Boris menatap Jesse dengan datar bertanya, "Bagaimana?"Lelaki itu menyerahkan laporan pemeriksaan yang dia dapat dari pihak medis kepada Boris dan menjawab, “Sama dengan dugaan Anda."Boris mengambilnya dan melirik sekilas pada laporan tersebut. Di laporan tersebut tertulis jelas, bahwa si korban menderita kanker lambung dan diperkirakan hanya memiliki waktu hidup lebih dari satu bulan. Jadi, semuanya menjadi jelas.Karena korban memiliki penyakit ganas, keluarganya pun sudah menyadari hal ini. Alasan mereka menolak autopsi adalah karena takut Boris dan polisi akan menemukan fakta tersebut. Kini terlihat, semuanya sudah direncanakan sebelumnya.Boris menyipitkan matanya dan memasang raut dingin sambil berkata, “Biarkan Pak Jodi yang menunjukkan laporan ini pada mereka. Saya ingin tahu bagaimana mereka akan membela diri."Jesse mengangguk dan turun untuk masuk ke kantor polisi. Dia menyerahkan laporan itu kepada Jodi. Melihat laporan tersebut, Jodi bertanya, "Apakah situasi ini benar?"
Ketika berhadapan dengan permohonan dari keluarga korban, Jesse segera meminta petunjuk dari Boris, “Pak Boris, menurut Anda apakah kita masih perlu menuntut pertanggungjawaban mereka?”Boris terdiam sejenak, kemudian dengan nada datar berkata, “Biar mereka menerima wawancara media dan mengungkapkan semuanya. Meskipun mereka sebagai keluarga inti mungkin bukan dalang dari rencana ini, keinginan mereka untuk meraih keuntungan sudah jelas.”“Kalau Morrison Group mengalah, itu berarti mereka berhasil. Jadi, tanggung jawab yang harus mereka pikul nggak akan dibatalkan. Sedangkan untuk kompensasi, urusan mereka mau menerimanya atau nggak. Kita biarkan pihak polisi yang menentukan jumlah kompensasi yang sesuai.”Dalang utama dalam insiden ini adalah sepupu korban, jadi sudah sewajarnya dia bertanggung jawab penuh atas akibatnya. Namun, sebelum itu, Boris ingin mendapatkan pengakuan dari mulutnya. Jadi setelah berpikir sejenak, dia memberi instruksi pada Jesse, “Cari cara untuk membawa orang
Pria itu tidak menjawab dan berkata, “Apa yang kalian lakukan ini melanggar hukum! Aku akan melaporkan kalian sudah berkolusi dengan polisi untuk menindas orang, ini melanggar hukum … Ah!”Salah satu pengawal yang berdiri di dekatnya langsung menendang lelaki itu ketika melihat sikapnya. Tatapan dingin Boris sekilas mengarah ke pengawal itu, lalu dengan tenang dia berkata, “Biarkan dia duduk untuk berbicara denganku.”Pengawal itu segera mengerti dan menarik lelaki tersebut. Dia mendudukannya di sofa yang ada di hadapan Boris. Suara lelaki itu sudah serak, mungkin karena terus berteriak sejak keluar dari kantor polisi.Boris menatapnya dengan dingin dan berkata, “Menurutmu, kalau aku bisa membawamu keluar dari kantor polisi, aku akan membiarkanmu melaporkan bahwa aku berkolusi dengan pihak kepolisian?”“Apa yang mau kamu lakukan? Kuberi tahu, kamu nggak boleh sembarangan, kalau nggak ….”“Kalau nggak kenapa?” Boris tertawa sinis. “Kamu mau meminta orang yang memerintahmu untuk melapork
Setelah minum, dia meletakkan gelas dan bangkit berdiri sambil berkata, “Sudahlah, serahkan saja ke pihak polisi. Biarkan mereka menanganinya sesuai aturan, satu-satunya permintaanku adalah segera disidang dan biarkan aku yang memutuskan apa konsekuensi fisiknya.”Lelaki itu memahami maksud perkataan Boris. Meski Boris tidak bisa sepenuhnya mengontrol prosedur kepolisian, situasi di dalam penjara bisa saja berbeda. Semua karena di sana ada berbagai macam orang dan apa pun bisa terjadi.Lelaki itu mengerti ancaman tersebut dan segera bangkit untuk mengadang Boris. Karena tangannya diborgol, dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai.Sambil mendongak, lelaki itu berkata, “Pak Boris, aku akan bicara, aku akan bicara. Meski aku nggak sempat melihat wajahnya secara jelas, aku merekam video saat dia memberikan instruksi. Dia memakai topi dan masker, berpakaian serba hitam. Mungkin kamu bisa menemukan petunjuk dari sini.”Boris berhenti sejenak dan menoleh sembari berkata, “Kamu tahu ko
Dia berkata dengan tenang, “Boris, aku mengerti apa yang kamu katakan, tapi menurutku, kalau ada yang mendukung Morrison Grup apalagi di saat genting seperti ini, itu lebih baik daripada nggak ada yang mendukung sama sekali, bukan?”“Tentu saja. Tapi sampai sekarang aku belum menemukan siapa sebenarnya dalang yang mengatur dukungan dari orang-orang dan perusahaan-perusahaan itu untuk Morrison Group,” suara lelaki itu terdengar jelas tetapi membuat Zola menggigit bibirnya secara refleks.Dengan suara pelan, dia bertanya, “Lalu menurutmu siapa yang paling mungkin?”Boris berpikir sejenak. “Sebenarnya siapa pun bisa saja, tapi nggak ada yang benar-benar terlihat jelas. Mengumpulkan begitu banyak orang dan perusahaan itu nggak mudah, tapi hanya ada sedikit orang yang mungkin mampu melakukannya.”“Di antara orang-orang yang kita kenal, nggak ada seorang pun yang bisa bertindak secara anonim seperti ini. Jadi, untuk sementara, aku belum tahu siapa pelakunya.”Zola mengangguk pelan, pandangan
Sikap Zola sangat tegas. Dia sedang memberi tahu Mahendra dengan cara ini untuk tidak mencampuri urusannya dengan dalih peduli dan berpura-pura demi kebaikannya. Lelaki itu sudah melampaui batas.Terutama akhir-akhir ini, kata-katanya membuat Zola merasa dia sudah tidak mengenali orang ini lagi. Terasa sangat asing hingga membatnya tidak nyaman.Keduanya saling menatap terdiam. Setelah hampir setengah menit, Zola akhirnya berkata, “Kalau nggak ada hal lain, aku mau pergi kerja dulu.” “Zola.” Mahendra langsung menahannya dengan berkata “Apakah kamu mencintainya sebegitu dalam?” Zola tidak menjawab dan hanya menatapnya dengan datar. Dia selalu berpikir Mahendra cukup mengenalnya sehingga tidak perlu bertanya banyak hal. Namun, sekarang terlihat jelas bahwa Mahendra sama sekali tidak mengerti dirinya. Lelaki itu tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkannya. Zola tetap diam, dan kebetulan ponsel Mahendra berdering. Dia mengambil ponselnya dan meliriknya sekilas. Matanya sedikit membes
Jawabannya tentu saja tidak. Dia tahu bahwa Boris sudah curiga, dan beberapa hal pasti akan lelaki itu selidiki hingga tuntas. Oleh karena itu, Mahendra telah bersiap sejak awal agar tidak meninggalkan informasi apa punbagi Boris. Namun, apakah kenyataannya memang demikian?Morrison Group.Jesse Kembali ke Morrison Group setelah mengantarkan kakak sepupunya korban ke Morrison Group. Lelaki itu langsung ke kantor Boris dan berkata, “Pak Boris, Anda sudah melihat videonya?”“Iya, lelaki ini sama dengan yang bawa istrinya Budi.”"Saya juga berpikir begitu. Jadi, saya berencana untuk memeriksa tempat di mana video tersebut diambil dan area taman di sekitarnya untuk melihat apakah ada CCTV yang dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang lelaki ini." Boris mengangguk menyetujuinya, dan dia menambahkan, "Jangan sampai ada orang ketiga yang tahu tentang hal ini. Untuk sementara, cukup kita berdua yang tahu." Di masa krisis seperti ini, ada yang harus ditangani dengan sangat hati-hati.
Zola mengangguk pelan dan berkata, “Aku mengerti. Hanya saja dia terlalu banyak membantuku, makanya aku nggak bisa begitu saja mendefinisikannya seperti itu.”Dia menghela napas dan berkata lagi, “Sudahlah, jangan dibahas. Mungkin dia berniat baik, tapi ucapannya saja terlalu terus terang.”Jeni sedikit cemberut dan berkata, “Kalau benaran berniat baik, seharusnya dia mendukung keputusanmu.”Zola tidak menanggapi lagi dan suasana pun hening untuk sejenak. Dalam urusan-urusannya, terutama yang berkaitan dengan Boris, kata-kata Mahendra memang terasa terlalu langsung dan kurang lembut. Namun, setelah insiden ini terjadi, Mahendra telah berulang kali menemuinya dan menawarkan untuk menggantikannya sebagai arsitek untuk menanggung segala konsekuensinya.Mengingat hal itu, hati Zola menjadi sedikit tersentuh dan juga menceritakannya pada Jeni.“Aku nggak tahu bagaimana sikapnya pada orang lain, tapi dia sangat baik denganku.”Kening Jeni berkerut dan berkata, “Zola, di antara kamu dan dia,