Yuna merasa sangat sakit hati.Tapi dia selalu menahan emosinya, hanya diam-diam menitikkan air mata.Dengan mata berkaca-kaca, dia menatap Wano, suaranya tercekat, "Wano, saat kita menikah, kamu berjanji, dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, kita akan selalu bersama.""Apakah sumpah itu hanya formalitas bagimu?""Yuna, maafkan aku, aku nggak ingin kamu terluka lagi. Jika kita berpisah, keluarga Sudrajat dan keluarga Saradan akan kembali damai, dan kamu serta ayahmu akan aman.""Jordan tahu kamu adalah kelemahanku, jadi dia selalu mengawasimu dengan ketat.""Dengan kamu berada di sisiku, aku nggak bisa sepenuhnya fokus pada perang ini. Demi menyelamatkan ibu dan kakekku, dan untuk membalaskan dendam anak kita, aku harus berpisah denganmu."Yuna, aku tahu aku telah menyebabkan banyak kerugian bagimu, dan aku nggak ingin terus membebani mu ...."Dengan mata berkaca-kaca, Yuna menatapnya, "Wano, kita berdua telah mengalami begitu banyak kesulitan. Jika aku menyerah sekali saj
"Baiklah, aku akan segera datang."Yuna mengendarai mobilnya ke rumah Maggie.Ruang tamu penuh dengan perlengkapan bayi, seperti mainan, botol susu, dan popok.Setiap sudut ruangan dipenuhi dengan aroma bayi.Yuna sangat sedih melihat ini.Air matanya mulai menetes tanpa disadarinya.Seandainya bayinya masih hidup, sekarang usianya sudah lebih dari satu bulan dan juga akan tersenyum padanya.Menyadari hal itu, Yuna merasakan sakit yang luar biasa di dadanya.Maggie turun dari tangga, melihat kondisinya seperti itu, hatinya pun ikut sedih.Dia menghampiri Yuna, meraih tangannya, dan berkata, "Kangen bayimu ya?"Yuna mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca saat menatap Maggie."Aku selalu merasa dia masih ada, selalu merasa dia ada di sisiku, setiap malam bermimpi dia tersenyum padaku. Kak, apa aku kena depresi pasca melahirkan?"Maggie dengan lembut membelai wajahnya, dan berkata dengan penuh kasih sayang, "Jika kamu rindu anakmu, hubungi aku saja. Kedua anakku juga anakmu."Yuna menyeka
Maggie menghadapkan ponselnya ke Yuna sambil berkata, "Yuna, kufoto ya kamu dan Yuaris. Nanti saat Yacob bangun, kamu bisa foto dengannya. Kalau kamu lagi senggang, main-main saja ke sini biar suasana hatimu jadi lebih baik."Mana mungkin Yuna tidak memahami perkataan Maggie.Dia tersenyum kecut sembari mengarahkan wajah Yuaris ke kamera.Menatapnya, "Sayang, lihat ke ibu sana, kita mau foto."Mata Yuaris yang besar itu berkedip sembari tersenyum.Yuna menunjuk ke arah Maggie sambil berkata, "Sayang, lihat ke arah Ibu. Ibu mau memotret kita."Yuaris masih menatap Yuna sambil bergumam.Xena kebetulan melihat adegan tersebut.Dia berbisik ke Maggie, "Anak ini hebat. Dia tahu siapa ibunya."Maggie melirik ke arah Xena sambil menyikutnya.Kemudian dia memotret Yuna dan Yuaris dengan ponselnya.Tak lama setelah itu, Yuna merasakan sesuatu bergerak di bagian bawah tubuh Yuaris.Dia menatap Maggie dengan bingung, "Kak, sepertinya dia buang air besar."Maggie segera menaruh ponselnya dan henda
"Baik, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakanmu, oke?"Yuna tersenyum ketika melihat kedua orang itu cekcok.Namun, perasaan familier itu membuat hatinya pedih.Yuna berkata, "Sudah waktunya aku pulang. Selamat jalan. Ada kasus yang harus kuselesaikan besok, jadi aku nggak bisa mengantar kalian.""Iya, nggak perlu kok. Sering-sering pergi ke sini ya."Yuna pun beranjak dari rumah Maggie dan tanpa sadar dia datang ke kuburan bayinya.Dia meletakkan buket bunga di atas batu nisan.Membungkuk lalu mengelap batu nisan itu dengan tisu.Air matanya pun bercucuran di atas batu nisan tersebut.Suaranya tersedak, "Sayang, Ibu mengunjungi kedua anak tante hari ini. Mereka lucu sekali. Kalau kamu masih hidup, kamu pasti seperti mereka."Setelah mengucapkan hal itu, dia berlutut dan bahunya bergemetaran tanpa henti.Entah berapa lama dia menangis hingga terdengar suara langkah kaki.Yuna menoleh dan menatap Wano.Pria itu berpakaian serba hitam dan berjalan ke arahnya.Meski pun
Setelah Shelvi kembali ke Mandapura, dia tinggal di sebuah vila untuk merawat ayahnya.Jordan menyediakan makanan, pakaian dan akomodasi untuknya.Pada awalnya, Shelvi tidak merasakan apa pun.Namun, kemudian dia merasa ada sesuatu yang tidak beres.Banyak pengawal dimana-mana. Pengawal itu mengikuti kemana pun dia pergi.Ponselnya pun tidak bisa mengakses internet.Dia tidak dapat mengetahui berita apa pun.Dia juga tidak bisa menghubungi siapa pun.Bahkan Hans pun jarang meneleponnya.Dia akhirnya memahami apa yang sedang terjadi saat ini.Ternyata kecurigaan Yogi benar.Kakaknya Jordan benar-benar bermasalah.Shelvi tidak tahu berita terbaru di negaranya. Dia sangat penasaran dengan kondisi perusahaan Wano.Shelvi ingin tahu apa Yuna sudah melahirkan dan kenapa belum menghubunginya.Pada siang hari, dia diam-diam menaruh obat tidur ke makanan pengawalnya.Dia mengambil ponsel pengawalnya dan membuka internet ketika mereka tertidur.Begitu membaca berita di internet, Shelvi langsung
Kondisi mentalnya telah kembali ke lebih dari 20 tahun lalu.Jordan menatapnya dan menariknya dari lantai."Shelvi, jangan takut, aku datang untuk menolongmu," ujar Jordan dengan suara yang sangat lembut.Shelvi menatapnya dengan berlinang air mata, ekspresinya yang semula terlihat lembut kini terlihat jahat.Dia membuka mulutnya dan menggigit pundak Jordan.Dia menggigitnya dengan sekuat tenaga.Jordan tersentak kesakitan.Saat pengawal hendak menghentikannya, Jordan malah memintanya untuk menghentikannya. Dia ingin melihat apakah metode ini mampu membuat Shelvi tersadar atau malah membuat wanita itu menjadi gila.Shelvi nyaris menggigit daging di pundak Jordan.Dia akhirnya melepaskan gigitannya setelah tenaganya habis terbuang.Setelah itu dia jatuh pingsan di pelukan Jordan.Tatapan Jordan menjadi iba melihat wajah Shelvi yang kotor."Bagaimana keadaan kakek?" tanya Jordan dengan tenang."Beliau menghirup terlalu banyak asap, kondisi kesehatannya semakin memburuk, saat ini beliau s
Melihat hal itu, Hans langsung mengerti maksud ibunya.Shelvi berpura-pura gila hanya karena ingin bersama Hans.Tangan besar Hans membelai kepala ibunya dengan lembut, kemudian dengan suara pelan bertanya, "Apa Ibu ingat sesuatu?"Shelvi menangis sejadi-jadinya dan berusaha meredam emosinya."Wano dan Wendy adalah anak kandung Ibu, kalian adalah saudara kandung," tutur Shelvi.Mata Hans memerah setelah mendengar pernyataan ibunya.Jika tebakan Yuna benar, ibunya adalah Vina yang asli.Sambil menyeka air mata ibunya, Hans berkata, "Ibu, waktu kita nggak banyak, pelayan itu bisa terbangun kapan saja, katakan dengan singkat apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu."Shelvi mengendus berkali-kali, kemudian berkata,"Ayahmu, Jordan dan Ibu adalah teman kuliah. Waktu itu Jordan menyukai Ibu, tapi Ibu sudah berpacaran dengan ayahmu. Ibu menolak cinta Jordan, karena itu dia membenci Ibu, dia mengira Ibu menolaknya karena dia cacat.Setelah itu Ibu menikah dengan ayahmu, Yogi dan dikaruniai
Mendengar semua itu, air mata Shelvi kembali mengalir."Pasti Yuna sangat menderita, bayi yang dia jaga dengan sepenuh hati ternyata nggak bisa bertahan hidup, bisa-bisa dia jadi gila.""Sekarang dia baik-baik saja, dia sudah bisa beraktivitas di luar rumah, dia jauh lebih kuat dari yang kita kira."Hans melihat ke arah pintu dan melanjutkan bertanya, "Bagaimana dengan Kakek? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?"Tatapan Shelvi dipenuhi kebencian, dia berkata, "Dia terlihat seperti digigit anjing, anjing itu punya virus, Ibu rasa ini rencana Jordan. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengambil alih kekuasaan Keluarga Pratama. Ibu pasti akan membalasnya.""Sebaiknya Ibu terus berpura-pura gila, dengan begitu Jordan nggak akan curiga dengan Ibu. Masalah lainnya serahkan saja padaku dan Kak Wano. Kami pasti bisa menolong Kakek."Keduanya kembali menganalisis situasi, setelah itu Hans diam-diam kembali ke kamar.Sesampai di kamar, dia mengirim pesan kepada Wano secara rahasia.Wan
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper