Se orang wanita bersimpuh di sebuah gundukan tanah makam yang masih bertaburan bunga segar. Gelapnya langit, gemuruh angin, dan rintik hujan yang dingin menembus kulit, tak menandingi bagaimana kalutnya perasaannya saat ini. Wanita yang kini hanya tinggal nama itu, adalah wanita yang menjadi sahabat satu-satunya dan selalu memaafkan semua kesalahannya. Dia selalu berada dalam suka dan dukanya. Dan kini, wanita itu hanya tinggal nama beserta kenangannya saja. Kenangan yang akan selalu dia ingat sampai akhir nanti menutup mata.
“Kau meninggalkanku. Meninggalkan kami tanpa berpamitan lebih dulu. Bagaimana bisa kau se tega ini melakukannya? Hiks ... “Tangis wanita itu pecah. Dadanya di hantam rasa nyeri kala mengingat, wanita itu juga meninggalkan buah hatinya bahkan sebelum sempat menimang nya. “Apa kau sudah bahagia di sana? Dan melihat bagaimana kesedihan kami semua? Puas kau, huh?!”Wanita itu menutup wajahnya yang banjiJasmine memangku putrinya dan mengusap-usap lembut kening sang putri yang bernama Angelina Queen D’orion. Wajah imut Angel, dengan kulitnya yang putih dan mata se biru samudera yang Peter turunkan kepada Angel, membuat semua orang gemas melihatnya.Senyum Jasmine terbit. Begitu melihat Anna yang datang bersama buah hatinya. Anna tampak sedikit kerepotan membawa Jim yang memang boleh di katakan bayi gembul super besar.“Kau sendirian?” tanya Jasmine begitu Anna sampai dan duduk di sebelahnya. Kebetulan, saat ini Jasmine sedang duduk di ayunan sehingga bisa sekalian mengayun-ayunkan Angel di pangkuannya supaya terlelap.Anna nampak membuang nafasnya kasar. “Iya, Jasmine. Dan Aku lelah ...” desahnya.“Berat badan Jim naik lagi?” tanya Jasmine, dan Anna mengangguk.“Ho’ oh. Bahkan bulan ini, naik 2 kilo. Gimana nggak tambah kurus Emak nya?”“Hahaha ... “ Jasmine terbahak. Obrolan ringan mereka seputar emak-emak rempong dengan gembul-gembulnya me
“Robert, di mana Jalang itu?”Suara Luke yang tiba-tiba terdengar, membuat Robert yang mulanya sedang melihat beberapa berkas di tangannya, mendadak bangkit seketika.“Luke kau di sini?” tanya Robert—sedikit gugup. Dia tidak menyangka, jika Luke akan datang ke tempat ini dan masih akan mencari Selena, “mari, Luke. Silakan duduk.” lanjutnya berbasa-basi. Melihat raut wajah Luke saat ini, sepertinya Selena harus berhati-hati.“Aku ingin membebaskan jalang itu dari penjara!” perkataan Luke yang tiba-tiba menggelegar, membuat Robert mengernyit kebingungan.“Kau serius? Kau mau membebaskan penjahat yang sudah membunuh istrimu?!” Robert menggigit bibir dalamnya. Rasa terkejut, membuatnya tak bisa mencegah pertanyaan itu terlontar dari mulutnya.Rahang Luke mengeras. Jika saja, dirinya tidak sedang berada di kantor polisi, sudah dia buat hancur mulut Robert yang sialan itu.“Jangan ikut campur urusanku! Berapa pun, akan aku bayar. Asalkan jalang itu bebas!
“Mommy, bibi Anna benar-benar sudah meninggal ya?”Celetukan Davio yang saat itu sedang memegang mobil-mobilan berwarna hitam mengkilap, membuat Jasmine, Rose, Katherine dan Queen yang sedang sibuk mengganti baju Angel dan Jim, berhenti seketika. Ke empat perempuan itu, saling pandang. Mereka tak mau menjadi orang yang menjawab pertanyaan Davio. Davio pasti akan kembali sedih seperti beberapa minggu yang lalu. Bocah kecil itu, tiada hentinya menangisi kepergian Anna hingga membuat semua keluarga kebingungan.Katherine mengusap lengan Jasmine dengan lembut. “Davio bertanya padamu, maka kau lah yang harus menjawab pertanyaannya,” ucap Katherine, membuat Jasmine menunduk sambil menggeleng kuat. Jasmine tidak kuat jika harus melihat kesedihan putranya lagi, dan mengenang sahabatnya yang benar-benar sudah pergi.“Aku tidak bisa ...,” lirih Jasmine, membuat usapan tangan ibunya, beralih menggenggam telapak tangannya yang bergetar.“Kau ibunya, Jasmine. Kau harus ku
Queen sedang mengotak-atik ponselnya. Beberapa seleksi yang dia ikuti di beberapa agensi model, beberapa hari lagi akan memberikan pengumuman. Tentu saja dia berharap lolos. Hanya saja, dia enggan kembali ke kota itu, karena ulah seorang polisi yang membuatnya kesal sampai saat ini.“Queen, mau menemaniku sebentar?”Queen tersentak. Hampir saja, ponselnya terjatuh jika tak segera dia tangkap.“Astaga, Luke. Kau mengagetkanku!” desah Queen, sambil menekan dadanya yang berdebar.“Apa kau memikirkan, Robert?”“Hahaha ... “ bukannya menjawab, Queen justru terbahak-bahak. Demi apa, Luke menebak dirinya sedang memikirkan Robert? Dan sialnya, tebakan Luke benar.Robert. Polisi yang dia katai mesum itu, sudah kembali ke Vegas. Niat pria itu datang semalam, adalah untuk berpamitan. Dan semoga saja, dia tidak bertemu lagi dengan pria itu nanti, setelah turut kembali. Tentu saja, setelah keadaan di sini membaik.“Aku masih waras untuk memikirkan polisi mesum itu, Luk
Daun berguguran se iring musim semi yang telah berganti. Detik demi detik berlalu, se iring kesedihan yang mulai memudar tergantikan oleh kebahagiaan. Masa ke masa, terus di jalani hingga mereka lupa sudah menginjak usia dewasa, dan mengerti hal-hal yang berkaitan dengan perjalanan hidup mereka.Benar. Sudah 10 tahun berlalu sejak kepergian Anna. Anak-anak yang dulunya masih kecil dengan wajah polos dan menggemaskan mereka, kini sudah menginjak usia remaja, dan bersosialisasi dengan lingkungan mereka.Davio sudah berumur 18 tahun. Pria berwajah dingin yang menyukai dunia modifikator mobil itu, sudah pergi meninggalkan Perancis. Ya, Davio mendesak ayahnya untuk menetap dan melanjutkan studinya di London. Kembali ke daerah yang dikuasai kakeknya dulu. Dan Peter tak bisa menolak dengan alasan, ingin membuat Davio mandiri tanpa bantuan—darinya lagi.Lalu, Jim dan Angel yang masih berumur 10 tahun. Tentu saja, membuat suasana mansion itu selalu rama
Suasana mendadak hening. Tidak ada yang bersuara lagi di antara mereka. Jasmine terdiam menatapi Luke, sedangkan Luke membuang muka. Selalu saja seperti ini. Luke akan bersikap seperti orang asing jika ada dirinya.“Aku pamit,” ucap Luke memecah keheningan.“Kau tidak mau minum sesuatu? Kopi dingin mungkin?” tawar Jasmine. Sungguh, dia ingin sedikit berbincang dengan Luke demi mencairkan suasana dingin di antara mereka setelah sekian lama.Luke menggeleng pelan. “Tidak perlu repot-repot. Aku tidak haus.”Jawaban Luke, membuat Jasmine menggigit pipi dalamnya. Entah harus dengan cara apa, dia bisa mencegah Luke untuk pergi dari sana.“Aku akan membuatkanmu makanan. Setidaknya, jangan menolak ku ... untuk kali ini saja.”Jasmine berputar arah, dan langsung melangkah menuju dapur tanpa mendengar jawaban Luke lagi. Dia sudah bosan mendengar penolakan Luke selama ini. Jadi, mumpung suasana sedang sepi, dia akan membuat Luke menuruti keinginannya.Jasmine menyiap
London ...Luke menyandarkan tubuhnya ke jok mobil sambil menghembuskan napasnya kasar. Beberapa Jam yang lalu, pesawatnya baru mendarat di London, dan perusahaan tempatnya akan melakukan kerja sama, menghubunginya secara tiba-tiba dan menyuruhnya untuk segera datang ke perusahaan dengan alasan Meeting mendadak. Ingin dia mengumpat kesal. Tapi, mau bagaimana lagi. Dia sangat butuh kontrak kerja sama dengan perusahaan itu, untuk sepak terjang perusahaannya.Mobil yang dikendarainya, membelah jalanan kota. Suasana kota yang ramai, namun sejuk di pandang membuat sedikit kepenatan yang bercampur perasaan kesalnya sedikit berkurang. Andai saja, dia bisa membawa Jim ikut serta? Pasti anak laki-lakinya itu akan sangat senang.Luke melirik ke kanan jalan, di mana jembatan megah London terlihat walaupun jauh di sana. Dia jadi teringat, insiden pertarungannya di sana 19 tahun silam yang hampir menewaskan nyawanya dan Peter. Takdir begitu hebatnya memainkan peran. Mengingat,
“Anna?”Lirihan Luke dengan wajah memucat dan manik mata berkaca-kaca, membuat semua kalangan pebisnis yang sudah hadir di sana menatap Luke penuh tanya. Tak terkecuali wanita yang duduk dengan damai dan berkuasa di sana.Tentu saja mereka heran. Begitu besarnya kah pengaruh wajah cantik seorang Mrs. Clara sampai-sampai membuat pria yang baru datang itu mematung dengan wajah memucat?“Mrs. Apa saya perlu mengusir pria itu?” tanya seorang bodyguard yang stay di balik pintu, dan wanita bernama Clara itu mengangkat tangannya pertanda tidak setuju.Clara bangkit dari duduknya membuat semua orang yang berada di sana, berdebar-debar. Entah apa yang akan dilakukan oleh wanita yang tak segan membuat lawan perusahaannya hancur jika berani bermain-main dengannya.Dengan langkah kakinya yang elegan, wanita bernama Clara itu pun berkata, “Tuan Luxander yang terhormat. Selamat datang di perusahaanku. Sebuah kehormatan, Anda masih berkenan untuk datang ke sini, bahkan setelah a
Beberapa hari kemudian.“Aku akan membawa Angel pergi.”Suara Davio yang tiba-tiba terdengar, membuat semua keluarga tentu saja shock. Tiada angin, tiada hujan, kenapa Davio bersikap aneh seperti ini?Peter bangkit. Dia tidak akan menerima keinginan secara sepihak dan tak masuk akal itu. “Pergi ke mana? Angel tidak akan pergi ke mana pun. Dia akan melanjutkan pendidikannya di sini saja.” Tolak Peter membuat Davio harus memutar akal. Dia harus bisa membuat Angel jauh dari keluarganya, agar adiknya itu tak semakin tertekan kala rahasianya terbongkar.“Aku berjanji akan menjaganya. Lagi pula, universitas London lebih bagus dari pada di sini. Angel juga mengatakan, jika dia ingin belajar mandiri. Jadi, kenapa kita tidak membiarkan dia mencobanya dulu?” jelas Dave. Semoga saja, alasannya kali ini disetujui oleh ayahnya.Rose, Katherine dan Jasmine bungkam. Semua keputusan ada ditangan para lelaki penguasa itu. Yang terpenting bagi mereka adalah, Angel baik-baik sa
“Bagaimana kabarmu?”Luke menyapa wanita yang kini duduk di depannya dengan rambut digulung tinggi. Satu-satunya wanita yang berhasil membolak-balikkan dunianya, dan wanita yang selalu dia rindukan sampai-sampai membuatnya hampir mati.“Kamu lihat, bagaimana kelakuan putramu di pesta ulang tahunnya kemarin ‘kan?” lanjut Luke sambil mengusap wajahnya kasar, “bocah itu ... selalu membuatku naik darah!”“Hahaha ...” wanita itu terbahak. Tapi segera, dia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.“Jangan tertawa, Anna. Bocah itu, semakin menyebalkan!”Anna membuat gerakan seperti mengunci mulutnya. Perutnya seperti digelitiki, sungguh dia masih ingin tertawa keras melihat bagaimana frustasi nya Luke saat ini.Luke selalu mengunjunginya setiap akhir pekan. Padahal setiap hari, mereka sudah bertemu lewat video call. Pria itu bahkan tiada bosannya mengiriminya pesan yang kadang tak masuk akal.”Sepertinya, tantanganku di mulai dari sekarang.”
8 Tahun kemudian..“Ayo, Nak. Nanti kita bisa terlambat!” ajak Luke pada putranya yang saat itu hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.Jim Luxander Thomas. Putra Luke dan mendiang Anastasia yang saat ini sudah berusia 18 tahun. Ralat. Putera Luke dan Annastasia yang masih setia bersembunyi dari dunia demi sebuah tantangan. Yakni, tantangan akan kembali ke dalam pelukan Luke, asalkan Luke berhasil membuat Jim tidak mengikuti jejak ke berengsekan nya.Jim. Laki-laki yang berambut hitam legam itu, sangat akrab dengan Davio meskipun usia mereka berselisih sekitar 7 tahun. Namun, pembawaan diri Jim yang sedikit cuek malah akan seperti kucing dan Anjing begitu bertemu dengan adik Davio, Angelina Queen D’orion.Angel yang manja dan selalu mengikuti Jim, membuat Jim sering di buat kesal dan berakhir Jim mengajaknya bertengkar agar bisa menghindar.“Daddy, aku malas bertemu si manja itu.”Jawaban Jim, membuat Luke menoleh kilas. Jim memang ti
Anna merapikan peralatan masaknya. Baru saja dia, Jasmine dan ke tiga pria yang turut serta meramaikan dunianya selesai sarapan pagi. Dan beberapa saat lagi, dia harus rela melepas Jasmine untuk kembali ke Perancis—meninggalkannya sendirian lagi.Semua teka-teki dan kisah kelam hidupnya sudah berakhir di detik ini. Tak ada yang membebani hidupnya lagi. Semuanya, seperti semula. Dari nilai nol sebagaimana memulai kehidupan barunya saat membuka mata. Bahkan monster bernama Luke tak lagi menakutkan baginya. Apa pun yang berkaitan dengan pria itu, sepenuhnya takluk di bawah kendalinya. Ya, bahkan hanya dengan sekali ucapan saja, Luke akan melakukan apa pun yang dia minta. Tak bisa mengelak dari kenyataan, jika Luke yang juga mencintainya, membuat perasaannya berbunga.Silakan katakan dirinya lemah, dan apa pun semau kalian. Tapi, siapa pun tak akan bisa berkutik jika cinta sudah berbicara dan mengambil peran. Kau mungkin bisa mengendalikan dunia. Tapi hatimu? Maaf, bah
“Silakan, buka mata, Anda.”Anna masih tak memercayainya. Tapi, begitu dia membuka mata. Sosok tinggi menjulang yang bisa dia lihat dan berdiri di depannya dengan wajah penuh bahagia, membuat tangisnya tumpah seketika itu juga.“Peter, hiks ... hiks ....”Peter tak bisa menahan air matanya juga. Dia segera melangkah, dan membawa wanita rapuh itu dalam pelukan besarnya. Mengusap punggungnya yang lemah dengan usapan penyemangat, dan menciumi rambutnya sebagai bentuk kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.“Selamat datang Anna. Terima kasih tetap mau bertahan sampai di titik ini,” ucap Peter penuh haru. Dia bahagia. Sangat bahagia karena berhasil menyelamatkan ibu keponakannya, dan wanita yang sudah memberikan Jasmine nya dunia terang benderang seperti sekarang.Anna terisak. Dia belum mampu bersuara. Kenyataan ini, masih belum bisa dia terima dengan akal sehat. Semuanya sangat mustahil, tapi kenapa bisa terjadi?Para dokter itu memilih keluar dari ruangan. Mer
Peter sampai di ruangan putih yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang terbaring lemah dengan mata yang masih tertutup rapat oleh kapas. Wanita itu memang sudah siuman. Tapi, untuk penglihatannya, baru hari ini dokter akan membukanya dan melihat bagaimana hasil kinerja mereka.Peter melangkah mendekat. Anna tak se kurus yang dia lihat terakhir kali. Wanita itu lebih berisi dengan wajah tak menampakkan kesedihan lagi. Apa mungkin, karena wanita itu sedang tidur hingga kesedihannya tak nampak lagi?3 dokter yang dibawa Peter khusus dari Perancis, datang dengan pakaian kerja mereka yang baru. Ke 3 dokter itu memberinya senyuman lebar dengan sedikit anggukan kepala.“Selamat pagi, Tuan.”Peter mengangkat sebelah tangannya. Bukannya dia tidak mau membuka suara untuk menyapa mereka. Hanya saja, dia tidak mau Anna mendengar suaranya, sebelum Anna melihatnya secara langsung. Dia ingin tau bagaimana reaksi wanita itu saat melihatnya untuk yang pertama kali.Tak lama, Anna
