Beranda / Romansa / Jessica, Luka yang Terpendam / Wanda Terkejut Mendengar Rumahnya Dipilih Jessica

Share

Wanda Terkejut Mendengar Rumahnya Dipilih Jessica

Penulis: Sofia Grace
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-15 17:57:13

“Apa Jessi nggak salah dengar, Kak?” tanya gadis itu meminta penjelasan.

           

Sang kakak menggeleng. “Mas Yakob ternyata ditipu oleh kekasih gelapnya itu. Janin yang dikandungnya ternyata benih laki-laki lain. Teman baik Mas Yakob pernah tak sengaja melihat perempuan itu keluar dari supermarket bergandengan tangan dengan pria lain. Dia langsung memotret mereka dengan ponsel dan mengirimkannya pada Mas Yakob. Akhirnya Mas Yakob memaksa kekasihnya untuk melakukan tes DNA pada janin yang dikandungnya. Hasilnya sudah keluar dan ditunjukkannya padaku tadi siang sewaktu aku pergi membeli bahan-bahan kue….”

           

Jessica terbelalak. “Jadi selama ini Kak Jenny diam-diam masih menjalin hubungan dengan orang itu di luar sepengetahuanku?! Hebat sekali!” ucap gadis itu ketus seraya bertepuk tangan.

<
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Melani Muncul di Hari Ulang Tahun Wanda

    Esok siangnya Tommy menerima telepon dari ibunya sewaktu bekerja di kantor. “Tom, hari ini Mama ulang tahun. Kamu sehabis dari kantor nanti langsung pulang ke rumah, ya. Kita berdua makan sama-sama,” pinta Wanda dengan riang.“Ya, ampun! Selamat ulang tahun ya, Ma. Maaf Tommy lupa.”“Nggak apa-apa, Tom. Yang penting kamu nanti jangan pergi kemana-mana, ya. Temani Mama di rumah aja. Sudah lama kita nggak ngobrol-ngobrol berdua.”“Bisakah Tommy ajak Sica untuk ikut merayakan ulang tahun Mama?”“Mama ingin merayakannya berdua saja denganmu, Tom. Karena mungkin ini terakhir kali kita melakukannya. Tak lama lagi kamu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-18
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Tommy Dibuat Mabuk

    Melani lalu membimbing Wanda berjalan menuju meja makan. Tommy menarik kursi di ujung meja dan mempersilakan ibunya duduk. Ia lalu menyalakan lilin pada kue ulang tahun ibunya dan memberikan instruksi kepada Suster Nilam, perawat Wanda, “Tolong fotokan Mama waktu berdoa dan meniup lilin, Sus.”Sang perawat mengangguk. Diterimanya ponsel yang disodorkan majikan mudanya. Lalu Melani berkata riang, “Ayo Tante sekarang berdoa. Semoga diberi kesehatan, umur panjang, dan diberkati selalu.”Wanda terkekeh senang. Dia melakukan persis seperti yang diminta oleh tamu spesialnya itu. Suster Nilam memotretnya mulai sejak majikannya itu menutup mata untuk berdoa sampai membuka mata dan meniup lilin-lilin ulang tahunnya.“Eh, se

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Jessica Berangkat ke Rumah Tommy

    Sementara itu di dalam kamarnya Tommy merasa kepalanya berat sekali. Dia masih meracau dan bahkan akhirnya menyebut-nyebut nama Jessica. Dirinya tiba-tiba merasa rindu sekali pada gadis itu. “Ah, aku ingin bertemu Sica. Kangen sekali rasanya,” celetuknya seraya berusaha bangkit berdiri dari atas tempat tidur. “Tom, aku sudah berada di sini. Kamu nggak usah kemana-mana.” Pemuda itu menengadahkan wajahnya dan tampak samar-samar olehnya seraut wajah gadis yang teramat dicintainya. “Oh, kamu datang, Sica. Kepalaku pening sekali. Pandanganku terasa berkunang-kunang. Tapi kamu benar Sica, kan?” “Masa aku bohong, Tom? Kamu kelihatan capek sekali.” “Sini, Sica-ku S

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Tommy dan Melani Tanpa Busana

    Ketika Jessica turun dari mobil, dilihatnya seorang asisten rumah tangga sudah menunggu di teras. Perempuan itu tersenyum sambil menyapanya sopan, “Non Sica, mohon maaf. Bu Wanda kalau jam segini sudah beristirahat di dalam kamarnya.” “Oh,” sahut sang gadis kecewa. “Tapi Tommy belum tidur, kan?” “Tadi Pak Tommy ngobrol berdua sama Non Melani di meja makan. Saya tinggalkan mereka untuk mencuci piring di dapur. Lalu Pak Satpam menghubungi saya kalau ada Non Sica menunggu di luar. Ya sudah, saya bilang supaya Non Sica masuk aja.” “Lalu Tommy dan Melani sekarang masih berada di meja makan?” Seketika sang asisten terdiam. Dia menggeleng pelan lalu menundukkan wa

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Melani Ditampar Tommy

    “Melani,” katanya dengan nada suara mulai melunak. “Kenapa kamu tiba-tiba datang ke rumah ini? Apakah kamu yang tadi mengirimkan foto-foto ulang tahun Tante Wanda padaku melalui ponsel Tommy?” tanyanya menduga-duga. Kalau dipikir-pikir, bukan gaya Tommy mengirimkan foto-foto untuk memberitahuku tentang ulang tahun mamanya. Dia pasti akan meneleponku langsung, ujar Jessica dalam hati. Tommy bukan tipe orang yang suka menggunakan cara menyebalkan seperti itu!“Kalau aku bercerita terus terang, maukah kau memberikan ponselmu padaku?” tanya Melani yang bersimbah air mata.Gadis di depannya lalu menunjukkan foto-foto yang tadi dijepretnya dan berkata tak sabar, “Lihatlah baik-baik, Nona Cantik. Foto-foto mesummu dengan Tommy kuhapus sekarang juga.”&n

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-26
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Jessica Setuju Menikah Dengan Tommy

    “Tom, berhentilah mengejar-ngejarku. Mamamu sendiri juga tidak menyukaiku, kan? Dia jauh lebih sreg dengan Melani yang latar belakangnya sepadan denganmu. Kalian juga sudah berhubungan intim. Menikahlah dengannya. Aku pergi!”Tiba-tiba Tommy bersujud di hadapan Jessica. Gadis itu sampai terkejut melihatnya. Baru kali ini ada seorang laki-laki merendahkan harga dirinya demi mengemis cintanya!“Aku benar-benar sudah tak punya harga diri lagi, Sica. Segenap jiwa ragaku sepenuhnya untuk dirimu! Kumohon jangan tinggalkan aku…. Aku benar-benar mencintaimu. Kejadian ini bukanlah kesalahanku. Kalau kau tidak percaya, mulai hari ini tinggallah di rumah ini. Pilihlah kamar manapun yang kau mau. Jadilah nyonya di rumah ini! Ikutlah bekerja di kantorku. Akan kuberi kau posisi sebagai asisten pribadiku. Jadi segala tindak-tandukku dapat

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-28
  • Jessica, Luka yang Terpendam    Wanda Sekarat

    “Bagaimana kondisi mama saya, Dok?” tanya Tommy cemas. Dia tadi kaget sekali pintu kamarnya digedor-gedor oleh Suster Nilam untuk memberitahu bahwa Wanda terkena stroke.Dokter laki-laki separuh baya berkacamata itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Hati Tommy langsung ciut seketika. Wajahnya pucat pasi. Bibirnya kelu tak mampu berkata-kata. Jessica yang menyaksikannya langsung berinisiatif bertanya lebih lanjut, “Bisakah Dokter menjelaskan lebih detil tentang kondisi Tante Wanda?”Ahli medis spesialis saraf itu berkata dengan serius, “ Kondisi Bu Wanda benar-benar kritis. Memang ini serangan stroke-nya yang pertama. Tapi mengingat kondisi beliau yang sudah mengidap penyakit kanker leher rahim stadium empat, saya pesimistis beliau bisa pulih. Mohon maaf, sepertinya beliau tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Menuntaskan Dendam

    Jenny tersenyum dan berkata lirih, “Temuilah dia, Jess. Orang yang berada di penghujung usianya biasanya menyadari kesalahan-kesalahannya. Tuntaskanlah persoalan kalian berdua sebelum dia pergi meninggalkan dunia fana ini….”Sang adik tercenung mendengar nasihat kakaknya itu. Bagaimana caraku menuntaskan perselisihan di antara kami berdua? tanyanya dalam hati. Dia sudah dalam keadaan tak berdaya. Susah bergerak, apalagi berbicara. Entah otaknya masih berfungsi dengan baik atau tidak.Jenny seperti memahami kegundahan hati satu-satunya saudara kandungnya itu. Dengan lembut dia kembali bertutur, “Kondisi Tante Wanda saat ini mungkin tampak tidak memungkinkan untuk diajak bicara, Jess. Tapi siapa tahu indera pendengaran dan otaknya masih berfungsi dengan baik. Yang penting kamu harus mencobanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03

