Yuna tersenyum sambil menghela napas, "Apakah iya? Bibir Suamiku itu begitu wangi dan nggak kotor sama sekali. Lagi pula, ciuman perpisahan yang kami lakukan kemarin itu, meskipun ada aroma tubuhnya, tapi cepat atau lambat juga akan hilang."Mendengar hal itu, Zanny tampak kesal hingga mengentakkan kakinya, "Hehehe, Wano, kamu benar-benar pria brengsek. Kembalikan padaku Yuna yang polos dan cantik itu. Wanita yang sekarang ini sudah dipengaruhi hal buruk olehmu."Saat dua orang itu sedang ribut di dalam kamar, tiba-tiba saja ponsel Yuna berdering.Yuna segera menekan tombol jawab di ponsel begitu melihat nomor Wano yang meneleponnya.Suaranya terdengar bahagia, "Suamiku, ada orang yang membicarakan tentangmu yang nggak baik di belakangmu."Wano melihat senyum cerah di wajah Yuna dan dia pun ikut tersenyum sambil berkata, "Apa yang membuatmu begitu bahagia? Apa kamu sedang bersama dengan Zanny?"Mata Yuna terbelalak dan berkata, "Bagaimana kamu bisa tahu?""Nggak ada satu orang pun kecu
Yuna bangkit dari ranjangnya sambil bergumam, "Kenapa pagi sekali, tidurku masih belum cukup."Yudha tersenyum membelai kepala putrinya dengan lembut sambil berkata, "Nanti jam sembilan pengantin pria akan tiba. Kamu masih harus makan dan dandan. Takutnya nggak sempat."Yuna setengah terbangun lalu memasuki kamar mandi.Tepat saat Yuna keluar, ada sebuah kepala kecil di depan pintu kamar mandinya.Axel mengenakan setelan jas putih dan dasi kupu-kupu hitam, rambut keritingnya sudah ditata dengan rapi.Dia melihat sekeliling ruangan dengan penasaran, kebetulan saat itu Yuna keluar dari kamar mandi.Axel segera berlari dengan kaki pendeknya lalu menatap Yuna."Tante, Axel tampan nggak hari ini?"Yuna berlutut sambil memandangnya dari atas ke bawah, lalu tersenyum dan mengangguk, "Axel pria yang paling ganteng hari ini.""Kalau dibandingkan dengan Paman, siapa yang lebih tampan?""Tentu saja kamu. Suami tante sudah tua, nggak lucu seperti kamu."Yuna mencubit pipi tembem Axel beberapa kali
"Kamu minta dihajar ya."Tepat saat keduanya sedang cekcok, suara Malik terdengar."Kalian berdua belum cukup membuat masalah ya, hari ini adalah hari bahagia Wano, nggak ada yang boleh sembarangan berbicara."Beberapa orang pun mengobrol sambil tertawa, ketika waktunya tiba, mereka pun berangkat.Yanuar mengirim pesan ke Zanny begitu masuk ke dalam mobil."Pengantin pria dan pengiringnya yang paling tampan telah berangkat, jangan lupa sambut kami."Beberapa saat, Zanny membalasnya dengan pesan suara."Oke, lihat saja nanti!"Usai mendengar pesan itu, Roger berkata, "Kudengar dia mencari permainan esktrem di internet. Siapa pun yang mampu melewatinya bisa lolos."Yanuar membalasnya, "Untuk apa takut, kita bisa mengatasinya. Lihat saja aku."Begitu mobil melaju ke jalan di mana vila keluarga Qalif berada, terlihat ada empat pria berjas berdiri.Mereka semua tersenyum nakal.Konvoi mobil pengantin pria pun berhenti, Wano turun dari mobil.Dia mengulurkan tangannya dan berjabat tangan den
Mendengar Axel ingin mengatakan sebuah rahasia, para sepupu Keluarga Sudrajat segera berlari menghampiri Axel dan membawanya pergi dari sana.Dia memukul pelan bokong kecil Axel dan berkata, "Dasar anak kecil pengkhianat. Kalau kamu mengatakan yang sebenarnya, usaha kami semua akan sia-sia."Axel berkata dengan serius, "Nggak. Aku hanya ingin memberitahu Paman, bahwa hari ini Tante sungguh terlihat sangat cantik."Mendengar hal itu, Wano tersenyum dengan bangga, "Pengantin wanitaku memang wanita paling cantik di dunia."Melihat Wano dipuji sedikit saja sudah begitu angkuh, Yudi pun berjalan menghampiri dengan mengenakan setelan jas yang rapi.Senyum mengejek tampak muncul di wajahnya, "Dasar tukang pamer! Tunggu sampai aku melihat kamu menangis. Di sini ada empat lembar ciuman bibir wanita, kamu tebak yang mana milik Yuna. Kalau tebakanmu benar, kamu bisa lanjut pergi, tapi kalau tebakanmu salah, kamu harus menari di depan semua orang."Yanuar yang pertama kali mengangkat tangannya, "M
