Share

Bab 244

Penulis: Jus Pir
“Tentu saja nggak,” ujar Zola dengan tenang dan yakin.

“Bagus kalau begitu,” jawab Jeni dengan puas.

Zola bertanya dengan tidak mengerti, “Kamu sepertinya nggak suka dengan dia? Seingatku, kalian nggak pernah bermusuhan, ‘kan?”

“Sangat bermusuhan! Aku hanya nggak suka dengan orang ini. Aku merasa dia nggak konsisten. Jelas-jelas menyukaimu, tapi karena takut ditolak makanya berpura-pura jadi sahabat saja. Apa kamu nggak merasa itu terlalu palsu?”

Jeni terlalu jujur dan terus terang hingga membuat Zola tidak tahu harus berkata apa. Perempuan itu tidak akan sembarangan mengkritik sifat seseorang. Namun, karena Mahendra banyak membantunya, sehingga Zola memutuskan untuk diam saja.

Mungkin Jeni menyadari hal itu dan berkata dengan tenang, “Zola, aku bukannya mau ikut campur dalam hal pertemananmu. Aku hanya ingin menyampaikan pemikiranku saja. Kalau kamu memang mau bersamanya, aku akan mendukungmu selama kamu bahagia. Aku ….”

“Nggak akan, tenang saja,” potong Zola kemudian tersenyum sambil
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 245

    “Pak Boris, apa kamu berpikir aku sedang membohongimu? Meski aku membohongimu, apakah kamu nggak merasa kalian harus menjaga jarak karena kalian berdua sudah mau cerai?”Ekspresi Boris seketika menggelap ketika mendengar kata “cerai”. Kedua bola matanya memancarkan sorot yang luar biasa dingin. Dia menatap Jeni dengan lekat dan berkata, “Ini urusanku dengan dia. Cerai hanya pengajuan sepihak dari dia dan aku nggak setuju.”“Pak Boris, karena kamu belum cerai tapi sudah menemukan pengganti dan sudah bertemu dengan orang tua, apakah itu sedikit melanggar hukum? Jika itu menurutmu, apakah Zola juga boleh mulai mencari pengganti?”Mata Boris menyipit dan mendadak menjadi nyalang. Ekspresi wajahnya terlihat sangat dingin. Jeni hanya berkata dengan datar, “Pak Boris, aku hanya mengatakan yang sejujurnya. Kamu nggak akan marah karena malu, ‘kan?”“Minta Zola keluar atau kamu yang minggir dan aku masuk.”“Nggak boleh. Aku sudah bilang Zola lagi mandi, sebaiknya kamu pergi saja.”“Kamu temannya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 246

    Zola menatap lelaki itu dan tanpa menunggu jawaban dari Zola, Jeni langsung menutup pintunya. Dia mengunci Boris di depan pintu begitu saja.“Pak Boris, sebaiknya kamu segera pergi. Kalau sampai masuk berita utama, Bu Tyara itu pasti akan diserang lagi.”Zola tidak bisa menahan tawanya. Jeni meliriknya dan menarik perempuan itu ke ruang tamu sambil berkata, “Semua orang sudah membicarakan kalau kalian berdua sudah cerai dan dia masih nggak mengerti untuk menjaga jarak.”“Di saat seperti ini masih mau tetap berhubungan dengan Tyara. Menurutmu, dia nggak mau cerai tetapi nggak mau melepaskan Tyara. Apakah dia sengaja ingin membuatmu marah?”“Apakah kamu nggak terbalik? Kamu nggak boleh memutar balikkan fakta karena kamu temanku. Jelas-jelas dia sengaja membuat Tyara marah dengan menggunakan aku.”Zola tersenyum masam dan tidak menyampaikan kepiluan hatinya. Jeni hanya menghela napas dan memeluk pundak teman baiknya itu dan bergumam, “Menangislah, setelah itu semuanya akan baik-baik saja.

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 247

    Boris tidak mengeluarkan pendapat apa pun dan hanya berkata, “Kamu yakin ini hanya mau menagih bayarannya saja?”“Memangnya apa lagi?”“Cih! Asal kamu jangan terjebak dalam permainanmu sendiri.”“Boris, kamu boleh saja meremehkanku, tapi kamu nggak boleh meragukanku.”“Setelah menuntut keadilan? Mau menggunakan cara yang sama untuk meninggalkannya atau tetap menahannya di sisimu? Menurutmu, keluarga Jardi akan setuju?”“Tenang saja, aku tahu batasannya.”Boris hanya menatapnya penuh arti dan yakin suatu hari nanti Tedy akan terjebak. Topik tersebut tidak berlangsung lama. Tedy menuangkan setengah gelas lagi dan mengayunkan minumannya sambil bertanya,“Boris, ulang tahun sudah dekat, kamu berencana merayakannya seperti apa?”Lelaki itu melirik Tedy sekilas denagn sorot dingin dan datar. Pada akhirnya, dia tidak berkata apa-apa. Jika bukan Tedy yang mengingatkan ulang tahunnya, dia juga tidak akan tahu ulang tahunnya akan tiba.Tahun lalu ulang tahunnya disiapkan oleh Zola dan juga Tedy

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 248

    Keesokan harinya, Zola dan Jeni bangun dan bersih-bersih. Setelah selesai sarapan, mereka berangkat ke kantor bersama.Jeni dan Zola memiliki penampilan yang sangat berbeda. Zola memiliki sikap lembut dan anggun serta bijak, tetapi di dalam dirinya tersembunyi sisi jahat yang hanya diketahui sedikit orang saja dan yang memiliki kekuatan batin besar.Kebalikannya dengan Jeni yang memberikan kesan pertama bahwa dia adalah wanita cantik yang lincah dan semangat. Namun, sebenarnya dia memiliki perasaan yang sensitif dan rapuh.Meski Jeni baru pertama kali ke kantor, dia sudah bisa langsung akrab dengan Caca dan yang lainnya. Hubungan mereka sangat harmonis dan semua orang sangat menyukainya. Satu-satunya kekurangan dia adalah terlalu banyak berbicara. Dia terus menarik orang untuk berbincang sehingga Zola hanya bisa menariknya ke dalam ruangan.“Kamu diamlah, orang-orang masih harus kerja. Karena kamu, mereka semua harus lembur.”“Bukannya aku mau buat mereka benar-benar setia denganmu.”“

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 249

    “Jeni,” ujar Zola sambil mengernyitkan keningnya.“Iya, aku nggak bicara lagi,” ujar Jeni.Zola menatap Mahendra dan berkata, “Jeni nggak bermaksud apa-apa.”“Aku mengerti maksud Jeni, aku yang terlalu melebihi batas. Aku hanya berpikir, kalau kita adalah mitra kerja, maka semua urusan perusahaan harus ditanggung bersama juga. Bahkan jika posisinya dibalik, aku yakin kamu juga nggak akan membiarkan aku yang menanggung semuanya sendiri,” jawab Mahendra.Setelah Mahendra mengatakannya, Zola juga ikut mengangguk setuju. Lelaki itu juga tidak tinggal lebih lama. Dia meninggalkan ruangan itu dengan raut keruh.Zola dan Jeni saling berpandangan sejenak. Ada banyak emosi di kedua mata mereka. Jeni berkata dengan perlahan, “Aku mengatakan sesuatu yang salah?”“Baguslah kalau kau tahu,” sahut Zola sambil meliriknya. Kemudian dia kembali ke meja kerjanya. Tentu saja dia tidak benar-benar marah pada Jeni. Ada baiknya juga, setidaknya Mahendra bisa mengerti hubungan mereka hanya sebatas teman dan

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 250

    Suara dingin lelaki itu dipenuhi amarah dan emosi. Zola tidak berbicara lagi dan langsung membuka pintu mobil. Suasana di dalam mobil terasa sunyi dan dingin. Udara yang dipenuhi aroma maskulin serta sedikit tembakau justru memberikan kesan unik yang hanya dimiliki olehnya sendiri.Suasana tersebut berlalu beberapa detik dalam keheningan. Lelaki itu menatapnya dengan penuh arti dan berkata, “Zola, kalau aku nggak bicara seperti, apakah kamu berniat untuk terus menghindar dariku?”“Bagaimana mungkin? Urusan perceraian perlu kedua belah pihak untuk hadir. Jadi mana mungkin aku nggak mungkin bertemu denganmu?”“Cih! Sekarang kamu selalu bahas perceraian setiap kali berbicara, ya?” Kening lelaki itu berkerut dan nadanya menjadi lebih berat tanpa dia sadari.“Boris, aku hanya menjawab sesuai dengan pertanyaanmu,” jawab Zola.“Kamu yakin mau berbicara denganku dengan sikap seperti ini terus?”“Aku nggak tahu harus bersikap seperti apa. Boris, kalau kamu tahu, bagaimana kalau kamu mengajariku

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 251

    Dia tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menggigit bibir lelaki itu. Zola mendengar napas lelaki itu terdengar kasar, tetapi Boris tetap tidak menjauhkan pagutannya. Lelaki itu hanya berhenti sejenak kemudian melanjutkan kembali kecupannya. Zola membelalakkan matanya karena tidak pernah merasa jika Boris begitu tidak masuk akal. Ruang di dalam mobil yang sudah sempit menjadi semakin sempit karena lelaki itu menghimpitnya. Udara di sekeliling mereka naik secara perlahan dengan aroma lelaki itu yang memenuhi seluruh rongga penciumannya. Tidak tahu berapa lama terlewati, ponsel Boris berdering dan memaksanya untuk berhenti. Namun, posisi lelaki itu masih bersandar pada Zola dan tidak mau menjauh. Lelaki itu menerima teleponnya dan mendengarnya. Suara seorang perempuan terdengar dalam keheningan. “Boris, kamu sudah selesai? Orang tuaku mau mengajakmu makan. Apakah kamu bisa?” Mata Zola menegang dan emosi di hatinya seketika memuncak. Detik selanjutnya, dia mendorong Boris dengan k

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 252

    Apakah Boris ada memberi tahu dia? Tidak ada. Zola menggigit bibirnya. Namun, tindakan lelaki bukankah sudah menunjukkan semuanya? Jeni seperti memahami apa yang ada dalam pikiran Zola. Dia berkata, “Zola, bukannya kamu selalu percaya dengan apa yang kamu lihat dan dengar secara langsung? Apakah karena itu Boris, kamu kehilangan kemampuan untuk menilai seseorang secara rasional?” Dia menatap Jeni sambil mengerjapkan matanya yang terlihat kosong. Namun, dalam hatinya sendiri sudah ada jawabannya. Bibirnya mengulas senyum tipis dan berkata, “Aku mengerti.” “Baguslah kalau kamu mengerti. Jadi, sekarang kita mau ke mana?” “Ayo, aku bawa kamu pergi makan.” Zola membuka aplikasi navigasi dan memasukkan nama tempat makan. Jeni bertugas untuk menyetir ke arah yang dituju. Hari ini Zola memesan Restoran Yirna yang merupakan restoran kelas atas di Kota Binru. Hidangannya juga sangat unik dan juga lezat. Bahkan Boris yang pemilih saja bisa merasa puas dengan makanan di sini. Zola meminta se

Bab terbaru

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 655

    “Oke, aku mengerti.” Boris menjawab dengan serius, seperti seorang murid yang penurut.Guntur jarang melihat reaksi seperti itu dari Boris. Dia spontan tertawa dan berkata, “Baguslah kalau kamu bisa bekerja sama seperti ini. Kakek dan orang tuamu belum tahu. Perlu beritahu mereka?”Boris menatap Guntur dan bertanya balik, “Menurutmu?”Guntur terus tertawa. “Oke, oke, aku mengerti. Kalau begitu aku kerja dulu. Kamu temani Zola. Kalau dia bangun, dia boleh sarapan.”Boris menganggukkan kepala. Guntur pun pergi. Beberapa menit kemudian, Zola membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dia spontan mengangkat tangannya dan memegang perutnya. Setelah merasakan perutnya yang buncit, dia baru merasa lega.Zola ingat Jeni mengantarnya ke rumah sakit dan dia diperiksa oleh dokter. Namun saat itu, dia benar-benar sudah terlalu lelah. Dokter juga memberinya obat yang boleh diminum ibu hamil. Jadi dia tidur sampai sekarang baru bangun.Zola bangun dan duduk. Begitu duduk, di

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 654

    Boris punya kebiasaan marah ketika dibangunkan dari tidurnya, apalagi kalau dibangunkan secara tiba-tiba. Akan tetapi, sebelum dia bisa melampiaskan kekesalannya, suara yang masuk telinganya langsung membuat matanya terbelalak lebar.“Zola lagi di UGD rumah sakit?” tanya Boris dengan suara serak.“Kamu nggak tahu?”“Kenapa dia ke rumah sakit jam segini?”Boris mengangkat selimutnya dan turun dari tempat tidur. Sambil mengganti pakaian, dia bertanya kepada Guntur dengan wajah serius. Guntur bilang kalau muridnya yang melihat Zola. Zola baring di ranjang pemeriksaan, sepertinya baru selesai diperiksa. Dia masih belum tahu bagaimana situasi jelasnya.Boris tidak banyak bicara. Setelah menjawab singkat, dia langsung menutup telepon. Wajah tampannya tampak tegang. Rahangnya mengeras sampai seolah-olah bisa hancur kapan saja. Dia bahkan tidak sempat memakai sepatu lagi. Dia langsung mengambil kunci dan keluar.Boris mengebut sepanjang jalan. Dia mencoba menghubungi ponsel Zola, tapi Zola tid

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 653

    Manusia sangat mudah membiasakan diri. Begitu sudah terbiasa, manusia bisa saja melupakan semua hal negatif yang pernah dialaminya sebelumnya.“Apakah aku sudah kehilangan diriku sendiri?” tanya Zola kepada Jeni.Jeni memikirkannya dengan serius. “Sayang, kalau kamu sudah mempertanyakan apakah kamu sudah kehilangan dirimu sendiri, menurutku kamu benar-benar perlu merenungkan diri dulu.”Karena kata-kata Jeni barusan, Zola pun jadi berpikir keras. Benar, dia bahkan sudah mempertanyakan dirinya sendiri. Apa yang akan dipikirkan orang lain?Zola bangun dan duduk di sofa, lalu berkata dengan yakin, “Aku percaya aku masih diriku yang dulu. Aku nggak akan kehilangan diri sendiri demi siapa pun.”“Ini baru betul.”Keduanya saling menatap dan tersenyum. Di malam hari, Zola rela mengeluarkan uang mentraktir Jeni makan mie, sebagai penghargaan kepada Jeni karena telah memberinya pencerahan dan semangat. Saat itu, Jeni merasa sangat kesal. Ingin rasanya memarahi Zola.Zola justru berkata, “Maklum

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status