Bab terbaru

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Akhir Kisah

    “Lukisannya sebenarnya sudah agak pudar dan plafond ada yang bocor. Maklum sudah hampir delapan tahun tidak pernah dipugar sama sekali. Akhirnya kuminta temanku untuk merenovasi ulang tanpa mengubah tata letak rumah ini. Lukisan itu benar-benar baru, Jess. Aku kan masih menyimpan foto lamanya. Tapi kuminta warnanya lebih menyolok dibandingkan dulu. Terus….” “Ditambahi pelangi,” sela lawan bicaranya menimpali. “Betul,” kata sang tuan rumah membenarkan. “Aku yang memintanya.” “Buat apa? Malah kelihatan rame. Norak,” komentar Jessica menusuk hati. Moses melongo mendengarnya. “Jadi kamu nggak suka? Ya udah, nanti biar kucari orang lain saja yang suka.”

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Bertemu Nia

    Karena tak tahan menghadapi kebawelan putranya yang ingin segera bertemu dengan Moses, Jessica terpaksa menelepon pria itu. Jantungnya berdegup kencang ketika mendengar suara yang sangat dikenalnya menyapa ramah, “Halo, Jess.”“Ehm…, ini Nathan mau ngomong,” jawabnya cepat-cepat. Disodorkannya ponselnya pada sang anak yang menerimanya dengan wajah berseri-seri.“Halo, Om Moses?” sapa bocah itu ceria. “Om sekarang berada di mana? Nathan kangen pengen ketemu.”Jessica menyibukkan diri dengan mengetik di laptop. Tak diacuhkannya anaknya yang asyik ngobrol di telepon dengan om-nya tercinta. Tak lama kemudian Nathanael mengembalikan ponselnya.&nb

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Moses Balik ke Jakarta

    Dia menawari Moses untuk menginap di rumahnya daripada menghabiskan uang bermalam di hotel. Rumah laki-laki itu masih disewa orang dan baru satu bulan lagi selesai masa sewanya.Moses menerima tawaran itu. Dia tidur di kamar tamu lantai bawah. Kehadirannya membuat Nathanael agak terhibur. Pria itu sering menemaninya bermain dan bercanda sehingga tak bersedih terus-menerus akibat kehilangan ayah kandungnya.Satu minggu telah berlalu. Jenazah Tommy telah dimakamkan di pemakaman umum Surabaya Timur. Jessica agak bingung menghadapi Moses sekarang. Seminggu terakhir ini dia memperlakukan Moses layaknya sahabat lama yang datang berkunjung dan berbelasungkawa atas kepergian suaminya.Sekarang segala urusan mengenai Tommy sudah selesai. Wanita itu menjadi bimbang. Tak tahu harus bersikap bagaimana terhadap pria

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Selamat Jalan

    Tiba-tiba pintu apartemennya terbuka. Seorang remaja laki-laki yang parasnya mirip dirinya muncul sambil membawa tas ransel di punggung. Dia adalah William, putra semata wayangnya. Ini hari Jumat, waktunya remaja itu menginap di apartemen ayah tercinta.Pemuda kelas tiga SMP itu sudah biasa naik ojek ataupun taksi online sendiri untuk menuju kediaman Moses. Terkadang ibu kandung atau ayah sambungnya yang mengantarnya dengan mobil sampai ke depan pintu lobi.“Hai, Pa,” sapa William ramah. “Lagi mikirin apa? Kok kelihatannya serius gitu? Kita nanti malam jadi makan di resto all you can eat yang baru buka itu, nggak?” cecarnya bertubi-tubi.Sang ayah mendesah panjang. Dia menatap buah hatinya dengan perasaan sayang. “Duduklah dulu, Nak. Ada hal penting yang mau Papa bicarakan,” ucapnya dengan ekspresi serius.“Heh? What’s wrong?&

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Permintaan Tommy

    “Tidak lagi, Sayang,” jawab suaminya sambil tersenyum. “Di Jakarta Moses merintis pekerjaannya dari awal sebagai agen properti. Setiap hari dihabiskannya dengan bekerja, nge-gym, dan bermain dengan anaknya. William namanya. Sekarang sudah berumur enam belas tahun dan mau masuk SMA. Anak itu sering bertanya kapan papanya menikah lagi. Mamanya sendiri sudah lama membentuk keluarga baru. Tapi Moses cuma ketawa dan bilang sudah tidak tertarik pada wanita.”“Homo, kali!”kata sang istri cuek.“Hush! Nggak boleh sembarangan ngomong,”kata Tommy sembari mengelus-elus pipinya yang tadi ditampar Jessica. Sang istri jadi panik. “Masih sakit, ya?” tanyanya kuatir. “Sebentar kuambilkan waslap dan es batu buat kompres.”&n

