"Kalau bukan gara-gara kamu, dia nggak akan bernasib seperti hari ini. Kamu sendirilah yang membuat putri kandungmu menderita!"Mendengar itu, mata Vina terbelalak tak percaya.Dia menggelengkan kepala berulang-kali, "Mana mungkin bukan Yuna yang celaka. Qirana nggak mungkin mengalami hal itu. Kamu pasti menipuku, aku nggak percaya!"Dia meraih kerah Juna dan mencoba mencekiknya mati-matian.Tepat pada saat itu, televisi di ruang makan menyiarkan sebuah berita.Vina melihat sosok Yuna pada berita itu.Yuna tengah mengenakan gaun yang melebar di bagian bawah dengan warna biru. Dia berdiri di samping Wano dan dikelilingi oleh Keluarga Sudrajat yang tengah bersulang untuk menghormatinya."Kami akan menyampaikan sebuah berita singkat selanjutnya. Keluarga Sudrajat yang merupakan keluarga terkemuka di Kota Canggu, akhirnya telah menemukan kembali sang cucu perempuan yang hilang lebih dari dua puluh tahun. Semalam, mereka mengadakan sebuah pesta besar untuk merayakan pertemuan kembali di Man
Seusai mengatakannya, dia memerintahkan seseorang untuk mengambil sampel darah Vina.Dia ingin memastikan kebenaran dari perkataan Vina.Dia telah merekam pembicaraan itu barusan. Memiliki bukti ini saja sudah cukup untuk menjeratnya dengan hukuman mati.Setelah keluar dari penjara, Yudi langsung menyalakan sebatang rokok.Dia mengisapnya beberapa kali dengan gusar.Aroma nikotin mengalir dari mulut sampai ke paru-parunya. Dia bahkan terbatuk beberapa kali karena mengisapnya terlalu kuat.Setiap kali memikirkan kondisi Yuna, hatinya terasa sakit luar biasa.Dia merasa ragu untuk memberitahukan hal ini pada Yuna atau tidak.Jika dia mengetahuinya, akankah hubungannya dengan Wano menjadi terpengaruh?Yuna ingin menikahi pria yang dia cintai dengan susah payah. Namun ternyata, ibu pria itulah yang telah membunuh ibunya.Yudi merasakan kepiluan dalam hatinya. Akan tetapi, dia tetap berusaha merapikan emosinya sebelum menelepon Yuna.Begitu telepon diangkat, suara lembut dan manis Yuna sege
"Tapi kamu terus melukai Yuna, bahkan membuatnya nyaris meninggal berulang kali.""Saat dulu kamu masuk penjara, aku sangat sedih. Aku berharap kamu bisa bertobat setelah keluar dan aku siap merawatmu dengan baik.""Tapi kamu ternyata nggak mengerti betapa berharganya sebuah kehidupan. Kamu mencoba bunuh diri dan kabur dari penjara, bahkan berniat membakar Yuna hidup-hidup.""Qirana, saat itu aku benar-benar kecewa padamu yang sudah kuanggap adik. Aku bukannya nggak mau menyelamatkanmu, tapi kamu sendiri yang menciptakan masalah ini, jadi nggak ada orang lain yang bisa disalahkan."Mendengar kata-kata itu, Qirana merintih penuh derita.Dia mengira bahwa Yudi sengaja meninggalkannya dan tak peduli dengannya lagi.Dia tak menyangka, rupanya Yudi pernah mempertimbangkan untuk memberinya kesempatan untuk memulai lagi dari awal. Akan tetapi, dirinyalah yang tak memanfaatkannya dengan baik.Menghadapi kenyataan bahwa hal ini tidak akan bisa terulang lagi, Qirana pun menangis tersedu-sedu.Yu
Mendengar hal itu, hati Yudi terasa cemas.Dia segera mengeluarkan sebatang rokok dari saku, kemudian menyalakannya dan mengisap rokok berkali-kali.Kemudian, dia berkata dengan santai, "Tapi, Wano adalah pria yang disukai oleh Yuna. Lagi pula, dia adalah ayah dari anak itu. Mereka berdua telah melalui berbagai macam suka dan duka, nggak mudah bagi mereka untuk bersatu. Kalau Yuna sampai tahu kenyataan yang sebenarnya, atau bahkan dia memilih untuk melepaskan semua dendam yang telah terjadi, hatinya pasti tetap akan merasa sedih. Aku nggak ingin dia menderita seperti itu.""Jadi, rencana kamu adalah menyembunyikan kenyataan itu?""Kalau bisa, seumur hidup aku nggak ingin dia mengetahui kenyataan itu."Yudi menatap Hans dengan mata yang mulai ikut terasa basah.Itu adalah cara yang paling baik yang bisa dia temukan. Akibat kecelakaan mobil itu, adiknya terpaksa harus terlantar bertahun-tahun. Meskipun Yudha sangat menyayangi Yuna, tapi sejak kecil Yuna telah kehilangan kasih sayang seor
Buku harian itu terputus begitu dibaca sampai di sini.Yuna melihat tanggal terakhir di buku harian itu dan kebetulan saja tanggal itu merupakan tanggal sehari sebelum Ibunya mengalami kecelakaan.Ibunya sangat menantikan kehadiran Yuna. Tapi, begitu hari itu tiba, belum sempat Yuna lahir ke dunia, Ibunya sudah meninggal lebih dulu.Saat ini, dia juga sedang hamil. Seketika, dia dapat merasakan suasana hati Ibunya pada saat itu.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa sakit.Yuna tak dapat menahan air mata jatuh ke pipinya.Saat Wano berjalan masuk ke dalam, dia melihat adegan itu.Dia segera berjalan menghampiri Yuna dan memeluk erat pinggangnya dari belakang. Dia berbicara dengan suara rendah."Kamu rindu Ibu, ya?"Yuna menyeka hidungnya yang berair sambil berkata, "Ini adalah saat pertama kalinya aku dapat merasakan kasih sayang Ibu. Ternyata, Ibu sangat mencintaiku dan sudah melakukan banyak hal untukku. Tapi mengapa Tuhan harus merenggut nyawanya? Mengapa Tuhan harus memisahkan kami
Saat mereka turun dari gunung itu, hati mereka terasa berat seperti ada sebongkah batu besar yang menekan hati mereka.Ramalan nasib seperti itu kalau mau dipercaya pasti kejadian, kalau mau tak percaya pun juga tidak masalah.Namun, begitu mendengar kabar buruk seperti itu pasti akan mempengaruhi suasana hati orang.Kalau memang dihitung dari sekarang, hanya tersisa kurun waktu kurang dari dua puluh hari untuk menuju tanggal delapan bulan depan.Dalam kurun waktu itu, mereka harus benar-benar memastikan bahwa tidak akan ada bahaya yang terjadi dalam dua puluh hari ke depan, sehingga pernikahan dapat berjalan dengan lancar.Setelah Yudha dan Yogi tiba di rumah, mereka segera melaksanakan niat mereka tadi.Dua hari kemudian Yuna akan kembali pulang.Kemudian keesokan harinya, Keluarga Lasegaf akan membawa mahar dan pergi menuju ke rumah Keluarga Qalif.Demi menjamin keamanan pernikahan tersebut, maka ditetapkan lokasi pernikahan tersebut berada di mansion lama Keluarga Lasegaf. Hanya ke
Yuna tersenyum sambil menghela napas, "Apakah iya? Bibir Suamiku itu begitu wangi dan nggak kotor sama sekali. Lagi pula, ciuman perpisahan yang kami lakukan kemarin itu, meskipun ada aroma tubuhnya, tapi cepat atau lambat juga akan hilang."Mendengar hal itu, Zanny tampak kesal hingga mengentakkan kakinya, "Hehehe, Wano, kamu benar-benar pria brengsek. Kembalikan padaku Yuna yang polos dan cantik itu. Wanita yang sekarang ini sudah dipengaruhi hal buruk olehmu."Saat dua orang itu sedang ribut di dalam kamar, tiba-tiba saja ponsel Yuna berdering.Yuna segera menekan tombol jawab di ponsel begitu melihat nomor Wano yang meneleponnya.Suaranya terdengar bahagia, "Suamiku, ada orang yang membicarakan tentangmu yang nggak baik di belakangmu."Wano melihat senyum cerah di wajah Yuna dan dia pun ikut tersenyum sambil berkata, "Apa yang membuatmu begitu bahagia? Apa kamu sedang bersama dengan Zanny?"Mata Yuna terbelalak dan berkata, "Bagaimana kamu bisa tahu?""Nggak ada satu orang pun kecu
Yuna bangkit dari ranjangnya sambil bergumam, "Kenapa pagi sekali, tidurku masih belum cukup."Yudha tersenyum membelai kepala putrinya dengan lembut sambil berkata, "Nanti jam sembilan pengantin pria akan tiba. Kamu masih harus makan dan dandan. Takutnya nggak sempat."Yuna setengah terbangun lalu memasuki kamar mandi.Tepat saat Yuna keluar, ada sebuah kepala kecil di depan pintu kamar mandinya.Axel mengenakan setelan jas putih dan dasi kupu-kupu hitam, rambut keritingnya sudah ditata dengan rapi.Dia melihat sekeliling ruangan dengan penasaran, kebetulan saat itu Yuna keluar dari kamar mandi.Axel segera berlari dengan kaki pendeknya lalu menatap Yuna."Tante, Axel tampan nggak hari ini?"Yuna berlutut sambil memandangnya dari atas ke bawah, lalu tersenyum dan mengangguk, "Axel pria yang paling ganteng hari ini.""Kalau dibandingkan dengan Paman, siapa yang lebih tampan?""Tentu saja kamu. Suami tante sudah tua, nggak lucu seperti kamu."Yuna mencubit pipi tembem Axel beberapa kali
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper