Tak terasa, mereka sudah sampai di rumah. Anna sampai di buat ngeri, melihat bagaimana Luke mengemudikan mobil mereka dengan sangat cepat seperti orang kesetanan, dan Anna pun tau apa penyebabnya.
Luke sepertinya, akan membuat Anna tak bisa bangun dari tempat tidur, mulai sekarang.
Luke turun dari mobil dengan cepat, kemudian segera menarik Anna ke dalam pelukannya.
“Luke! A-apa yang—mmhh!”
Perkataan Anna malah Luke bungkam dengan kecupan yang menggebu -gebu. Dia sudah tidak bisa menahannya lagi. Anna harus segera dia miliki.
Anna larut dalam kecupan-kecupan singkat itu. Kepalanya sampai bergerak tak tentu arah karena tak ingin kehilangan rasa panas dari bibir Luke yang membuatnya kecanduan.
Tangannya malah semakin nakal. Mengalung dengan sedikit meremas rambut dan tengkuk belakang suaminya.
Mereka berdua, tak peduli tempat. Mereka asyik mencumbu seperti pasangan suami istri yang saling mencintai. Padahal,
4 bulan berlalu. Rumah tangga Luke dan Anna, sudah bahagia layaknya rumah tangga pasangan suami istri lainnya. Mereka hidup harmonis, dan selama itu tidak ada pertengkaran di antara mereka, meskipun ungkapan cinta tetap ada di sebelah pihak. Tapi Anna tak mempermasalahkannya. Karena yang terpenting, Luke sudah berubah.Luke tidak lagi membatasi Anna. Sekarang, Anna bebas bergaul dengan keluarganya dan bebas ke mana pun yang Anna suka.Hari ini, Luke ada pertemuan penting dengan kolega bisnisnya yang baru. Anna dengar-dengar, pebisnis itu dari Indonesia yang merintis usaha di bidang Properti.“Pagi, sweet heart ...”Cup!Sapaan selamat pagi dan kecupan hangat itu, sudah biasa Anna dapatkan setiap pagi.Anna tersenyum lebar. Dia berbalik arah dan membalas kecupan suami tercintanya itu, di kedua pipi Luke yang tirus dan sedikit bercambang halus.“Pagi, My jerk husband ... “ balas Anna sambil tertawa dan menda
Luke menapakkan kaki di perusahaan besarnya. Perusahaan yang tergabung dari warisan ayah Alex dan ayah mertuanya, papa Axel. Kini, perusahaan miliknya, semakin besar berkat kerja keras dan ke uletan nya.Peter juga turut andil menjadi penopang, yang selalu kokoh mendorong perusahaannya dari belakang.“Astaga, Luxander. Kau baru sampai? Orang Indonesia itu sudah di sini sejak beberapa menit yang lalu.”Peter yang menyambut Luke dengan omelan panjangnya, membuat Luke hanya mendengus—sebal. Jangan lupa, Peter yang sudah membuatnya terlambat, karena bangun kesiangan. Aktivitas panasnya, bersama Anna juga harus gagal total. Karena, sepanjang malam, Jasmine dan Peter bergantian menghubunginya, hanya demi membujuknya untuk meminta istri kolega bisnisnya yang dari Indonesia, menyetujui permintaannya, yakni memasakkan Jasmine makanan bernama sate.“Luke, kau dengar aku tidak?” sungut Peter sambil mengikuti langkah Luke yang hendak memasuk
Anna mengemudikan mobilnya sedikit tergesa. Seharusnya, dia ke apotek dulu, baru menemui keluarga besarnya. Sekarang, karena ulah Davio dan Jasmine, dia harus tertahan berjam-jam di rumah besarnya, dan baru bisa pulang setelah hari mulai gelap.Anna sudah sampai di depan apotek. Dia melangkah turun dari mobil, dan masuk ke dalam apotek dengan cepat. Dia harus segera mendapatkan benda yang dia cari, sebelum Luke menyusulnya setelah meneleponnya puluhan kali.Anna menghampiri salah seorang petugas wanita yang berada di sana. Kebetulan, situasi di sana tidak begitu ramai. Tapi kenapa? Untuk sekedar mengatakan benda yang sedang dia cari, rasanya Anna begitu—bimbang?“Ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu dengan ramah, tapi sukses membuat Anna sedikit tersentak. Demi penguasa jagat raya. Sungguh, Anna mendengar suara wanita itu menggelegar di pendengarannya. Dirinya yang sangat takut, atau memang mungkin kenyataannya jika pelaya
“Anna, kau sudah siap, sayang?”Suara Luke yang memenuhi ruangan, membuat Anna lekas mengambil tas nya setelah melihat penampilannya yang sempurna.Hari ini, dia harus ikut serta bertemu dengan partner kerja suaminya yang datang dari Indonesia, sekaligus bertemu langsung dengan istri pria Indonesia itu untuk mengajak mereka makan malam bersama, nanti malam. Ya—meskipun ada maksud lain, yakni meminta istri pria itu untuk memasak makanan bernama sate yang selalu Jasmine minta.“Ayo, berangkat!” tukas Anna setelah sampai di ruang tamu. Hari ini, dia sampai tidak memasak karena bangun kesiangan. Apalah daya, semalaman dia harus mengalihkan perhatian Luke dari kecurigaannya. Dengan apa? Tentu saja dengan membuat suami tercintanya itu puas di ranjang. Membuat Luke melupakan pertanyaan-pertanyaan, yang membuat Anna hampir pingsan mencari alasan untuk menjawab. Tapi tetap saja. Luke masih belum percaya jika Anna mengunjungi apotek untuk m
Anna mengerucutkan bibirnya—kesal. Inilah yang terjadi sekarang. Dia harus berganti pakaian di salah satu toilet kamar hotel dan kemudian memulai riasan wajahnya dari awal.“Pria menyebalkan itu, selalu melakukan sesuatu seenak dirinya bagai sultan!” rutuk Anna sambil mengeringkan rambutnya.Bagaimana Anna tidak kesal? Di dalam mobil tadi, Luke dengan sengaja merobek bajunya saat mereka tengah berciuman. Kemudian bisa kalian tebak kegiatan apa selanjutnya. Ya. Dia dan Luke bercinta dengan panas selama 1 jam tanpa jeda. Luke menyerangnya dengan rangsangan kenikmatan dan Anna tak mampu menolak. Anna juga tau, seberapa besar Luke menginginkannya. Seakan, Luke ingin menyampaikan ke frustasian nya , amarah, egoisme, juga rasa terpendam yang masih belum mampu Anna jabarkan.Dan setelah pergulatan dadakan mereka tadi, Luke kembali menjadi pribadi yang menyenangkan seperti semula. Sepertinya, emosi yang tadinya menutupi Akal seh
Luke dan Anna duduk di salah satu kursi restoran yang sudah menjadi tempat temu janji antara mereka dan partner bisnis kerja asal Indonesia Itu.“Kita nggak terlambat ‘kan? Jangan-jangan mereka sudah menunggu lama dan akhirnya pergi karena kita tak kunjung datang?” tanya Anna di sela-sela dia memilah kepingan cokelat di mangkuk es krimnya.“Tidak akan Anna.”“Bagaimana kau tau? Kita sudah menghabiskan waktu selama beberapa jam, dan bukannya, niat awal kita akan menemui mereka di kantor?”Luke tersenyum kilas. Anna yang cerewet dengan bibirnya yang bergerak-gerak kecil karena mencicipi es krim yang entah varian rasa apa, menjadi hiburan tersendiri untuknya.“Aku sudah menghubungi mereka. Dan kebetulan, Rigel juga sedang ada urusan mendadak.”Anna mengangguk-angguk kecil. “Oh, jadi namanya Rigel?”“Iya. Dan istrinya, Binar.”“Binar?” Ujar Anna sedikit tersentak.Luje menyipitkan matanya. “Kenapa?
“Anna? Ini serius rumah kalian?” pertanyaan polos Binar saat tiba di depan mansion keluarga besarnya, membuat Anna nyengir kuda.“Hehehe ... Iya, Bi.”Saat ini, Anna dan Binar sudah berada di mansion Daddy Alex. Sengaja, Anna membawa Binar pergi dari restoran lebih dulu, karena ke dua pria itu masih akan mengurus pekerjaan mereka.“Luas ya? Nggak nyangka, kamu se kaya ini loh, Ann?”Celetukan Binar, Anna tertawa pelan. “Mau dengar beberapa kisah gak?”Binar mengangguk dengan penuh semangatnya. “Mau, mau!”“Kalau begitu, mari sapa keluarga besarku dulu.”Anna beberapa kali terkikik geli, melihat bagaimana keterkejutan Binar saat masuk ke dalam mansion.“Pelayan di sini ternyata sangat banyak. Tapi, suasana mansion justru tenang dan damai.”Anna kembali tertawa tipis. “Mereka di buatkan paviliun khusus di belakang mansion. Saat sudah selesai bekerja, beberapa dari mereka akan kembali ke paviliun.”Bina
Ruangan itu riuh rendah terdengar obrolan hangat dan beberapa gelak tawa. Acara makan malam sudah dimulai sejak tadi, dan mungkin akan selesai sebentar lagi.“Jasmine, kamu masih belum kenyang?” tanya Luke dengan spontan saat melihat Jasmine yang disuapi Peter masih sangat lahap makannya. Tak heran juga karena Jasmine sedang hamil, dan mungkin kerakusannya karena keinginan bayinya. Tapi, jika Jasmine tidak berhenti makan seperti itu, Luke khawatir, Jasmine akan sakit perut dan mengalami sesuatu yang tidak baik nantinya.Jasmine tersenyum manis dengan pipi menggembung. “Sate buatan Binar, enak. Aku nggak bisa berhenti makan.” Jawaban Jasmine, membuat semua yang berada di sana mengangguk pertanda setuju.“Iya. Binar pintar sekali memasak. Masakannya sangat enak. Kenapa tidak mencoba mengembangkan bisnis kuliner saja?” tanya Luke.Binar dan Rigel, terlihat bertatapan sejenak. Tatapan Binar yang sendu, Rigel balas dengan tatap tajam—
Beberapa hari kemudian.“Aku akan membawa Angel pergi.”Suara Davio yang tiba-tiba terdengar, membuat semua keluarga tentu saja shock. Tiada angin, tiada hujan, kenapa Davio bersikap aneh seperti ini?Peter bangkit. Dia tidak akan menerima keinginan secara sepihak dan tak masuk akal itu. “Pergi ke mana? Angel tidak akan pergi ke mana pun. Dia akan melanjutkan pendidikannya di sini saja.” Tolak Peter membuat Davio harus memutar akal. Dia harus bisa membuat Angel jauh dari keluarganya, agar adiknya itu tak semakin tertekan kala rahasianya terbongkar.“Aku berjanji akan menjaganya. Lagi pula, universitas London lebih bagus dari pada di sini. Angel juga mengatakan, jika dia ingin belajar mandiri. Jadi, kenapa kita tidak membiarkan dia mencobanya dulu?” jelas Dave. Semoga saja, alasannya kali ini disetujui oleh ayahnya.Rose, Katherine dan Jasmine bungkam. Semua keputusan ada ditangan para lelaki penguasa itu. Yang terpenting bagi mereka adalah, Angel baik-baik sa
“Bagaimana kabarmu?”Luke menyapa wanita yang kini duduk di depannya dengan rambut digulung tinggi. Satu-satunya wanita yang berhasil membolak-balikkan dunianya, dan wanita yang selalu dia rindukan sampai-sampai membuatnya hampir mati.“Kamu lihat, bagaimana kelakuan putramu di pesta ulang tahunnya kemarin ‘kan?” lanjut Luke sambil mengusap wajahnya kasar, “bocah itu ... selalu membuatku naik darah!”“Hahaha ...” wanita itu terbahak. Tapi segera, dia menutup mulutnya menggunakan telapak tangan.“Jangan tertawa, Anna. Bocah itu, semakin menyebalkan!”Anna membuat gerakan seperti mengunci mulutnya. Perutnya seperti digelitiki, sungguh dia masih ingin tertawa keras melihat bagaimana frustasi nya Luke saat ini.Luke selalu mengunjunginya setiap akhir pekan. Padahal setiap hari, mereka sudah bertemu lewat video call. Pria itu bahkan tiada bosannya mengiriminya pesan yang kadang tak masuk akal.”Sepertinya, tantanganku di mulai dari sekarang.”
8 Tahun kemudian..“Ayo, Nak. Nanti kita bisa terlambat!” ajak Luke pada putranya yang saat itu hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.Jim Luxander Thomas. Putra Luke dan mendiang Anastasia yang saat ini sudah berusia 18 tahun. Ralat. Putera Luke dan Annastasia yang masih setia bersembunyi dari dunia demi sebuah tantangan. Yakni, tantangan akan kembali ke dalam pelukan Luke, asalkan Luke berhasil membuat Jim tidak mengikuti jejak ke berengsekan nya.Jim. Laki-laki yang berambut hitam legam itu, sangat akrab dengan Davio meskipun usia mereka berselisih sekitar 7 tahun. Namun, pembawaan diri Jim yang sedikit cuek malah akan seperti kucing dan Anjing begitu bertemu dengan adik Davio, Angelina Queen D’orion.Angel yang manja dan selalu mengikuti Jim, membuat Jim sering di buat kesal dan berakhir Jim mengajaknya bertengkar agar bisa menghindar.“Daddy, aku malas bertemu si manja itu.”Jawaban Jim, membuat Luke menoleh kilas. Jim memang ti
Anna merapikan peralatan masaknya. Baru saja dia, Jasmine dan ke tiga pria yang turut serta meramaikan dunianya selesai sarapan pagi. Dan beberapa saat lagi, dia harus rela melepas Jasmine untuk kembali ke Perancis—meninggalkannya sendirian lagi.Semua teka-teki dan kisah kelam hidupnya sudah berakhir di detik ini. Tak ada yang membebani hidupnya lagi. Semuanya, seperti semula. Dari nilai nol sebagaimana memulai kehidupan barunya saat membuka mata. Bahkan monster bernama Luke tak lagi menakutkan baginya. Apa pun yang berkaitan dengan pria itu, sepenuhnya takluk di bawah kendalinya. Ya, bahkan hanya dengan sekali ucapan saja, Luke akan melakukan apa pun yang dia minta. Tak bisa mengelak dari kenyataan, jika Luke yang juga mencintainya, membuat perasaannya berbunga.Silakan katakan dirinya lemah, dan apa pun semau kalian. Tapi, siapa pun tak akan bisa berkutik jika cinta sudah berbicara dan mengambil peran. Kau mungkin bisa mengendalikan dunia. Tapi hatimu? Maaf, bah
“Silakan, buka mata, Anda.”Anna masih tak memercayainya. Tapi, begitu dia membuka mata. Sosok tinggi menjulang yang bisa dia lihat dan berdiri di depannya dengan wajah penuh bahagia, membuat tangisnya tumpah seketika itu juga.“Peter, hiks ... hiks ....”Peter tak bisa menahan air matanya juga. Dia segera melangkah, dan membawa wanita rapuh itu dalam pelukan besarnya. Mengusap punggungnya yang lemah dengan usapan penyemangat, dan menciumi rambutnya sebagai bentuk kasih sayang seorang kakak kepada adiknya.“Selamat datang Anna. Terima kasih tetap mau bertahan sampai di titik ini,” ucap Peter penuh haru. Dia bahagia. Sangat bahagia karena berhasil menyelamatkan ibu keponakannya, dan wanita yang sudah memberikan Jasmine nya dunia terang benderang seperti sekarang.Anna terisak. Dia belum mampu bersuara. Kenyataan ini, masih belum bisa dia terima dengan akal sehat. Semuanya sangat mustahil, tapi kenapa bisa terjadi?Para dokter itu memilih keluar dari ruangan. Mer
Peter sampai di ruangan putih yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang terbaring lemah dengan mata yang masih tertutup rapat oleh kapas. Wanita itu memang sudah siuman. Tapi, untuk penglihatannya, baru hari ini dokter akan membukanya dan melihat bagaimana hasil kinerja mereka.Peter melangkah mendekat. Anna tak se kurus yang dia lihat terakhir kali. Wanita itu lebih berisi dengan wajah tak menampakkan kesedihan lagi. Apa mungkin, karena wanita itu sedang tidur hingga kesedihannya tak nampak lagi?3 dokter yang dibawa Peter khusus dari Perancis, datang dengan pakaian kerja mereka yang baru. Ke 3 dokter itu memberinya senyuman lebar dengan sedikit anggukan kepala.“Selamat pagi, Tuan.”Peter mengangkat sebelah tangannya. Bukannya dia tidak mau membuka suara untuk menyapa mereka. Hanya saja, dia tidak mau Anna mendengar suaranya, sebelum Anna melihatnya secara langsung. Dia ingin tau bagaimana reaksi wanita itu saat melihatnya untuk yang pertama kali.Tak lama, Anna
