“Pak Boris, ada orang yang terluka melapor polisi. Selain rekaman kamera CCTV yang diambil polisi, masih ada beberapa kamera CCTV yang tersembunyi di lokasi konstruksi.”“Kamera tersembunyi?”“Betul. Saya baru saja hubungi Pak Wanto. Pak Wanto bilang, Pak Boris yang suruh dia untuk pasang kamera setelah kejadian Bu Zola dibawa pergi Juan. Untuk berjaga-jaga agar kamera nggak dirusak orang, dia pasang beberapa kamera tersembunyi. Tapi ....”Semakin jauh Jesse bicara, semakin gelap sorot mata Boris. Karena dilaporkan oleh orang yang terluka, polisi bergegas pergi ke lokasi konstruksi dan membawa Wanto pergi ke kantor polisi untuk bekerja sama dalam penyelidikan.Saat diinterogasi polisi, Wanto menjawab dengan jujur. Dia mengakui kalau dia memang yang bertanggung jawab menyuruh orang untuk memasang kamera. Selain itu, dia juga mengganti beberapa orang untuk memasangnya. Termasuk kamera tersembunyi. Bahkan dia sendiri tidak dapat mengingat semua titik yang dipasangi kamera.Dengan kata lai
Namun, Boris tidak goyah sama sekali. Dia justru berkata, “Yakin. Sudah, tempat ini nggak leluasa untuk bicara lama-lama. Setelah kamu selesai kasih pernyataan, polisi akan langsung lepaskan kamu. Setelah kembali, kamu harus tetap perhatikan semua karyawan dengan baik. Kalau ada yang mencurigakan, langsung beritahu aku.”“Baik, Pak. Saya mengerti,” jawab Wanto sambil menganggukkan kepala.Boris berdiri dan keluar dari ruangan. Jodi dan Jesse sedang menunggu di luar. Begitu melihat Boris keluar, Jodi segera bertanya, “Gimana, Pak Boris?”“Dia hanya ingin konfirmasi sesuatu denganku. Sudah dikonfirmasi. Pak Jodi masuk dan lanjutkan saja pekerjaan Pak Jodi. Kalau ada hal lain yang butuh kerja sama dengan kami, katakan saja pada kami,” kata Boris dengan sikap formal.Jodi hanya menganggukkan kepala tanda mengerti. Kemudian, dia membawa rekan kerjanya masuk ke ruangan untuk menginterogasi Wanto lagi.Boris dan Jesse keluar dari kantor polisi. Setelah duduk di dalam mobil, Jesse baru bertany
Setelah menurunkan Wanto, Boris menyuruh Jesse mengambil jalan memutar. Dia bisa melihat banyak orang berkerumunan di depan pintu masuk dan sekitarnya. Ada wartawan, juga ada yang hanya ingin melihat keramaian.Boris melihat keluar dengan wajah acuh tak acuh melalui jendela mobilnya. Mungkinkah di antara orang-orang tersebut, ada yang terlibat dalam masalah ini?Boris menyipitkan matanya dan menarik kembali pandangannya. “Ke perusahaan Zola,” perintah Boris kepada Jesse.“Baik.”Jesse memutar balik dan melaju ke arah perusahaan Zola. Setelah sampai di sana, Boris langsung menelepon Zola. Saat ini Zola sedang menggambar draft sketsa, jadi dia mengangkat telepon dengan cepat.“Boris?”“Turun ke bawah. Aku lagi tunggu kamu di bawah.”“Kamu sudah sampai?” Zola mengernyitkan kening karena terkejut.Boris menjawab dengan suara serak, “Iya.”Zola segera memberitahu Jeni, lalu dia mengambil ponsel dan tasnya. Setelah itu, dia bergegas turun ke bawah. Zola tidak tahu mengapa Boris datang ke per
Pupil mata Zola menyusut. “Aku nggak pernah beritahu orang lain.”Masalahnya, Zola sama sekali tidak pernah memikirkan masalah CCTV tersebut. Wajahnya seketika menjadi serius. Ada kegelisahan di sorot matanya.“Boris, kamu curiga ada yang curi back-end CCTV dari aku?” tanya Zola.“Bukan curiga, sudah pasti.” Boris berkata dengan serta-merta, lalu dia menganalisis dengan sabar, “Kamu tahu lokasi CCTV, tapi kamu nggak peduli. Karena kamu nggak mengira akan terjadi hal seperti ini di masa depan. Tapi selain kamu, orang lain mungkin juga tahu. Hanya saja, itu nggak berarti bocor dari kamu. Bisa saja bocor langsung dari mulut orang yang pasang CCTV di lokasi konstruksi.”Zola berusaha mengingat kembali. Dia sungguh tidak pernah membicarakan CCTV tersebut kepada siapa pun. Bahkan kepada Jeni pun tidak. Karena Zola biasanya tidak akan membicarakan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan mereka. Itu sudah menjadi kebiasaan Zola selama ini, juga karena itu prinsipnya di dunia kerja.Zola meng
