Melihat hal itu, Hans langsung mengerti maksud ibunya.Shelvi berpura-pura gila hanya karena ingin bersama Hans.Tangan besar Hans membelai kepala ibunya dengan lembut, kemudian dengan suara pelan bertanya, "Apa Ibu ingat sesuatu?"Shelvi menangis sejadi-jadinya dan berusaha meredam emosinya."Wano dan Wendy adalah anak kandung Ibu, kalian adalah saudara kandung," tutur Shelvi.Mata Hans memerah setelah mendengar pernyataan ibunya.Jika tebakan Yuna benar, ibunya adalah Vina yang asli.Sambil menyeka air mata ibunya, Hans berkata, "Ibu, waktu kita nggak banyak, pelayan itu bisa terbangun kapan saja, katakan dengan singkat apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu."Shelvi mengendus berkali-kali, kemudian berkata,"Ayahmu, Jordan dan Ibu adalah teman kuliah. Waktu itu Jordan menyukai Ibu, tapi Ibu sudah berpacaran dengan ayahmu. Ibu menolak cinta Jordan, karena itu dia membenci Ibu, dia mengira Ibu menolaknya karena dia cacat.Setelah itu Ibu menikah dengan ayahmu, Yogi dan dikaruniai
Mendengar semua itu, air mata Shelvi kembali mengalir."Pasti Yuna sangat menderita, bayi yang dia jaga dengan sepenuh hati ternyata nggak bisa bertahan hidup, bisa-bisa dia jadi gila.""Sekarang dia baik-baik saja, dia sudah bisa beraktivitas di luar rumah, dia jauh lebih kuat dari yang kita kira."Hans melihat ke arah pintu dan melanjutkan bertanya, "Bagaimana dengan Kakek? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?"Tatapan Shelvi dipenuhi kebencian, dia berkata, "Dia terlihat seperti digigit anjing, anjing itu punya virus, Ibu rasa ini rencana Jordan. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil alih kekuasaan Keluarga Pratama. Ibu pasti akan membalasnya.""Sebaiknya Ibu terus berpura-pura gila, dengan begitu Jordan nggak akan curiga dengan Ibu. Masalah lainnya serahkan saja padaku dan Kak Wano. Kami pasti bisa menolong Kakek."Keduanya kembali menganalisis situasi, setelah itu Hans diam-diam kembali ke kamar.Sesampai di kamar, dia mengirim pesan kepada Wano secara rahasia.Wan
Mendengar perkataan itu, Maggie menatap Yuaris dengan iba.Dua tahun telah berlalu, tapi Yuna masih belum mengenali anaknya sendiri.Yuaris begitu akrab dengan Yuna, anak itu sering duduk di depan pintu untuk menunggunya.Maggie berlutut dan membelai wajah mungil Yuaris, kemudian sambil tersenyum berkata, "Kalau begitu, Ibu temani kamu nunggu Tante di sini, ya!"Yuaris mengangguk dengan patuh.Tidak lama kemudian, dia melihat mobil Yuna masuk, mata hitam besarnya pun semakin membesar karena kegirangan.Yuaris menyeringai dan berkata, "Ibu, Tante datang! Aku mau jemput Tante!"Maggie menepuk kepala Yuaris dengan pelan dan berkata sambil tersenyum. "Jangan lari-lari, ya!"Baru saja turun dari mobil, Yuaris langsung berlari ke arahnya seperti burung kecil."Tante! Kenapa Tante baru datang? Aku kangen sekali sama Tante!" teriak Yuaris sambil berlari.Yuna langsung membungkuk dan memeluk Yuaris, kemudian mencium pipinya yang tembem."Sayang, maaf sudah membuatmu menunggu lama, tadi di jalan
Hanya saja dampak psikologis yang ditimbulkannya masih membekas pada diri Maggie, oleh karena itu dia masih trauma dengan pernikahan.Yuna menggigit bibir bagian bawahnya dan berkata, "Kak Maggie, kalian sudah punya tiga anak. Pekerjaanmu sudah stabil, latar belakang keluargamu juga bagus. Apa lagi yang kamu pikirkan? Kak Xena juga memperlakukan kalian dengan baik selama dua tahun ini, bukan? Kakek dan Nenek juga sangat berharap kalian bisa segera menikah."Mendengar perkataan Yuna, Yuaris memiringkan kepalanya dan menatap Yuna, kemudian berkata, "Tante Yuna kapan menikah? Aku mau jadi pengiring pengantin."Perkataan Yuaris membuat Yuna merasa sedih.Dia tersenyum, kemudian menempelkan dahinya ke dahi Yuaris. "Sayang, Tante belum punya pacar.""Ibu bilang ada banyak laki-laki yang mengejar Tante, kenapa nggak pilih saja yang paling tampan untuk dijadikan suami?"Mereka yang mendengarnya pun langsung tertawa.Sebenarnya mereka merasa iba.Bagaimana mungkin mereka tidak tahu apa yang dip
Mata mereka saling bertatapan.Waktu seakan berhenti berputar.Wano mengepalkan tangannya dengan erat, dia melangkahkan kaki panjang dan rampingnya ke arah Yuna.Dia berusaha memendam kerinduan di dalam hatinya dan meredam emosi di matanya.Suaranya terdengar sangat tenang."Yuna, apa kabar?"Tidak bisa dipungkiri, hati Yuna bergetar setelah mendengar suara Wano yang memanggil namanya.Tapi setelah menempa diri selama dua tahun, Yuna bukanlah dirinya yang dulu lagi.Dia mampu menyembunyikan rasa sakit hatinya dengan baik.Dia menekuk bibirnya dan berkata dengan nada bicara seperti biasanya. "Terima kasih atas perhatian Pak Wano, aku baik-baik saja."Hati Wano terasa sangat sakit saat melihat Yuna yang sudah menganggapnya seperti orang asing.Tapi bukankah ini yang Wano harapkan?Dia berharap Yuna menjaga jarak dengannya.Dia berharap Yuna melupakan semua perasaan cintanya dan memulai semuanya dari awal.Wano melihat ke arah Xena dan Maggie, kemudian bertanya, "Kalian belum menikah? Mau
Hati Wano terasa sesak saat melihat punggung ramping Yuna.Dia tahu bahwa saat ini status sosial Yuna sudah meningkat dengan pesat.Setiap kali Yuna menyelesaikan kasus hukum atau bepergian untuk dinas, Wano tidak pernah ketinggalan informasi.Saat Yuna menangani kasus di Mandapura, Wano bahkan hadir dan duduk di ruang sidang untuk menyimak secara langsung.Dia bisa melihat aura kebahagiaan dan rasa percaya diri Yuna.Dia melihat pancaran kebahagiaan yang tidak pernah dirinya lihat selama mereka masih bersama.Dialah yang sudah merebut kebahagiaan Yuna selama empat tahun.Wano mengepalkan tangan yang berada di dalam sakunya dengan erat, wajahnya tersenyum dengan terpaksa."Nggak perlu ikut campur urusanku, bukannya kamu ingin punya anak kedua? Mana? Kenapa sampai sekarang belum ada? Jangan-jangan kamu nggak mampu, ya?"Malik marah dan memelototi Wano. "Hei, apa-apaan bicaramu itu? Tubuhku ini masih sehat, aku bisa saja punya dua anak setiap tahun, tapi Shinta nggak mau. Sekarang dia me
Alergi seafood?Yuna sangat terkejut.Wano juga alergi dengan seafood.Kenapa Yuaris sama dengannya?Apa ini hanya kebetulan?Yuna melihat ke arah Wano dengan refleks, matanya mulai basah."A... aku cuma menyuapinya sup ikan," jawab Yuna dengan sedikit gemetar.Maggie mengeluarkan obat dari dalam tasnya dan berkata, "Dia sama sekali nggak bisa makan seafood, bahkan minum sup ikan saja nggak boleh. Aku pernah minum sup ikan waktu aku masih menyusuinya, dia bahkan bisa alergi cuma karena minum asi.Tapi nggak apa-apa, dia akan baik-baik saja setelah minum obat ini."Maggie hanya sibuk memberi obat pada Yuaris dan sama sekali tidak memperhatikan perkataannya sendiri.Wajah Yuna semakin terlihat pucat.Kenapa reaksi Yuaris setelah memakan seafood sama persis dengan Wano?Padahal Maggie dan Xena tidak alergi seafood.Yuna penasaran dan bertanya, "Kenapa Yuaris bisa alergi seafood? Padahal kalian berdua nggak alergi seafood?"Kalimat itu membuat Maggie tertegun.Tatapan Wano yang dalam itu j
Setelah mengatakannya, dia mengeluarkan sebuah kartu dari saku dan menyerahkannya kepada Xena seraya berkata dengan serius, "Ini uang buat kebutuhan Yuaris tahun ini. Kamu dan Maggie sudah bekerja keras selama dua tahun ini."Xena pun langsung menolak, "Yang kamu berikan terakhir kali itu saja sudah lebih dari cukup. Aku nggak bisa menerima uang ini.""Hatiku jadi nggak tenang kalau kamu nggak mau menerimanya. Dia adalah anakku, nggak bisa merawatnya sendiri saja membuatku merasa bersalah. Kalau aku nggak memberikan sedikit uang lagi, bagaimana aku bisa menghadapinya di masa depan nanti?"Mendengar ucapannya itu, Xena pun menyelipkan kartu itu ke dalam sakunya dengan enggan.Keduanya melanjutkan pembicaraannya sedikit lagi mengenai situasi saat ini, sebelum Wano pergi dengan mobilnya.Yuna sedang bermain bersama anak-anak di taman. Senyumannya perlahan-lahan memudar ketika melihat mobil itu menghilang dari halaman.Yuaris kecil memperhatikannya dengan saksama. Dia melihat Yuna, kemudia
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper