Selena yang melihat tuannya sudah pulang tentu saja bersorak gembira. Untung sebelum keluar dari kamarnya tadi, dia sudah lebih dulu berdandan cantik dan memakai pakaian yang sangat sexi. Hari sudah malam, tuannya tentu saja membutuhkan kehangatan di ranjang. Dan dia juga sudah siap menjadi santapan yang lezat.
Selena mendekat dan bergelayut manja di lengan kekar tuannya. Kebetulan juga, Selena melihat istri tuannya yang kumal berada di sana. Jadi, dia bisa menggoda tuannya sekaligus membuat istri tuannya yang kumal itu kebakaran, sakit hati, dan merasa tak berguna.
“Tuan, mau aku buatkan sesuatu?” tanya Selena dengan suara khas nya yang membakar. “sesuatu yang panas seperti kopi atau nasi goreng mungkin?” lanjut Selena sambil menggerakkan jemarinya di barisan kancing kemeja Luke dan sengaja membuka dua kancing teratas.
Anna meremas ubin sudut wastafel sampai tangannya memutih. Kenapa sih, wanita sialan itu selalu datang di waktu yang tidak tepat?
Luke tidak bisa berkata-kata begitu melihat Anna yang menumpahkan segala emosi yang mungkin sejak lama hanya bisa Anna pendam. Melihat Anna yang menangis terisak, membuat Luke juga merasakan sesak dalam dadanya. Tak bisa dia pungkiri, jika pengaruh Anna mulai menarik perhatiannya tak lebih dari satu. Ada hatinya yang juga Anna kendalikan. Dan dirinya bisa apa? Satu persatu bagian dari dirinya mulai berkhianat dan tertarik pada magnet yang diciptakan oleh Anna.“Tuan?”Suara Selena yang biasanya tak berpengaruh apa-apa, justru kali ini membuat Luke muak. Bagaimana pun, Selena turut menjadi penyebab berdukanya Anna. “Angkat kakimu dari rumahku sekarang juga!” desis Luke tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung Anna yang mulai lenyap di balik pintu kamarnya.“Tapi Tuan—““Aku bilang pergi jalang!” tegas Luke dengan auranya yang menghitam. Entahlah, Luke tiba-tiba ingin mengamuk dan menghancurkan apa pun yang berada di depannya.
Anna bahagia—sangat bahagia. Karena nyatanya, Luke lebih memilih dirinya dan mengusir pelacur yang sudah berhasil memorak-porandakan rumah tangganya berminggu-minggu lamanya. Kini, dia tidak perlu khawatir lagi dengan kehidupan rumah tangga nya yang akan dia dan Luke mulai dari awal.Anna senyum-senyum sendiri di dada bidang suaminya yang selama ini, sudah dia idam-idamkan sebagai tempat bersandarnya. Dan hari ini, akhirnya dada bidang itu bisa dia miliki. Kemudian, lambat laun Anna akan memiliki semuanya. Bukan hanya raga Luke tapi juga cintanya.Cup!Tubuh Anna terkesiap saat merasakan kecupan Luke di bahunya. Sebentar, perasaan sejak tadi, sentuhan Luke sangat terasa di kulitnya? Rasanya, tidak ada kain yang menutupi tubuhnya?Kecurigaan itu, membuat Anna menunduk dan...“Luke! Mana bajuku?!” teriak Anna belingsatan saat melihat dirinya yang hanya memakai Bra dan celana pendek saja. “apa yang sudah kamu lakuka
Anna bersenandung ria sambil memotong sayuran dengan tangannya yang lincah. Entah, bagaimana dia harus mengungkapkan betapa bahagianya hatinya saat ini. Luke mulai menerimanya sebagai seorang istri. Hubungan mereka sudah melangkah lebih jauh, dan Anna yakin. Sebentar lagi, rumah tangga mereka akan bahagia seperti rumah tangga pasangan lainnya yang saling mencintai. Hanya ada satu yang kurang. Ya, Luke belum mencintainya.“Pagi, Sayang.”Anna sempat tersentak, kala sebuah tangan besar melingkar perutnya dan tubuh kekar suaminya yang hangat itu menempel dengan tubuhnya. Sapaan manis di pagi hari, dan kehangatan seperti ini yang belum pernah dia dapatkan sejak awal, tentu saja membuat Anna kaget. Biasanya ‘kan, setiap pagi Luke marah-marah tak jelas dan membentak dengan sangat kasar.“Pa-pagi,” jawab Anna gugup. Wajahnya mendadak panas dan pipinya pasti merona. Posisi se intim ini, masih tabu baginya.“Masih belum terbiasa. Nanti juga jad
Luke membawa Anna keluar rumah. Beberapa menit sebelumnya, mereka sudah sarapan pagi, lengkap beserta dengan serba-serbi keromantisan. Anna yang lebih terbuka dengan keinginannya, membuat Luke gemas dan melakukan apa pun yang Anna minta.Luke melirik Anna yang membuang pandangannya ke luar jendela mobil dengan wajah berbinar. Anna pasti senang, saat terbebas sejenak dari rumahnya yang memenjarakan Anna. Luke pun tau, kedekatan mereka turut menjadi sumber kebahagiaan yang terpancar di wajah Anna yang sesekali, Luke dapati merona.“Kita mau ke mana?” tanya Anna.“Nggak tau.”“Loh, bukannya kamu yang punya rencana?” lanjut Anna, tak mengerti.Luke tertawa kilas. Melihat mimik wajah Anna yang minta di garap secepatnya. “Selama kita nikah, hal wajib apa yang belum kita laku in sampek sekarang?” tanya Luke sambil menatap Anna sejenak. Memang sejak menikah, Luke tidak pernah melakukan sesuatu seperti pasangan lainnya yang ber
Tak terasa, mereka sudah sampai di rumah. Anna sampai di buat ngeri, melihat bagaimana Luke mengemudikan mobil mereka dengan sangat cepat seperti orang kesetanan, dan Anna pun tau apa penyebabnya.Luke sepertinya, akan membuat Anna tak bisa bangun dari tempat tidur, mulai sekarang.Luke turun dari mobil dengan cepat, kemudian segera menarik Anna ke dalam pelukannya.“Luke! A-apa yang—mmhh!”Perkataan Anna malah Luke bungkam dengan kecupan yang menggebu -gebu. Dia sudah tidak bisa menahannya lagi. Anna harus segera dia miliki.Anna larut dalam kecupan-kecupan singkat itu. Kepalanya sampai bergerak tak tentu arah karena tak ingin kehilangan rasa panas dari bibir Luke yang membuatnya kecanduan.Tangannya malah semakin nakal. Mengalung dengan sedikit meremas rambut dan tengkuk belakang suaminya.Mereka berdua, tak peduli tempat. Mereka asyik mencumbu seperti pasangan suami istri yang saling mencintai. Padahal,
4 bulan berlalu. Rumah tangga Luke dan Anna, sudah bahagia layaknya rumah tangga pasangan suami istri lainnya. Mereka hidup harmonis, dan selama itu tidak ada pertengkaran di antara mereka, meskipun ungkapan cinta tetap ada di sebelah pihak. Tapi Anna tak mempermasalahkannya. Karena yang terpenting, Luke sudah berubah.Luke tidak lagi membatasi Anna. Sekarang, Anna bebas bergaul dengan keluarganya dan bebas ke mana pun yang Anna suka.Hari ini, Luke ada pertemuan penting dengan kolega bisnisnya yang baru. Anna dengar-dengar, pebisnis itu dari Indonesia yang merintis usaha di bidang Properti.“Pagi, sweet heart ...”Cup!Sapaan selamat pagi dan kecupan hangat itu, sudah biasa Anna dapatkan setiap pagi.Anna tersenyum lebar. Dia berbalik arah dan membalas kecupan suami tercintanya itu, di kedua pipi Luke yang tirus dan sedikit bercambang halus.“Pagi, My jerk husband ... “ balas Anna sambil tertawa dan menda
Luke menapakkan kaki di perusahaan besarnya. Perusahaan yang tergabung dari warisan ayah Alex dan ayah mertuanya, papa Axel. Kini, perusahaan miliknya, semakin besar berkat kerja keras dan ke uletan nya.Peter juga turut andil menjadi penopang, yang selalu kokoh mendorong perusahaannya dari belakang.“Astaga, Luxander. Kau baru sampai? Orang Indonesia itu sudah di sini sejak beberapa menit yang lalu.”Peter yang menyambut Luke dengan omelan panjangnya, membuat Luke hanya mendengus—sebal. Jangan lupa, Peter yang sudah membuatnya terlambat, karena bangun kesiangan. Aktivitas panasnya, bersama Anna juga harus gagal total. Karena, sepanjang malam, Jasmine dan Peter bergantian menghubunginya, hanya demi membujuknya untuk meminta istri kolega bisnisnya yang dari Indonesia, menyetujui permintaannya, yakni memasakkan Jasmine makanan bernama sate.“Luke, kau dengar aku tidak?” sungut Peter sambil mengikuti langkah Luke yang hendak memasuk
Anna mengemudikan mobilnya sedikit tergesa. Seharusnya, dia ke apotek dulu, baru menemui keluarga besarnya. Sekarang, karena ulah Davio dan Jasmine, dia harus tertahan berjam-jam di rumah besarnya, dan baru bisa pulang setelah hari mulai gelap.Anna sudah sampai di depan apotek. Dia melangkah turun dari mobil, dan masuk ke dalam apotek dengan cepat. Dia harus segera mendapatkan benda yang dia cari, sebelum Luke menyusulnya setelah meneleponnya puluhan kali.Anna menghampiri salah seorang petugas wanita yang berada di sana. Kebetulan, situasi di sana tidak begitu ramai. Tapi kenapa? Untuk sekedar mengatakan benda yang sedang dia cari, rasanya Anna begitu—bimbang?“Ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu dengan ramah, tapi sukses membuat Anna sedikit tersentak. Demi penguasa jagat raya. Sungguh, Anna mendengar suara wanita itu menggelegar di pendengarannya. Dirinya yang sangat takut, atau memang mungkin kenyataannya jika pelaya
Beberapa hari kemudian.“Aku akan membawa Angel pergi.”Suara Davio yang tiba-tiba terdengar, membuat semua keluarga tentu saja shock. Tiada angin, tiada hujan, kenapa Davio bersikap aneh seperti ini?Peter bangkit. Dia tidak akan menerima keinginan secara sepihak dan tak masuk akal itu. “Pergi ke mana? Angel tidak akan pergi ke mana pun. Dia akan melanjutkan pendidikannya di sini saja.” Tolak Peter membuat Davio harus memutar akal. Dia harus bisa membuat Angel jauh dari keluarganya, agar adiknya itu tak semakin tertekan kala rahasianya terbongkar.“Aku berjanji akan menjaganya. Lagi pula, universitas London lebih bagus dari pada di sini. Angel juga mengatakan, jika dia ingin belajar mandiri. Jadi, kenapa kita tidak membiarkan dia mencobanya dulu?” jelas Dave. Semoga saja, alasannya kali ini disetujui oleh ayahnya.Rose, Katherine dan Jasmine bungkam. Semua keputusan ada ditangan para lelaki penguasa itu. Yang terpenting bagi mereka adalah, Angel baik-baik sa
“Bagaimana kabarmu?”Luke menyapa wanita yang kini duduk di depannya dengan rambut digulung tinggi. Satu-satunya wanita yang berhasil membolak-balikkan dunianya, dan wanita yang selalu dia rindukan sampai-sampai membuatnya hampir mati.“Kamu lihat, bagaimana kelakuan putramu di pesta ulang tahunnya kemarin ‘kan?” lanjut Luke sambil mengusap wajahnya kasar, “bocah itu ... selalu membuatku naik darah!”“Hahaha ...” wanita itu terbahak. Tapi segera, dia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.“Jangan tertawa, Anna. Bocah itu, semakin menyebalkan!”Anna membuat gerakan seperti mengunci mulutnya. Perutnya seperti digelitiki, sungguh dia masih ingin tertawa keras melihat bagaimana frustasi nya Luke saat ini.Luke selalu mengunjunginya setiap akhir pekan. Padahal setiap hari, mereka sudah bertemu lewat video call. Pria itu bahkan tiada bosannya mengiriminya pesan yang kadang tak masuk akal.”Sepertinya, tantanganku di mulai dari sekarang.”
8 Tahun kemudian..“Ayo, Nak. Nanti kita bisa terlambat!” ajak Luke pada putranya yang saat itu hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.Jim Luxander Thomas. Putra Luke dan mendiang Anastasia yang saat ini sudah berusia 18 tahun. Ralat. Putera Luke dan Annastasia yang masih setia bersembunyi dari dunia demi sebuah tantangan. Yakni, tantangan akan kembali ke dalam pelukan Luke, asalkan Luke berhasil membuat Jim tidak mengikuti jejak ke berengsekan nya.Jim. Laki-laki yang berambut hitam legam itu, sangat akrab dengan Davio meskipun usia mereka berselisih sekitar 7 tahun. Namun, pembawaan diri Jim yang sedikit cuek malah akan seperti kucing dan Anjing begitu bertemu dengan adik Davio, Angelina Queen D’orion.Angel yang manja dan selalu mengikuti Jim, membuat Jim sering di buat kesal dan berakhir Jim mengajaknya bertengkar agar bisa menghindar.“Daddy, aku malas bertemu si manja itu.”Jawaban Jim, membuat Luke menoleh kilas. Jim memang ti
Anna merapikan peralatan masaknya. Baru saja dia, Jasmine dan ke tiga pria yang turut serta meramaikan dunianya selesai sarapan pagi. Dan beberapa saat lagi, dia harus rela melepas Jasmine untuk kembali ke Perancis—meninggalkannya sendirian lagi.Semua teka-teki dan kisah kelam hidupnya sudah berakhir di detik ini. Tak ada yang membebani hidupnya lagi. Semuanya, seperti semula. Dari nilai nol sebagaimana memulai kehidupan barunya saat membuka mata. Bahkan monster bernama Luke tak lagi menakutkan baginya. Apa pun yang berkaitan dengan pria itu, sepenuhnya takluk di bawah kendalinya. Ya, bahkan hanya dengan sekali ucapan saja, Luke akan melakukan apa pun yang dia minta. Tak bisa mengelak dari kenyataan, jika Luke yang juga mencintainya, membuat perasaannya berbunga.Silakan katakan dirinya lemah, dan apa pun semau kalian. Tapi, siapa pun tak akan bisa berkutik jika cinta sudah berbicara dan mengambil peran. Kau mungkin bisa mengendalikan dunia. Tapi hatimu? Maaf, bah
“Silakan, buka mata, Anda.”Anna masih tak memercayainya. Tapi, begitu dia membuka mata. Sosok tinggi menjulang yang bisa dia lihat dan berdiri di depannya dengan wajah penuh bahagia, membuat tangisnya tumpah seketika itu juga.“Peter, hiks ... hiks ....”Peter tak bisa menahan air matanya juga. Dia segera melangkah, dan membawa wanita rapuh itu dalam pelukan besarnya. Mengusap punggungnya yang lemah dengan usapan penyemangat, dan menciumi rambutnya sebagai bentuk kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.“Selamat datang Anna. Terima kasih tetap mau bertahan sampai di titik ini,” ucap Peter penuh haru. Dia bahagia. Sangat bahagia karena berhasil menyelamatkan ibu keponakannya, dan wanita yang sudah memberikan Jasmine nya dunia terang benderang seperti sekarang.Anna terisak. Dia belum mampu bersuara. Kenyataan ini, masih belum bisa dia terima dengan akal sehat. Semuanya sangat mustahil, tapi kenapa bisa terjadi?Para dokter itu memilih keluar dari ruangan. Mer
Peter sampai di ruangan putih yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang terbaring lemah dengan mata yang masih tertutup rapat oleh kapas. Wanita itu memang sudah siuman. Tapi, untuk penglihatannya, baru hari ini dokter akan membukanya dan melihat bagaimana hasil kinerja mereka.Peter melangkah mendekat. Anna tak se kurus yang dia lihat terakhir kali. Wanita itu lebih berisi dengan wajah tak menampakkan kesedihan lagi. Apa mungkin, karena wanita itu sedang tidur hingga kesedihannya tak nampak lagi?3 dokter yang dibawa Peter khusus dari Perancis, datang dengan pakaian kerja mereka yang baru. Ke 3 dokter itu memberinya senyuman lebar dengan sedikit anggukan kepala.“Selamat pagi, Tuan.”Peter mengangkat sebelah tangannya. Bukannya dia tidak mau membuka suara untuk menyapa mereka. Hanya saja, dia tidak mau Anna mendengar suaranya, sebelum Anna melihatnya secara langsung. Dia ingin tau bagaimana reaksi wanita itu saat melihatnya untuk yang pertama kali.Tak lama, Anna
