Beranda / Romansa / Jessica, Luka yang Terpendam / Jessica Setuju Menikah Dengan Tommy

Share

Jessica Setuju Menikah Dengan Tommy

Penulis: Sofia Grace
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-28 19:37:51

“Tom, berhentilah mengejar-ngejarku. Mamamu sendiri juga tidak menyukaiku, kan? Dia jauh lebih sreg dengan Melani yang latar belakangnya sepadan denganmu. Kalian juga sudah berhubungan intim. Menikahlah dengannya. Aku pergi!”

           

Tiba-tiba Tommy bersujud di hadapan Jessica. Gadis itu sampai terkejut melihatnya. Baru kali ini ada seorang laki-laki merendahkan harga dirinya demi mengemis cintanya!

           

“Aku benar-benar sudah tak punya harga diri lagi, Sica. Segenap jiwa ragaku sepenuhnya untuk dirimu! Kumohon jangan tinggalkan aku…. Aku benar-benar mencintaimu. Kejadian ini bukanlah kesalahanku. Kalau kau tidak percaya, mulai hari ini tinggallah di rumah ini. Pilihlah kamar manapun yang kau mau. Jadilah nyonya di rumah ini! Ikutlah bekerja di kantorku. Akan kuberi kau posisi sebagai asisten pribadiku. Jadi segala tindak-tandukku dapat

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jessica, Luka yang Terpendam    Wanda Sekarat

    “Bagaimana kondisi mama saya, Dok?” tanya Tommy cemas. Dia tadi kaget sekali pintu kamarnya digedor-gedor oleh Suster Nilam untuk memberitahu bahwa Wanda terkena stroke.Dokter laki-laki separuh baya berkacamata itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Hati Tommy langsung ciut seketika. Wajahnya pucat pasi. Bibirnya kelu tak mampu berkata-kata. Jessica yang menyaksikannya langsung berinisiatif bertanya lebih lanjut, “Bisakah Dokter menjelaskan lebih detil tentang kondisi Tante Wanda?”Ahli medis spesialis saraf itu berkata dengan serius, “ Kondisi Bu Wanda benar-benar kritis. Memang ini serangan stroke-nya yang pertama. Tapi mengingat kondisi beliau yang sudah mengidap penyakit kanker leher rahim stadium empat, saya pesimistis beliau bisa pulih. Mohon maaf, sepertinya beliau tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Menuntaskan Dendam

    Jenny tersenyum dan berkata lirih, “Temuilah dia, Jess. Orang yang berada di penghujung usianya biasanya menyadari kesalahan-kesalahannya. Tuntaskanlah persoalan kalian berdua sebelum dia pergi meninggalkan dunia fana ini….”Sang adik tercenung mendengar nasihat kakaknya itu. Bagaimana caraku menuntaskan perselisihan di antara kami berdua? tanyanya dalam hati. Dia sudah dalam keadaan tak berdaya. Susah bergerak, apalagi berbicara. Entah otaknya masih berfungsi dengan baik atau tidak.Jenny seperti memahami kegundahan hati satu-satunya saudara kandungnya itu. Dengan lembut dia kembali bertutur, “Kondisi Tante Wanda saat ini mungkin tampak tidak memungkinkan untuk diajak bicara, Jess. Tapi siapa tahu indera pendengaran dan otaknya masih berfungsi dengan baik. Yang penting kamu harus mencobanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Akhirnya Tommy Tahu....

    Jessica menggeleng. “Aku membutuhkan kehadiran Suster di sini. Tolong bantu saya berkomunikasi dengan Tante Wanda. Dirimu adalah orang yang paling dekat dengannya selama beberapa bulan terakhir ini. Kurasa Suster tahu rencana Tante memisahkan saya dengan Tommy….”Perawat Wanda itu terkesiap. Raut wajahnya berubah tegang. Jessica tersenyum getir melihatnya. “Tak apa-apa, Sus. Tak ada lagi yang perlu disembunyikan sekarang. Tante Wanda sudah di penghujung hidupnya. Aku sudah tidak ingin bertele-tele lagi. Akan kuungkapkan semuanya di hadapan dirinya dan Suster….”Gadis itu lalu duduk di samping pembaringan Wanda. Lalu dia mulai bertutur, “Saya tidak tahu apakah Tante dapat mendengarkan dengan jelas kata-kata saya ini. Tetapi menurut kakak saya, ada kemungkinan indera pendengaran dan otak Tante masih berfungsi dengan baik meskipun saraf-saraf lainnya terganggu….”

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Penyesalan Wanda

    Berarti Mama tidak mengetahuinya, batinnya sedikit bersyukur. Dia cuma ingin menggugurkan kandungan Sica, tapi tak menyangka efek obat yang diberikannya terlalu keras sehingga membuat cacat rahimnya. Pemuda itu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk menenangkan hatinya.Diperhatikannya sang ibu yang tengah terbaring tak berdaya. Tatapannya tampak sayu. Bagian bawah matanya tampak sembab akibat kebanyakan menangis. Masker oksigen masih dipasang di wajahnya untuk mempertahankan kestabilan pernapasan wanita itu.Apa yang sekarang bisa kulakukan untuk mendamaikan ibu dan gadis yang kucintai? pikir Tommy kalut. Bagaimanapun juga peristiwa naas itu sudah terjadi lama sekali, tujuh tahun yang lalu. Mama memang bersalah. Tapi tujuannya adalah untuk melindungi diriku. Aku sendiri terlalu pengecut untuk menen

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Kearifan Suster Nilam

    “Lalu bagaimana ceritanya sampai Suster Nilam bisa dipercaya merawat Tante Wanda selama setengah tahun ini?” “Ketika saya bersama perwakilan dari yayasan datang ke rumah beliau bersama tiga rekan sesama suster untuk diwawancara, Bu Wanda menanyakan latar belakang kami masing-masing. Saya dengan jujur menceritakan masa lalu saya yang pernah dihukum penjara selama delapan tahun akibat membunuh seorang pria hidung belang….” Jessica tersentak mendengar pengakuan perempuan yang selama ini menjadi kaki tangan Wanda itu. Ia hampir tak mempercayai pendengarannya kalau saja tak dilihatnya Suster Nilam mengangguk memastikan kebenaran ceritanya. Perempuan itu kembali melanjutkan kisahnya dengan sinar mata berapi-api, “Laki-laki itu adalah teta

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Rest in Peace

    Tiba-tiba seorang perawat rumah sakit menyeruak masuk dengan tergesa-gesa. Ia berkata dengan terbata-bata, “Ma…maaf, Nona Jessica. Saya diminta tolong oleh Bapak Tommy untuk melihat apakah Nona sudah sadar. Karena kondisi Bu Wanda sedang…sedang gawat sekarang….”Jessica segera melompat turun dari atas pembaringan. Ia berlari keluar dari bilik UGD diikuti oleh Suster Nilam menuju ke ruang ICU tempat Wanda dirawat. Ya Tuhan, semoga aku masih sempat menemuinya! pekik gadis itu berdoa dalam hati.***“Hikaaa…,” ucap Wanda semampunya begitu gadis yang dinanti-nantikannya muncul di hadapannya. Masker oksigen yang menutupi hidung dan mulut ibu tiri Tommy itu sudah dilepas supaya dia bisa berbicara di saat-saat terakhirnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Jessica Ragu-ragu

    Tiba-tiba seorang pria berpakaian seragam dokter dan dua orang perawat menghambur masuk. Mereka memeriksa keadaan Wanda. Beberapa saat kemudian sang dokter menggelengkan kepalanya. Ia mendesah pelan.“Pasien berpulang tepat pukul 23.55,” ujarnya singkat. Terdengar isak tangis Suster Nilam yang begitu memilukan. Sementara Tommy memeluk Jessica yang tertegun menatap jasad Wanda yang sudah tak bernyawa.Dia sudah pergi untuk selamanya, batin gadis itu pedih. Pergi membawa semua luka yang terpendam dalam hatiku. Sekaligus meninggalkan amanah yang luar biasa sulit untuk kupenuhi….***Jenazah Wanda disemayamkan di ruang jenazah yang megah di kota Surabaya. Banyak orang penting datang melayat, baik itu pejabat, pengusaha, maupun kaum sosialita negeri ini. Mereka menunju

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • Jessica, Luka yang Terpendam   Moses Melamar...Lagi

    Gadis kota secantik ini mau berteman denganku? batinnya tak percaya. Aku hanyalah seorang perempuan desa yang pernah dipenjara. Apa istimewanya menjalin pertemanan dengan Nilam, mantan narapidana sebuah kasus pembunuhan?Jessica yang menyaksikan keragu-raguan Suster Nilam segera mengeluarkan ponselnya. “Nomor HP Suster Nilam 081…,” pancingnya seraya mengetikkan ketiga angka itu di depan mantan perawat Wanda tersebut.Mau tak mau sang suster menuruti permintaan gadis cerdik itu. “Bukan 081, Non. Tapi 08…,” katanya memberitahu nomor ponselnya. Jessica segera mengetik nomor itu dan meneleponnya guna memastikan nomor itu benar adanya.Terdengar suara ponsel berbunyi. Suster Nilam segera mengeluakan alat komunik

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18

Bab terbaru

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Akhir Kisah

    “Lukisannya sebenarnya sudah agak pudar dan plafond ada yang bocor. Maklum sudah hampir delapan tahun tidak pernah dipugar sama sekali. Akhirnya kuminta temanku untuk merenovasi ulang tanpa mengubah tata letak rumah ini. Lukisan itu benar-benar baru, Jess. Aku kan masih menyimpan foto lamanya. Tapi kuminta warnanya lebih menyolok dibandingkan dulu. Terus….” “Ditambahi pelangi,” sela lawan bicaranya menimpali. “Betul,” kata sang tuan rumah membenarkan. “Aku yang memintanya.” “Buat apa? Malah kelihatan rame. Norak,” komentar Jessica menusuk hati. Moses melongo mendengarnya. “Jadi kamu nggak suka? Ya udah, nanti biar kucari orang lain saja yang suka.”

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Bertemu Nia

    Karena tak tahan menghadapi kebawelan putranya yang ingin segera bertemu dengan Moses, Jessica terpaksa menelepon pria itu. Jantungnya berdegup kencang ketika mendengar suara yang sangat dikenalnya menyapa ramah, “Halo, Jess.”“Ehm…, ini Nathan mau ngomong,” jawabnya cepat-cepat. Disodorkannya ponselnya pada sang anak yang menerimanya dengan wajah berseri-seri.“Halo, Om Moses?” sapa bocah itu ceria. “Om sekarang berada di mana? Nathan kangen pengen ketemu.”Jessica menyibukkan diri dengan mengetik di laptop. Tak diacuhkannya anaknya yang asyik ngobrol di telepon dengan om-nya tercinta. Tak lama kemudian Nathanael mengembalikan ponselnya.&nb

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Moses Balik ke Jakarta

    Dia menawari Moses untuk menginap di rumahnya daripada menghabiskan uang bermalam di hotel. Rumah laki-laki itu masih disewa orang dan baru satu bulan lagi selesai masa sewanya.Moses menerima tawaran itu. Dia tidur di kamar tamu lantai bawah. Kehadirannya membuat Nathanael agak terhibur. Pria itu sering menemaninya bermain dan bercanda sehingga tak bersedih terus-menerus akibat kehilangan ayah kandungnya.Satu minggu telah berlalu. Jenazah Tommy telah dimakamkan di pemakaman umum Surabaya Timur. Jessica agak bingung menghadapi Moses sekarang. Seminggu terakhir ini dia memperlakukan Moses layaknya sahabat lama yang datang berkunjung dan berbelasungkawa atas kepergian suaminya.Sekarang segala urusan mengenai Tommy sudah selesai. Wanita itu menjadi bimbang. Tak tahu harus bersikap bagaimana terhadap pria

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Selamat Jalan

    Tiba-tiba pintu apartemennya terbuka. Seorang remaja laki-laki yang parasnya mirip dirinya muncul sambil membawa tas ransel di punggung. Dia adalah William, putra semata wayangnya. Ini hari Jumat, waktunya remaja itu menginap di apartemen ayah tercinta.Pemuda kelas tiga SMP itu sudah biasa naik ojek ataupun taksi online sendiri untuk menuju kediaman Moses. Terkadang ibu kandung atau ayah sambungnya yang mengantarnya dengan mobil sampai ke depan pintu lobi.“Hai, Pa,” sapa William ramah. “Lagi mikirin apa? Kok kelihatannya serius gitu? Kita nanti malam jadi makan di resto all you can eat yang baru buka itu, nggak?” cecarnya bertubi-tubi.Sang ayah mendesah panjang. Dia menatap buah hatinya dengan perasaan sayang. “Duduklah dulu, Nak. Ada hal penting yang mau Papa bicarakan,” ucapnya dengan ekspresi serius.“Heh? What’s wrong?&

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Permintaan Tommy

    “Tidak lagi, Sayang,” jawab suaminya sambil tersenyum. “Di Jakarta Moses merintis pekerjaannya dari awal sebagai agen properti. Setiap hari dihabiskannya dengan bekerja, nge-gym, dan bermain dengan anaknya. William namanya. Sekarang sudah berumur enam belas tahun dan mau masuk SMA. Anak itu sering bertanya kapan papanya menikah lagi. Mamanya sendiri sudah lama membentuk keluarga baru. Tapi Moses cuma ketawa dan bilang sudah tidak tertarik pada wanita.”“Homo, kali!”kata sang istri cuek.“Hush! Nggak boleh sembarangan ngomong,”kata Tommy sembari mengelus-elus pipinya yang tadi ditampar Jessica. Sang istri jadi panik. “Masih sakit, ya?” tanyanya kuatir. “Sebentar kuambilkan waslap dan es batu buat kompres.”&n

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Terbongkar

    Sore harinya waktu suaminya pulang, Jessica bersikap biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia melayani pria itu makan dan minum. Sama sekali tak ditanyakannya hasil pertemuan Tommy dengan pebisnis asal Cina di Jakarta. Justru suaminya itu yang bercerita sendiri tentang pembicaraannya dengan orang asing tersebut.“Sepertinya aku nggak jadi berbisnis dengan orang itu, Sica. Bahasa Inggrisnya parah sekali dan nggak pakai penerjemah. Aku yang cuma bisa sedikit-sedikit bahasa Mandarin kesulitan berkomunikasi dengannya. Daripada di belakang nanti ada apa-apa, lebih baik kuurungkan niatku menjalin kerja sama.”Jessica menatap suaminya tajam. Hebat sekali kamu berbohong, Suamiku Tercinta, sindirnya dalam hati. Dan begonya aku sudah berhasil kau tipu selama ini. Benar-benar tolol kau, Jessica Irawan!&nb

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Ketemuan dan Ketahuan

    Karena tidak mau bertengkar dengan sang suami, dia akhirnya mengalah. Nah, sekarang tiba-tiba Tommy bilang mau pergi ke Jakarta besok untuk urusan bisnis. Sang istri kuatir pendamping hidupnya itu akan terserang sakit kepala lagi di perjalanan. “Aku temani kamu, ya,” pintanya dengan sorot mata memohon. “Nanti kalau sakit kepalamu kumat lagi bagaimana?” “Aku akan mengajak sopir kita. Dia akan menjagaku. Tapi sebenarnya yang kubutuhkan adalah doamu agar pembicaraan bisnis ini berhasil, Sayang.” “Kamu kan tahu aku selalu mendoakanmu dalam segala hal. Termasuk sakit kepalamu itu. Kubawakan minyak atsiri, ya. Jangan lupa dihirup sesering mungkin. Oleskan juga di dahi dan pelipis untuk mencegah sakit kepala. Kalaupun sakitnya masih muncul, seti

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Rahasia

    Dua minggu kemudian Tommy pergi menemui pengacaranya. Pria tua yang sudah puluhan tahun menjadi kuasa hukum keluarganya itu menatapnya serius. “Apakah sudah kau pikirkan masak-masak keputusanmu ini, Tom? Perusahaan itu adalah peninggalan keluargamu. Warisan buat anakmu kelak,” nasihatnya gundah. Bagaimanapun juga dia sudah lama sekali menangani aset keluarga Saputra. Ada ikatan antara dirinya dengan keluarga itu yang tak bisa dinilai dengan uang.Tommy tersenyum yakin. “Kesehatan saya tak memungkinkan untuk terus menjalankan perusahaan itu, Pak. Saya juga tidak mau memaksakan istri saya untuk meneruskan bisnis yang tak diminatinya. Dia pernah membantu saya di perusahaan sebelum Nathanael lahir. Selama berbulan-bulan itu saya bisa menilai bahwa minatnya bukan di bisnis pengalengan ikan.”“Kamu k

  • Jessica, Luka yang Terpendam   Bahagia

    Gadis itu melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat dan rupawan. Mata Jessica berbinar-binar melihatnya. Tommy tersenyum bahagia. Benar kata Moses, batinnya menyadari. Sica sangat mendambakan seorang anak. Berbulan-bulan dia mencari-cari nama yang pas buat calon anak mereka. Kebetulan Melani sudah mengirimkan kabar bahwa janin yang dikandungnya berjenis kelamin laki-laki.“Akhirnya kau beri nama siapa, Sayang?” tanya Tommy sembari merangkul mesra sang istri. Dengan wajah berseri-seri Jessica menjawab, “Nathanael. Artinya hadiah dari Tuhan.”Sang suami mengangguk setuju. Bayi ini memang hadiah dari Tuhan untuk mengisi kekosongan dalam hati istrinya sekaligus menyempurnakan kebahagiaan perkawinan mereka.***Tujuh tahun telah berlalu. Nathanael tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas, baik hati, dan sangat menyayangi kedua orang tuanya. Jessica sudah tidak bekerja di perusaha

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status