Share

Bab 255

Penulis: Jus Pir
Tyara berkata seperti itu tanpa rasa ragu sedikit pun. Namun, lelaki itu tetap memasang ekspresi tenang dan santun.

“Bu Tyara, terima kasih atas peringatannya. Tetapi, urusan perusahaan nggak bisa saya infokan pada Anda. Selain itu, tugas saya saat ini adalah mengurus operasi ibu Anda. Mengenai urusan perusahaan, Pak Boris sudah serahkan pada orang lain. Oleh karena itu, saya hanya nggak bisa menerima kebaikan Anda.”

Tyara terlihat tidak senang, tetapi dia tidak berkata apa pun lagi. Jesse keluar dari kamar rawat dan kebetulan bertemu dengan perawat yang membawa hasil pemeriksaan dan memberikannya pada Jesse. Kemudian dia memberi tahu beberapa hal yang perlu dieprhatikan karena kondisi ibunya Tyara cukup khusus.

Untuk sementara, tidak ada kondisi yang berbahaya. Namun jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka akan menjadi rumit. Lelaki itu berencana kembali ke kamar rawat untuk memberi tahu. Meski sikap Tyara tidak baik, ini bukan masalah kecil. Dia tidak ingin memperdebatkan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 256

    Zola berkata, “Kalau aku ceritakan, aku khawatir akan mengotori pendengaranmu. Lebih baik nggak usah didengar.” Jeni mengerjapkan mata merasa geli dan berkata, “Zola, jangan-jangan kalian melakukan sesuatu yang nggak pantas di mobil, ya?” “Sembarangan bicara saja!” ujar Zola dengan wajah tegang. “Siapa yang tahu aku sembarangan atau nggak? Kalau nggak, kenapa kamu nggak mau kasih tahu aku.” “Kalau kamu sembarangan bicara lagi, malam ini tidur di koridor!” “Zola, kamu marah karena malu? Kamu mau menyingkirkan saksi mata utama?” Zola melirik Jeni sekilas dan tidak ingin menjelaskan apa pun agar tidak makin salah paham. Dia hanya berkata, “Aku hanya ingin bilang jangan memberikan contoh buruk pada anakku.” Jeni langsung membungkamkan mulutnya. Keduannya memilih untuk makan malam di rumah. Namun, tengah malam Jeni terbangun dan merasa kelaparan. Karena Zola masih hamil, dia tidak enak hati untuk meminta perempuan itu bangun dan memasak untuknya. Akan tetapi, dia sendiri tidak bisa m

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 257

    Tyara mengangguk dan kedua matanya diam-diam tersenyum licik. Boris menemani perempuan itu ke kamar rawat ibunya Tyara. Ibunya terlihat sangat senang. Dia terus berbicara tanpa henti dan berkata, “Boris, kali ini benar-benar berkatmu. Lihatlah kamu mengatur tempat yang begitu baik untukku. Satu harinya pasti mahal, ya?”Kening Tyara berkerut tidak senang. Dia mendelik pada ibunya, tetapi perempuan tua itu hanya fokus menatap Boris tanpa melihat Tyara. Perempuan itu khawatir Boris akan tidak senang. Sehingga bergegas berkata, “Boris, mamaku memang sering berbicara seperti itu. Dia nggak ada maksud lain dan hanya mau menyampaikan rasa terima kasihnya. Tapi karena kurang berpendidikan sehingga ….” “Tante, jangan khawatir dan istirahat saja. Sekarang teknologi medis sudah sangat sangat maju, kondisi Tante nggak termasuk yang terlalu serius. Jadi Tante pasti akan baik-baik saja. Masalah biaya nggak perlu khawatir.”Lelaki itu memotong ucapan Tyara. Dia tidak bermaksud untuk menjawab pere

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 258

    Tyara menatap Boris dengan mata berkaca-kaca dan raut memelas. Boris hanya berdiri dengan wajah datar dan sebelah tangan yang berada di saku celananya. Dia melirik Tyara dan berkata, “Aku nggak akan peduli dengan apa yang dia katakan. Tapi, kamu sangat tahu seperti apa hubungan kita sekarang, ‘kan?” Genangan air mata di pelupuk mata perempuan itu semakin jelas terlihat. Namun, yang ditangkap oleh mata Zola adalah kedua orang itu tengah berdiri dan saling bertatapan dengan sorot penuh cinta. Dia berdiri tegang dan kaku. Tyara mengatupkan bibirnya dan mendongak untuk menatap Boris sambil berkata, “Boris, apakah kamu nggak bisa menepati janjimu? Kamu bilang akan menikahiku. Kamu mau menarik janjimu lagi?” “Tyara, kamu yakin mau membahas denganku sekarang?” “Tapi aku ingin tahu jawabannya. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya kamu pikirkan. Apakah karena Zola sehingga kamu nggak ingin menikah denganku? Boris, aku sudah menjadi seperti ini demi kamu. Aku sudah nggak utuh lagi. Semua masa

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 259

    Namun, kecepatan pintu lift yang menutup tidak lebih cepat dari gerakan lelaki itu. Ketika pintu lift hendak tertutup rapat, sebuah tangan dengan jari yang ramping menahan pintu lift agar tidak tertutup. Lelaki jangkung itu melangkah masuk dan memaksanya mundur hingga ke sudut tembok. Pintu lift juga tertutup sepenuhnya di detik berikutnya. Samar-samar masih terdengar suara Tyara yang memanggil nama Boris. Namun, perhatian lelaki itu sepenuhnya tertuju pada Zola. Wajahnya yang biasanya muram terlihat dingin dan dengan datar berkata, “Zola, kamu sedang menghindari apa?” Zola meliriknya sekilas dengan sorot dingin. Dia takut jarak di antara mereka terlalu dekat sehingga dia berusaha mendekatkan diri ke dinding lift seolah hendak menyatu dengan tembok besi tersebut. Gerakan tersebut membuat ekspresi Boris semakin dingin. “Zola, aku sedang bicara denganmu. Kamu nggak mendengarnya?” Perempuan itu mengatupkan bibirnya dan mengerutkan kening. Dia mencoba menghindari tatapan Boris. Namun,

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 260

    Namun, sepertinya sudah cukup lama sejak terakhir kali dia menyentuh perempuan itu. Terakhir kali di mobil, mereka hanya berciuman saja. Ketika kali ini bibir mereka bertemu, Boris merasa ada sebersit perasaan yang bergejolak dalam darahnya. Boris merasa dirinya kehilangan kendali dan lupa bahwa saat ini mereka berada di lift. Ketika pintu lift terbuka, terdengar suara terkejut dari arah luar. Zola juga ikut tersentak dan wajahnya seketika memerah. Kedua tangannya memeras baju Boris dengan erat. “Boris, pergi ….” Mungkin karena responsenya sedikit berlebihan, Boris baru menyadari ada yang aneh. Namun, lelaki itu tidak terlihat malu atau canggung. Wajah tampannya memasang raut tanpa ekspresi dan datar. Dia menatap perempuan dalam pelukannya yang wajahnya memerah. Matanya berkilau seakan memancarkan daya tarik yang luar biasa. Boris merasakan ada sebuah dorongan yang begitu kuat dalam tubuhnya. Meski dia tidak melanjutkan kegiatannya lagi, dia juga tidak menjauh. Zola yang ditatap se

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 261

    Jesse tidak bergerak dan hanya mengangguk kecil. Detik selanjutnya, pintu mobil di samping mereka terbuka. Boris tampak turun dari mobil tersebut. Dia menatap Zola dengan sorot tajam dan intens. Suaranya tetap tenang meski baru saja terjadi sesuatu di antara mereka. “Masuk, aku antar kalian pulang. Mobilmu biar Jesse yang bawa saja.” Zola mengerutkan kening dan berkata, “Nggak perlu repot. Aku bisa menyetir sendiri.” “Zola, kamu merasa dengan menolak permintaanku, aku akan membiarkanmu menyetir sendiri untuk pergi dari sini?” “Boris!” seru Zola dengan penuh emosi. Dia menatap lelaki itu dengan dingin dan berkata dengan penuh emosi, “Harus aku katakan berapa kali agar kamu mengerti? Kamu merasa aku benaran takut merepotkan? Aku hanya nggak mau kamu yang mengantarku! Sekarang apakah kamu sudah mengerti maksudku?” Boris terkekeh dan tampak tidak peduli. Lelaki itu justru memasang senyum nakal dan berkata, “Ternyata kau bukan robot yang dingin dan nggak berperasaan.” Perasaan lelaki

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 262

    Kening perempuan itu berkerut. Boris melirik Jeni yang ada di samping mobil dan berkata dengan suara datar, “Nggak bicara berarti kamu berharap aku melanjutkan apa yang aku lakukan di lift rumah sakit tadi?” Wajah Zola seketika memerah. Alisnya menyatu dan dia menatap Boris dengan kemarahan yang begitu jelas. “Kamu benar-benar nggak tahu malu!”  “Jadi, apakah kamu akan menyiapkan hadiah untukku?” tanya Boris dengan suara rendah dan serak. “Kamu mengancamku dengan cara seperti ini untuk mendapatkan hadiah? Apakah itu akan membuatmu merasa bangga?” Zola benar-benar tidak habis pikir. Apakah demi sebuah hadiah, lelaki itu rela kehilangan harga dirinya? “Zola, kamu hanya perlu bilang sama aku apakah kamu menyiapkannya atau nggak? Apakah kamu akan peduli dengan aku yang merasa bangga atau nggak?” tanya Boris sambil tersenyum tipis. Matanya terlihat penuh arti dan seluruh tubuhnya seperti semakin mendekat ke arah Zola. Zola sedikit tersentak dan tatapannya menjadi penuh siaga. Napasnya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 263

    “Jeni!” Santo luar biasa marah. Nada suaranya terdengar tidak senang dan berkata, “Aku kasih kamu waktu dua hari, kalau nggak, aku yang jemput kamu sendiri!” “Terserahmu! Asalkan kamu nggak takut Chika tahu, kamu datang saja.” “Kamu merasa aku bakalan takut dengan Chika? Kamu mengancamku dengan dia maka aku nggak akan berani ke sana?” “Kamu nggak takut sama Chika, tapi kamu takut sama keluarga Senato.” Begitu Jeni menyelesaikan ucapannya, Santo tidak membalas lagi dan langsung mematikan sambungan telepon. Meski begitu, dia bisa merasakan dengan jelas emosi lelaki itu. Dia duduk di sofa dengan ekspresi muram dan datar. Namun, Jeni tidak menyesal mengatakan kalimat itu. Bagaimana pun, jika sesuatu yang tidak ada hasil maka lebih baik tidak perlu bermimpi untuk diharapkan. ***Dua hari kemudian, tepatnya tanggal 17 Oktober, hari ulang tahun Boris tiba seperti apa yang sudah dijadwalkan. Zola pagi-pagi sekali sudah dibangunkan oleh suara deringan ponsel. Suara Tedy terdengar dari sebe

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status