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Terbongkar

    Sore harinya waktu suaminya pulang, Jessica bersikap biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia melayani pria itu makan dan minum. Sama sekali tak ditanyakannya hasil pertemuan Tommy dengan pebisnis asal Cina di Jakarta. Justru suaminya itu yang bercerita sendiri tentang pembicaraannya dengan orang asing tersebut.“Sepertinya aku nggak jadi berbisnis dengan orang itu, Sica. Bahasa Inggrisnya parah sekali dan nggak pakai penerjemah. Aku yang cuma bisa sedikit-sedikit bahasa Mandarin kesulitan berkomunikasi dengannya. Daripada di belakang nanti ada apa-apa, lebih baik kuurungkan niatku menjalin kerja sama.”Jessica menatap suaminya tajam. Hebat sekali kamu berbohong, Suamiku Tercinta, sindirnya dalam hati. Dan begonya aku sudah berhasil kau tipu selama ini. Benar-benar tolol kau, Jessica Irawan!&nb

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Ketemuan dan Ketahuan

    Karena tidak mau bertengkar dengan sang suami, dia akhirnya mengalah. Nah, sekarang tiba-tiba Tommy bilang mau pergi ke Jakarta besok untuk urusan bisnis. Sang istri kuatir pendamping hidupnya itu akan terserang sakit kepala lagi di perjalanan. “Aku temani kamu, ya,” pintanya dengan sorot mata memohon. “Nanti kalau sakit kepalamu kumat lagi bagaimana?” “Aku akan mengajak sopir kita. Dia akan menjagaku. Tapi sebenarnya yang kubutuhkan adalah doamu agar pembicaraan bisnis ini berhasil, Sayang.” “Kamu kan tahu aku selalu mendoakanmu dalam segala hal. Termasuk sakit kepalamu itu. Kubawakan minyak atsiri, ya. Jangan lupa dihirup sesering mungkin. Oleskan juga di dahi dan pelipis untuk mencegah sakit kepala. Kalaupun sakitnya masih muncul, seti

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Rahasia

    Dua minggu kemudian Tommy pergi menemui pengacaranya. Pria tua yang sudah puluhan tahun menjadi kuasa hukum keluarganya itu menatapnya serius. “Apakah sudah kau pikirkan masak-masak keputusanmu ini, Tom? Perusahaan itu adalah peninggalan keluargamu. Warisan buat anakmu kelak,” nasihatnya gundah. Bagaimanapun juga dia sudah lama sekali menangani aset keluarga Saputra. Ada ikatan antara dirinya dengan keluarga itu yang tak bisa dinilai dengan uang.Tommy tersenyum yakin. “Kesehatan saya tak memungkinkan untuk terus menjalankan perusahaan itu, Pak. Saya juga tidak mau memaksakan istri saya untuk meneruskan bisnis yang tak diminatinya. Dia pernah membantu saya di perusahaan sebelum Nathanael lahir. Selama berbulan-bulan itu saya bisa menilai bahwa minatnya bukan di bisnis pengalengan ikan.”“Kamu k

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Bahagia

    Gadis itu melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat dan rupawan. Mata Jessica berbinar-binar melihatnya. Tommy tersenyum bahagia. Benar kata Moses, batinnya menyadari. Sica sangat mendambakan seorang anak. Berbulan-bulan dia mencari-cari nama yang pas buat calon anak mereka. Kebetulan Melani sudah mengirimkan kabar bahwa janin yang dikandungnya berjenis kelamin laki-laki.“Akhirnya kau beri nama siapa, Sayang?” tanya Tommy sembari merangkul mesra sang istri. Dengan wajah berseri-seri Jessica menjawab, “Nathanael. Artinya hadiah dari Tuhan.”Sang suami mengangguk setuju. Bayi ini memang hadiah dari Tuhan untuk mengisi kekosongan dalam hati istrinya sekaligus menyempurnakan kebahagiaan perkawinan mereka.***Tujuh tahun telah berlalu. Nathanael tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas, baik hati, dan sangat menyayangi kedua orang tuanya. Jessica sudah tidak bekerja di perusaha

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status