Peter mengusap wajahnya kasar. Kenapa harus se menyakitkan ini rasanya. Di depan matanya, dia harus menyaksikan 3 orang yang paling dia kasihi, harus bertaruh nyawa. Meski salah satu di antaranya sudah benar-benar menyerah untuk berjuang.“Tuan, jantungnya kembali berdetak!”Celetukan seorang dokter yang sedang menangani Anna, membuat Peter tentu saja tersentak dan lekas mendekat.“Apa?! Jangan main-main, atau aku akan membunuhmu saat ini juga!” ancam Peter dengan mata yang memerah. Anna sudah menyerah, dan 2 bagian tubuhnya sudah di ambil karena permintaan Anna sendiri. Lantas, permainan takdir macam apa lagi ini?“Lihat monitornya, Tuan. Jantungnya kembali berdetak, bahkan pernapasannya mendekati batas normal. Ini sebuah keajaiban.”Peter terdiam. Dia tau dokter itu berkata benar. Dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui kehidupan seseorang lewat monitor itu. Anna masih hidup. Tuhan memberinya sebuah keajaiban besar.“Maukah kau membantuku?” tanya Peter
Ck!“Kenapa melihatku seperti itu?! Duduk! Aku akan mengobatimu!”Luke tersadar dari lamunannya. Lamunan manis tentangnya yang bisa memeluk Anna, dan Anna yang mau menerimanya kembali. Tapi kenyataannya?Luke harus belajar dari kenyataan. Jika Anna di depannya kini bukanlah Anna yang akan dengan mudah dia taklukkan. Dia masih harus berjuang keras, untuk mendapatkan maaf wanita itu. Baru setelahnya, dia bisa berpikir bagaimana caranya membuat wanita itu kembali ke dalam pelukannya.“Aku bisa melakukannya sendiri, Anna. Jangan merepotkan dirimu,” ucap Luke dan mendapat dengusan sebal dari wanita itu.“Songongnya masih nggak berubah ya, meski sudah tua?” cibir Anna sambil mengambil kapas yang sudah dia bubuhi dengan obat, dan menempelkan kapas tersebut di sudut bibir Luke yang berdarah, “aku juga nggak mau kerepotan ngobatin kamu, jika saja saudaraku nggak mukulin kamu, sampai tangan kamu patah!” Lanjut Anna membuat alis Luke menukik sebelah.Patah? Tangan
Mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang yang tak begitu besar. Sekilas, mirip hunian orang biasa. Rumah yang di tempati Anna terlihat damai dengan sebuah pondok kecil yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Dan taman kecil yang menjadi penghubung antara rumah dan pondok itu, sangat asri dilihat. Membuat siapa pun yang melihatnya akan merasakan ketenangan. Nyatanya, Anna masih tak berubah. Wanita itu masih sangat menyukai bunga dengan segala definisinya.Luke turun dari mobil. Dia terpaksa satu mobil dengan Jasmine dan Peter karena kondisinya yang tak mungkin menyetir mobil sendirian. Di mobil tadi pun, harus Jasmine yang menyetir karena kondisi Peter sama mengenaskannya seperti dirinya. Sedangkan Davio? Pria kejam itu mungkin sudah sampai beberapa menit yang lalu melihat mobilnya sudah terparkir di garasi.Mereka ber tiga turun. Luke sempat ragu untuk mengikuti Jasmine dan Peter yang hendak memasuki pintu. Dirinya merasa tidak pantas untuk bertemu denga