Peter mengusap wajahnya kasar. Kenapa harus se menyakitkan ini rasanya. Di depan matanya, dia harus menyaksikan 3 orang yang paling dia kasihi, harus bertaruh nyawa. Meski salah satu di antaranya sudah benar-benar menyerah untuk berjuang.“Tuan, jantungnya kembali berdetak!”Celetukan seorang dokter yang sedang menangani Anna, membuat Peter tentu saja tersentak dan lekas mendekat.“Apa?! Jangan main-main, atau aku akan membunuhmu saat ini juga!” ancam Peter dengan mata yang memerah. Anna sudah menyerah, dan 2 bagian tubuhnya sudah di ambil karena permintaan Anna sendiri. Lantas, permainan takdir macam apa lagi ini?“Lihat monitornya, Tuan. Jantungnya kembali berdetak, bahkan pernapasannya mendekati batas normal. Ini sebuah keajaiban.”Peter terdiam. Dia tau dokter itu berkata benar. Dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui kehidupan seseorang lewat monitor itu. Anna masih hidup. Tuhan memberinya sebuah keajaiban besar.“Maukah kau membantuku?” tanya Peter
Ck!“Kenapa melihatku seperti itu?! Duduk! Aku akan mengobatimu!”Luke tersadar dari lamunannya. Lamunan manis tentangnya yang bisa memeluk Anna, dan Anna yang mau menerimanya kembali. Tapi kenyataannya?Luke harus belajar dari kenyataan. Jika Anna di depannya kini bukanlah Anna yang akan dengan mudah dia taklukkan. Dia masih harus berjuang keras, untuk mendapatkan maaf wanita itu. Baru setelahnya, dia bisa berpikir bagaimana caranya membuat wanita itu kembali ke dalam pelukannya.“Aku bisa melakukannya sendiri, Anna. Jangan merepotkan dirimu,” ucap Luke dan mendapat dengusan sebal dari wanita itu.“Songongnya masih nggak berubah ya, meski sudah tua?” cibir Anna sambil mengambil kapas yang sudah dia bubuhi dengan obat, dan menempelkan kapas tersebut di sudut bibir Luke yang berdarah, “aku juga nggak mau kerepotan ngobatin kamu, jika saja saudaraku nggak mukulin kamu, sampai tangan kamu patah!” Lanjut Anna membuat alis Luke menukik sebelah.Patah? Tangan
Mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang yang tak begitu besar. Sekilas, mirip hunian orang biasa. Rumah yang di tempati Anna terlihat damai dengan sebuah pondok kecil yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Dan taman kecil yang menjadi penghubung antara rumah dan pondok itu, sangat asri dilihat. Membuat siapa pun yang melihatnya akan merasakan ketenangan. Nyatanya, Anna masih tak berubah. Wanita itu masih sangat menyukai bunga dengan segala definisinya.Luke turun dari mobil. Dia terpaksa satu mobil dengan Jasmine dan Peter karena kondisinya yang tak mungkin menyetir mobil sendirian. Di mobil tadi pun, harus Jasmine yang menyetir karena kondisi Peter sama mengenaskannya seperti dirinya. Sedangkan Davio? Pria kejam itu mungkin sudah sampai beberapa menit yang lalu melihat mobilnya sudah terparkir di garasi.Mereka ber tiga turun. Luke sempat ragu untuk mengikuti Jasmine dan Peter yang hendak memasuki pintu. Dirinya merasa tidak pantas untuk bertemu denga