengepul di udara. Memberi nuansa dingin menyelimuti di sepanjang langkah Basri menuruni terjal jalanan tanah dari lereng Gunung Halimun. Langit sebelah barat kian mengelabu di antara bentangan sempurna sekumpulan awan di sana menutupi sinar mentari penutup hari. Sejenak lelaki itu melirik jam di tangan. Telah menunjukkan waktu hampir pukul lima petang.‘Sialan,’ rutuk Basri memaki-maki sendiri seraya membetulkan letak ransel di punggung. ‘Kalo sampai kemalaman kayak begini, lebih baik aku menunda kepulanganku ke rumah hingga besok hari saja. Sangat riskan rasanya kalo memaksakan pulang selarut sekarang. Huh! Mana hapeku mati lagi.’Jejak sepatunya dipijak kuat-kuat agar tidak sampai jatuh terpeleset di atas jalanan licin. Sesekali matanya
JIMAT TALI MAYAT Written by David Khanz Bagian 26 ---------- o0o ---------- “Apa?!” Mata tua Mbah Jarwo kembali membelalak kaget usai mendengar penuturan dari Sarkim perihal Asih. Lelaki muda tersebut menatap tajam sosok tetua di depannya dengan perasaan takut. “Iya, Mbah, Ceu Asih pergi dari rumah Juragan Juanda. Dia gak lagi terlihat di sana sejak pagi kemarin,” tutur kembali Sarkim mengulang ceritanya beberapa saat barusan. Mbah Jarwo mendengkus. Ada gurat kesal tertampak dari bias wajah tua tersebut. Lantas berucap seraya entakkan kaki ke tanah, “Aneh ... kenapa si Juanda gak ngasih tahu saya? Biasanya tiap kali ada sesuatu, dia akan segera memanggil buat datang ke rumahnya.” Berkali-kali dia menggeleng seakan belum sepenuhnya memercayai apa yang baru saja diketahui. “Terus ... dari mana kamu tahu kalau si Asih kabur?” “Bukan kabur, Mbah. Tapi
JIMAT TALI MAYATWritten by David KhanzBagian 25----------------- o0o -----------------Entah sudah yang keberapa kali Basri dipinta untuk terus menuruti permintaan Ratu Galimaya. Bergumul memenuhi hasrat gila perempuan cantik tersebut secara berulang-ulang semalaman penuh. Hampir seluruh persendian lelaki bertubuh kurus itu seperti remuk redam, terkuras habis semua tenaga yang ada, hingga terkapar lelah di atas pembaringan empuk besar beraroma wangi bebungaan. Anehnya, walaupun dalam hati berusaha untuk menolak, tapi entakkan syahwat itu kembali muncul begitu cumbu itu kembali menyentuh area pribadinya.Basri tidak sadar sepenuhnya. Dalam penglihatan lelaki tersebut, Ratu Galimaya adalah istri dia sendiri, Lastri. Otaknya sudah dibekukan sejak meminum isi cawan antik yang diberikan perempuan itu tadi. Bahkan baru saja beberapa saat lalu menuntaskan pergumulan hebat di atas pe