Peter mengusap wajahnya kasar. Kenapa harus se menyakitkan ini rasanya. Di depan matanya, dia harus menyaksikan 3 orang yang paling dia kasihi, harus bertaruh nyawa. Meski salah satu di antaranya sudah benar-benar menyerah untuk berjuang.“Tuan, jantungnya kembali berdetak!”Celetukan seorang dokter yang sedang menangani Anna, membuat Peter tentu saja tersentak dan lekas mendekat.“Apa?! Jangan main-main, atau aku akan membunuhmu saat ini juga!” ancam Peter dengan mata yang memerah. Anna sudah menyerah, dan 2 bagian tubuhnya sudah di ambil karena permintaan Anna sendiri. Lantas, permainan takdir macam apa lagi ini?“Lihat monitornya, Tuan. Jantungnya kembali berdetak, bahkan pernapasannya mendekati batas normal. Ini sebuah keajaiban.”Peter terdiam. Dia tau dokter itu berkata benar. Dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui kehidupan seseorang lewat monitor itu. Anna masih hidup. Tuhan memberinya sebuah keajaiban besar.“Maukah kau membantuku?” tanya Peter
Ck!“Kenapa melihatku seperti itu?! Duduk! Aku akan mengobatimu!”Luke tersadar dari lamunannya. Lamunan manis tentangnya yang bisa memeluk Anna, dan Anna yang mau menerimanya kembali. Tapi kenyataannya?Luke harus belajar dari kenyataan. Jika Anna di depannya kini bukanlah Anna yang akan dengan mudah dia taklukkan. Dia masih harus berjuang keras, untuk mendapatkan maaf wanita itu. Baru setelahnya, dia bisa berpikir bagaimana caranya membuat wanita itu kembali ke dalam pelukannya.“Aku bisa melakukannya sendiri, Anna. Jangan merepotkan dirimu,” ucap Luke dan mendapat dengusan sebal dari wanita itu.“Songongnya masih nggak berubah ya, meski sudah tua?” cibir Anna sambil mengambil kapas yang sudah dia bubuhi dengan obat, dan menempelkan kapas tersebut di sudut bibir Luke yang berdarah, “aku juga nggak mau kerepotan ngobatin kamu, jika saja saudaraku nggak mukulin kamu, sampai tangan kamu patah!” Lanjut Anna membuat alis Luke menukik sebelah.Patah? Tangan
Mobil yang mereka tumpangi memasuki gerbang yang tak begitu besar. Sekilas, mirip hunian orang biasa. Rumah yang di tempati Anna terlihat damai dengan sebuah pondok kecil yang letaknya tak begitu jauh dari rumah. Dan taman kecil yang menjadi penghubung antara rumah dan pondok itu, sangat asri dilihat. Membuat siapa pun yang melihatnya akan merasakan ketenangan. Nyatanya, Anna masih tak berubah. Wanita itu masih sangat menyukai bunga dengan segala definisinya.Luke turun dari mobil. Dia terpaksa satu mobil dengan Jasmine dan Peter karena kondisinya yang tak mungkin menyetir mobil sendirian. Di mobil tadi pun, harus Jasmine yang menyetir karena kondisi Peter sama mengenaskannya seperti dirinya. Sedangkan Davio? Pria kejam itu mungkin sudah sampai beberapa menit yang lalu melihat mobilnya sudah terparkir di garasi.Mereka ber tiga turun. Luke sempat ragu untuk mengikuti Jasmine dan Peter yang hendak memasuki pintu. Dirinya merasa tidak pantas untuk bertemu denga