Yanuar menerima kartu itu dan berkata sambil tersenyum, "Ini mudah, bukan? Aku duluan. Siapa yang mau menerima ini lebih dulu."Malik menghampiri dan berkata, "Aku."Yanuar menaruh kartu itu di antara bibirnya dan memindahkan kartu itu sedikit demi sedikit ke bibir Malik.Saat keduanya makin mendekat, tiba-tiba saja Malik tertawa terbahak-bahak."Kamu sikat gigi nggak pagi ini? Jangan sampai kamu menularkan bau mulutmu padaku. Kalau nggak, istriku nggak akan mengizinkan aku untuk menciumnya."Perasaan yang sedari tadi memang sudah ditahan untuk tidak dikatakan olehnya, justru malah dikatakan oleh Malik, hingga Yanuar berkata dengan marah, "Pergi! Ini adalah ciuman pertamaku, aku nggak sudi memberikan ciuman ini padamu!"Semua orang menatap Yanuar dengan tatapan tak percaya, "Bukankah kali terakhir itu kamu mengatakan kalau kamu sudah mencium Zanny? Mengapa kamu masih bilang ini adalah ciuman pertamamu? Apa kemarin itu kamu hanya membual?"Mendengar hal itu, Zanny berteriak dari balik p
Gaun pernikahan putih itu seketika diwarnai merah oleh darah.Ketika melihat pemandangan itu, Wano menendang pelayan itu keluar dan langsung memeluk Yuna.Suara Wano terdengar bergetar, "Jangan takut Yuna, aku akan membawamu ke rumah sakit."Yuna menutup perutnya dengan tangan sambil menahan rasa sakit, dia masih mau memasang cincin di jari manis Wano.Namun Yuna sudah kehilangan tenaganya dan akhirnya pingsan di dalam pelukan Wano.Wano berlari sambil membawa Yuna di pelukannya dan berkata, "Aku nggak akan membiarkan apa pun terjadi padamu Yuna."Suasana yang baru saja begitu bahagia, saat ini menjadi sangat panik.Tangisan Leni seketika pecah lalu berkata, "Kenapa Tuhan sangat nggak adil? Yunaku sudah menderita terlalu banyak, tapi kenapa masih nggak mau melepasnya?"Mahen menepuk pundak Leni dan menenangkannya, "Yuna pasti baik-baik saja bu, aku dan Yudi akan pergi melihatnya.""Cepat pergi, kabari aku informasi apa pun itu."Yudi dan Mahen segera menyetir menyusul mobil Wano.Sesam
Wano melihat Yuna dengan wajah pucatnya, "Jangan biarkan dia mati, kamu harus membuatnya bicara.""Aku tahu, kamu bisa menjaga Yuna dengan tenang, aku akan mengurus masalah keluarga."Semua orang pergi setelah melihat Yuna, kecuali Yudha yang masih memegang tangan putrinya.Yudha melihat wajah kecil Yuna yang pucat dengan mata berkaca-kaca.Perkataan Master Solan muncul di benak Yudha.Hari ini Yuna dan Wano tidak menyelesaikan upacara pernikahannya, bukankah nanti masih akan terjadi lebih banyak bahaya lagi.Bahaya tidak pernah berhenti sejak Yuna lahir.Kenapa Tuhan memperlakukan seorang anak yang baik seperti ini.Yudha tidak bisa menahan air matanya jatuh di punggung tangan Yuna, ketika memikirkan masa lalu Yuna.Wano yang berjalan masuk kebetulan melihat pemandangan itu.Wano berjalan menghampiri Yudha dan memanggil lembut, "Ayah."Yudha langsung menghapus air matanya dan berkata dengan serak, "Ada sesuatu yang aku dan ayahmu rahasiakan darimu Wano.""Apa itu?" Kata Wano dengan te
Setelah mendengar itu Wano menaikkan alisnya tidak percaya dan berkata, "Kamu kenal dia?"Yuna mengangguk dan berkata, "Kamu masih ingat Listi yang memfitnahku bersama Qirana waktu itu? Bukannya kita nggak bisa menemukannya? Wanita itu Listi, tapi sepertinya dia melakukan operasi plastik sehingga terlihat berbeda. Ketika kamu menendangnya, aku melihat tanda lahir hitam di pinggangnya.""Aku tinggal di asrama yang sama dengannya selama 4 tahun saat kuliah, nggak mungkin salah ingat. Pasti Vina yang menyembunyikan Listi, mungkin kita bisa tahu beberapa rahasia Vina dari mulutnya."Setelah itu Wano mengambil ponselnya dan menelepon Yudi.Ponsel itu berdering satu kali kemudian dijawab."Apa Yuna sudah sadar Wano?""Sudah, semuanya baik-baik saja. Yuna bilang wanita itu bernama Listi, mantan karyawan dari kantor sekretarisku, keluarganya selalu ada di bawah kendaliku. Mungkin kamu bisa melakukan tawar-menawar untuk membuatnya bicara.""Oke, akan kucoba."Setelah menutup panggilan teleponny
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper