Daun berguguran se iring musim semi yang telah berganti. Detik demi detik berlalu, se iring kesedihan yang mulai memudar tergantikan oleh kebahagiaan. Masa ke masa, terus di jalani hingga mereka lupa sudah menginjak usia dewasa, dan mengerti hal-hal yang berkaitan dengan perjalanan hidup mereka.
Benar. Sudah 10 tahun berlalu sejak kepergian Anna. Anak-anak yang dulunya masih kecil dengan wajah polos dan menggemaskan mereka, kini sudah menginjak usia remaja, dan bersosialisasi dengan lingkungan mereka.Davio sudah berumur 18 tahun. Pria berwajah dingin yang menyukai dunia modifikator mobil itu, sudah pergi meninggalkan Perancis. Ya, Davio mendesak ayahnya untuk menetap dan melanjutkan studinya di London. Kembali ke daerah yang dikuasai kakeknya dulu. Dan Peter tak bisa menolak dengan alasan, ingin membuat Davio mandiri tanpa bantuan—darinya lagi. Lalu, Jim dan Angel yang masih berumur 10 tahun. Tentu saja, membuat suasana mansion itu selalu ramaSuasana mendadak hening. Tidak ada yang bersuara lagi di antara mereka. Jasmine terdiam menatapi Luke, sedangkan Luke membuang muka. Selalu saja seperti ini. Luke akan bersikap seperti orang asing jika ada dirinya.“Aku pamit,” ucap Luke memecah keheningan.“Kau tidak mau minum sesuatu? Kopi dingin mungkin?” tawar Jasmine. Sungguh, dia ingin sedikit berbincang dengan Luke demi mencairkan suasana dingin di antara mereka setelah sekian lama.Luke menggeleng pelan. “Tidak perlu repot-repot. Aku tidak haus.”Jawaban Luke, membuat Jasmine menggigit pipi dalamnya. Entah harus dengan cara apa, dia bisa mencegah Luke untuk pergi dari sana.“Aku akan membuatkanmu makanan. Setidaknya, jangan menolak ku ... untuk kali ini saja.”Jasmine berputar arah, dan langsung melangkah menuju dapur tanpa mendengar jawaban Luke lagi. Dia sudah bosan mendengar penolakan Luke selama ini. Jadi, mumpung suasana sedang sepi, dia akan membuat Luke menuruti keinginannya.Jasmine menyiap
London ...Luke menyandarkan tubuhnya ke jok mobil sambil menghembuskan napasnya kasar. Beberapa Jam yang lalu, pesawatnya baru mendarat di London, dan perusahaan tempatnya akan melakukan kerja sama, menghubunginya secara tiba-tiba dan menyuruhnya untuk segera datang ke perusahaan dengan alasan Meeting mendadak. Ingin dia mengumpat kesal. Tapi, mau bagaimana lagi. Dia sangat butuh kontrak kerja sama dengan perusahaan itu, untuk sepak terjang perusahaannya.Mobil yang dikendarainya, membelah jalanan kota. Suasana kota yang ramai, namun sejuk di pandang membuat sedikit kepenatan yang bercampur perasaan kesalnya sedikit berkurang. Andai saja, dia bisa membawa Jim ikut serta? Pasti anak laki-lakinya itu akan sangat senang.Luke melirik ke kanan jalan, di mana jembatan megah London terlihat walaupun jauh di sana. Dia jadi teringat, insiden pertarungannya di sana 19 tahun silam yang hampir menewaskan nyawanya dan Peter. Takdir begitu hebatnya memainkan peran. Mengingat,
“Anna?”Lirihan Luke dengan wajah memucat dan manik mata berkaca-kaca, membuat semua kalangan pebisnis yang sudah hadir di sana menatap Luke penuh tanya. Tak terkecuali wanita yang duduk dengan damai dan berkuasa di sana.Tentu saja mereka heran. Begitu besarnya kah pengaruh wajah cantik seorang Mrs. Clara sampai-sampai membuat pria yang baru datang itu mematung dengan wajah memucat?“Mrs. Apa saya perlu mengusir pria itu?” tanya seorang bodyguard yang stay di balik pintu, dan wanita bernama Clara itu mengangkat tangannya pertanda tidak setuju.Clara bangkit dari duduknya membuat semua orang yang berada di sana, berdebar-debar. Entah apa yang akan dilakukan oleh wanita yang tak segan membuat lawan perusahaannya hancur jika berani bermain-main dengannya.Dengan langkah kakinya yang elegan, wanita bernama Clara itu pun berkata, “Tuan Luxander yang terhormat. Selamat datang di perusahaanku. Sebuah kehormatan, Anda masih berkenan untuk datang ke sini, bahkan setelah a
“Jasmine, apa Peter benar-benar pergi ke Washington?”“Tentu saja. Peter tidak mungkin berbohong. Dan kau malah menghubungiku pagi-pagi begini demi bertanya hal yang tidak penting ini?” desah Jasmine di seberang sana, “astaga, kau keterlaluan. Kenapa kau tidak tanyakan langsung pada Peter tanpa harus menggangguku?” sambungnya.Luke mengusap wajahnya kasar. Dia tidak mungkin memberitahu Jasmine jika dirinya melihat Peter berada di London, bersama seorang wanita pula. Jasmine pasti akan sedih karena merasa Peter membohonginya, walaupun semua itu benar.“Emm ... baiklah. Aku tutup teleponnya. Aku akan tanyakan langsung pada Peter. Oiya, apa Angel dan Jim masih tidur?”“Tentu saja. Tolong periksa jam mu. Cocokkan jika sekarang masih jam 3 pagi. Pikir-pikir dulu jika mau menghubungiku!”“Maaf Jas—“Klik!Sambungan telepon itu mati secara sepihak. Jasmine tentu saja merasa kesal, karena dia hubungi se pagi ini. Tapi rasa penasaran akan kemunculan Peter di London
Luke membuka matanya perlahan. Ruangan serba putih yang pertama kali terlihat olehnya, membuat dia tau jika dirinya saat ini sedang berada di rumah sakit. Rupanya, Anna masih mau bersimpati saat dirinya tengah kesakitan. Semakin ke sini, dia semakin yakin jika Clara memang benar-benar Anna nya yang ternyata masih hidup.Luke bangkit dari tidurnya. Kondisinya tidak begitu parah. Hanya saja dia merasa perutnya sedikit nyeri, dan rasa pusing membuat pandangannya sedikit tidak fokus. Tapi, semua ini tak akan menghentikan niatnya untuk kembali menemui Clara, dan membuat wanita itu mengakui jika dirinya adalah Anna.Kepalanya menoleh ke samping, dan menemukan sebuah kertas yang tergeletak di atas nakas. Luke mengambi kertas itu, dan sebuah pesan yang tertulis di sana sukses membuat wajah Luke berbinar senang. Akhirnya, Clara alias Anna mau bertemu dengannya.Luke turun dari brankar meski tubuhnya masih terasa sakit. Dia harus segera menuju tempat yang tertulis di kertas itu
Luke memandangi punggung Anna yang mulai menjauh. Firasatnya ternyata benar. Bukanlah sebuah kebetulan, saat wanita bernama Clara itu memiliki wajah yang mirip dengan Anna. Karena kenyataannya, Wanita itu ternyata memang benar-benar Anna. Istrinya yang dikatakan sudah meninggal 10 tahun silam.“Anna ....”Tubuh Luke jatuh merosot ke lantai. Pandangannya tak lepas dari punggung Anna, dan seorang anak laki-laki yang menggandeng Anna dengan tatapan yang bisa dia lihat ... sangat menyayangi wanitanya itu.Tapi, haruskah dia mendapati kenyataan ini, bahkan saat pertemuan pertamanya dengan Anna setelah bertahun-tahun lamanya? Haruskah kesetiaannya, Anna khianati dengan memiliki pengganti dirinya sekaligus seorang putra? Haruskah, dia mendapatkan balasan yang se sakit ini?Luke menekan dadanya kuat-kuat. Rasa sakit yang menghantam dadanya, membuat napasnya sesak. Kenapa harus sejahat ini Anna memperlakukannya? Kenapa se tega ini, takdir memperm
Luke berlari mengejar Anna. Tapi, Anna sudah terlalu jauh meninggalkannya. Akhirnya, dia hanya bisa terduduk pasrah di parkiran kantor Anna dan beberapa kali menjadi pusat perhatian beberapa pasang mata di sana.Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Rupanya, sebuah panggilan telepon dari Jasmine. Dia pun segera mengangkatnya. Jasmine harus tau jika Anna masih hidup sampai sekarang.“Iya Jasmine?” Luke berbasa-basi. Setidaknya dia mau tau dulu apa alasan Jasmine meneleponnya.“Sepertinya aku ingin ke London, untuk liburan. Aku jenuh terus-terusan berada di sini. Aku juga rindu Mansion ayahku. Peter juga belum kembali.”Perkataan Jasmine, membuat jantung Luke terpompa cepat. Belum selesai masalahnya dengan Anna, kini malah Jasmine yang memantik permasalahan lagi. Jika Jasmine ke London? Bagaimana jika Jasmine tak sengaja bertemu Peter? Bukankah, sampai saat ini Peter belum kembali seperti perkataan Jasmine tadi?“Emm ... Bagaimana kalau menunggu masalahku di sini selesai dulu,
“Peter ... berjanjilah, kamu akan selalu melindungiku,” mohon si wanita dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Meski tanpa keraguan sedikit pun. Dia akan sangat yakin, jika The King Of The World di depannya saat ini, pasti akan terus memeluknya menghadapi badai hingga berlalu.Pria yang memang Peter itu, akhirnya membawa wanita misterius itu ke dalam pelukan besarnya. Sebuah pelukan hangat yang selama beberapa tahun terakhir dia bagi dari kesetiaan Jasmine. Katakan dia bajingan! Tapi, jalan takdir lah yang membuatnya memilih jalan seperti ini.“Mari tunjukkan pada dunia siapa dirimu.”“Tapi, aku belum siap! Kita batalkan saja yah rencana ini!”Peter memutar bola matanya malas. Dia pun beranjak lagi demi mengambil sebuah map yang sudah dia persiapkan untuk permainan mereka selanjutnya.“Aku sudah melatih dialog itu, puluhan kali loh, Anna. Jasmine sudah memberitahuku, jika Luke mungkin saja sudah sampai di London. Dan Jasmine akan segera menyusul ke sini. Jika