“Bu Tyara sangat murah hati. Apakah Bu Zola tahu tentang hubungan kalian?”“Tentu saja tahu. Aku juga berharap Boris dan Zola selalu bahagia. Aku akan selalu mendoakan mereka. Tapi kami sempat memiliki beberapa kesalahpahaman sebelumnya. Zola pernah punya rencana untuk bercerai. Tapi setelah semuanya jelas, hubungan mereka baik-baik saja. Aku harap jangan ada yang ganggu mereka.”Kata-kata Tyara langsung membuat para wartawan yang ada di sana menangkap poin terpenting.Salah satu wartawan bertanya, “Maksud Bu Tyara, Bu Zola pernah ingin bercerai?”Tyara tetap tersenyum. “Aku hanya bilang dia pernah punya rencana itu karena kesalahpahaman di antara kami. Tapi aku sudah bujuk dia. Kesalahpahaman juga sudah terselesaikan. Sekarang kami juga berteman. Aku ada urusan lain, jadi aku harus pergi dulu. Setelah semua sudah jelas, aku akan traktir kalian makan.”Tyara cepat-cepat masuk ke dalam mobil ketika para wartawan berhenti bertanya padanya. Setelah dia duduk di dalam mobil, manajer Tyra l
Boris merasakan arti kata takut untuk pertama kalinya. Dia pun segera menghubungi Jeni. Begitu panggilan tersambung, dia langsung bertanya, “Zola mana?”“Di kantor. Itu si Tyara sudah gila, ya? Sekarang semuanya maki-maki Zola. Mereka merasa Zola sengaja menjebak Morrison Group karena dia ingin dapatkan Morrison Group. Ponsel Zola hampir meledak karena dapat telepon terus. Ada banyak wartawan dan orang-orang yang menyebut dirinya relawan menunggu di bawah. Sekarang kita harus gimana?”Jeni terdengar cemas. Dia sungguh ingin mencekik Tyara sampai mati. Sementara itu, Boris sudah menduga akan terjadi hal seperti yang Jeni katakan. Makanya Boris segera menghubungi Zola untuk meminta Zola segera mematikan ponselnya.Setelah mendengar apa yang Jeni katakan, ekspresi Boris menjadi muram. “Kamu coba lihat bisa nggak bawa dia ke tempat parkir bawah tanah dan tunggu aku di sana. Aku akan segera pergi ke sana. Kalau nggak bisa, jangan keluar dari perusahaan. Sebelum aku sampai di sana, tolong ba
Tyara terdiam. Dia membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi pada akhirnya tidak jadi. Karena dia tidak tahu harus berkata apa. Selain itu, Mahendra juga tidak berniat memberinya kesempatan untuk bicara. Pria itu langsung menutup telepon.Mahendra melempar ponselnya ke atas meja, lalu menyipitkan matanya. Wajahnya tertutup oleh lapisan dingin.“Begini juga bagus. Biar Zola sadar siapa yang bisa lindungi dia.” Mahendra melihat orang-orang yang berkumpul di bawah. Dia memanggil sekretarisnya dan bertanya, “Bu Zola mana?”“Ada di kantornya, Pak.”“Dia sendiri?”“Iya, Pak.”Mahendra menganggukkan kepala, lalu berdiri dan pergi ke kantor Zola. Dia mengetuk pintu dan berkata, “Zola, ini aku.”“Ada apa?” tanya Zola.“Kamu nggak apa-apa? Barusan aku hubungi wartawan yang pernah kerja sama dengan perusahaan. Aku minta dia bantu cari tahu hal-hal di internet. Wartawan itu bilang masalah mungkin agak rumit. Kalau terus begini, nggak akan baik untuk kamu. Kamu sudah pertimbangkan soal hal yang
Mata Jeni spontan melebar, lalu dia terdiam. Melihat Jeni yang diam saja, Zola tersenyum dan berkata, “Kalau bukan aku orang yang terlibat dalam masalah ini, aku juga akan spontan memikirkan rumor ini. Bagaimanapun juga, orang-orang suka bergosip. Imajinasi mereka nggak terbatas. Jadi nggak akan ada orang yang nggak akan goyah selamanya.”“Zola, jangan pikir yang macam-macam. Jangan pedulikan apa pun yang orang lain pikirkan. Aku kenal kamu. Aku tahu kamu bukan orang seperti itu. Kalau kamu ingin dapatkan Morrison Group, kamu punya banyak cara. Nggak perlu sampai kotori namamu sendiri.”Jeni memberi perintah kepada Zola dengan tegas. Dia juga menyuruh Zola untuk menepis jauh-jauh pikiran itu. Zola hanya tersenyum tipis dan tidak memberikan tanggapan lain. Seandainya Boris benar-benar percaya dengan rumor, apa yang harus Zola lakukan?Zola tidak bisa apa-apa. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa mengendalikan pikiran dan hati orang lain. Jadi apa yang bisa dia lakukan? Biarkan saja semua b