Tiba-tiba jantung Leni yang sedang berjuang di ambang kematian, kembali berdetak setelah mendengar suara Yuna,Dokter segera berkata, "Pasien memberikan respon, bicaralah dengan pasien lebih banyak."Yuna berbaring sedih dalam pelukan Leni setelah melihat wajah pucat wanita tua itu.Yuna tidak mau mengakui bahwa dirinya bukan anak Yudha.Tapi kebaikan Leni pada Yuna membuat dirinya tidak tahan.Leni jelas-jelas tahu Yuna adalah cucunya, namun wanita itu hanya bisa menahan kerinduan di dalam hatinya karena takut Yuna akan keguguran lagi.Kehilangan putri di usianya yang masih muda sangat berpengaruh pada Leni. Sehingga di usia tuanya ini, dia tidak berani untuk mengakui cucunya.Kewaspadaan Yuna membuat hatinya sakit, ketika mengingat proses kedekatan Leni dengannya.Yuna bersandar dalam pelukan Leni, dengan air mata menetes di pipinya."Nenek, aku Yuna anak dari putri tercintamu Maya, nenek cepat bangun ya?"Ucapan Yuna membuat semua orang yang ada di tempat itu ikut menangis.Entah it
Yuna merasa bahagia, lega dan juga sangat sedih.Yuna merasa sedih untuk Leni karena harus kehilangan putrinya, serta Maya yang meninggal di umur yang masih muda.Yuna memegang tangan Leni, air mata menetes di wajahnya, "Setelah nenek keluar dari rumah sakit, ayo kita melayat ke makam ibu bersama-sama."Bibir Leni bergetar karena bahagia setelah mendengar perkataan Yuna."Kamu mau ikut pulang sama kami Yuna?"Yuna tersenyum dan berkata, "Ayahku bilang, punya banyak orang yang mencintaiku itu bukan hal yang buruk, dan Yudha akan tetap menjadi ayah tercintaku.""Ya, Yudha akan selalu menjadi ayahmu, kita nggak akan memperebutkan kamu dengannya, cuma jadi lebih banyak orang yang akan merawatmu dan mencintaimu."Leni tidak bisa mengekspresikan rasa terima kasihnya pada Yudha lewat kata-kata.Yudha sudah merawat Yuna lebih dari 20 tahun, serta membujuk wanita itu untuk mengakui keluarganya.Bisa dilihat betapa baik hatinya Yudha.Ketika Yudi mendengar perkataan itu, dia langsung melihat Yun
Semua orang menolehkan kepala ke arah pintu ketika mendengar suara itu.Juna terduduk di atas kursi roda dengan kaki yang di gips.Rambut Juna memutih dan wajahnya banyak kerutan.Juna melihat Yuna dengan tatapan bersalah di matanya.Yudi yang pertama kali bergegas menghampiri dan menghentikan Juna, "Yuna nggak butuh ayah sepertimu. Pulanglah dan urus anak harammu."Juna tidak marah ketika menghadapi tuduhan anak kandungnya itu, dia malah memohon dengan pelan, "Aku cuma mau ketemu Yuna, nggak masalah dia mengakuiku atau nggak.""Kamu mau lihat Yuna masih hidup atau nggak? Kalau bukan karena Qirana, dia nggak akan banyak menderita 'kan? Kali ini Yuna pintar, kalau nggak dia dan anaknya pasti sudah mati sejak lama.""Aku tahu aku salah Yudi, aku nggak menyangka Qirana melakukan hal seperti itu, aku berhutang maaf pada Yuna. Biarkan aku bertemu dan meminta maaf ya."Terdengar sebuah suara dari belakang di saat Yudi dan Juna sedang berdebat."Nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita
Seluruh tubuh Qirana berbalut perban, dan terbaring di atas ranjang seperti mumi.Qirana hanya bisa membuat suara 'aaa' dari tenggorokannya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun dengan jelas.Wano menolehkan kepalanya pada Yuna, lalu berkata dengan suara lembut, "Aku menyelamatkannya supaya dia melihat kebahagiaan kita dengan matanya sendiri."Ekspresi Yuna terlihat tenang, "Ayo masuk melihatnya, kupikir akulah orang yang paling nggak mau Qirana lihat."Setelah itu Yuna berjalan masuk ke kamar rawat.Qirana menutup mulutnya rapat-rapat dan menolak minum obat, tiba-tiba sesosok tubuh ramping muncul di hadapannya.Meskipun Yuna sudah mengalami musibah, wajahnya kembali cantik setelah beberapa hari memulihkan diri.Kulit Yuna bahkan terlihat lebih lembut dan merah.Dan benar saja, mata Qirana melotot ketika melihat Yuna.Qirana menggelengkan kepalanya tidak percaya, lalu mengeluarkan suara geraman rendah."Nggak, nggak ...."Yuna berjalan menghampiri Qirana lalu melihatnya dari atas hingga
Balon-balon diterbangkan ke langit bersamaan dengan teriakan itu.Balon itu meledak ketika sampai di ketinggian tertentu, lalu jatuh kelopak-kelopak mawar merah dari langit.Yuna tidak bisa menahan senyumannya ketika melihat kelopak-kelopak mawar itu menari di langit.Kembalinya dia ke vila itu membuat bayangan hitam muncul di hati Yuna.Namun bayangan itu seketika menghilang setelah dirinya tiba-tiba diliputi suasana seperti itu.Zanny berlari lalu memeluk leher Yuna, dia berkata sambil tersenyum, "Nyonya Lasegaf, suamimu bilang mau mentraktir kita makan lobster Akasia, kepiting Amatara, dan kerang Sobel. Kita nggak boleh melewatkan satupun dari itu semua."Yuna menyentil jahil kening Zanny lalu berkata, "Coba lihat apa semuanya itu cukup? Kalo nggak cukup, kamu bisa mengkukus aku juga.""Lupakan saja, aku akan dibunuh Tuan Lasegaf sebelum mengkukusmu. Dan juga sudah berapa kali kubilang jangan memukul kepalaku, kalau nanti aku jadi bodoh dan nggak akan ada yang mau menikahiku, maka k
Malik yang sedang berkelahi tiba-tiba berhenti setelah mendengar suara putrinya.Malik melihat Tisa dengan terkejut."Dengar itu Wano, putriku memanggilku ayah. Anak mana yang bisa memanggil seseorang di usianya yang baru 6 bulan? Cemburukah kamu?"Malik melepaskan kerah Wano dan langsung berlari menghampiri Tisa.Malik berkata sambil tersenyum, "Sayang, barusan kamu memanggilku apa, bisa panggil sekali lagi?"Tisa langsung melemparkan dirinya ke dalam pelukan Malik, air mata dan ingus menempel di baju mahal pria itu.Hingga meninggalkan jejak.Mata hitam beningnya berkedip-kedip pada Malik, sambil terus memanggil, "Ayah, ayah ...."Malik mengangkat Tisa di atas kepalanya dengan bahagia, setelah mendengar putrinya memanggil 'ayah.'Malik berteriak pada semua orang, "Cepat lihat sini, putri siapa yang begitu cantik dan sudah bisa memanggil orang di usianya yang masih kecil? Tentu saja putriku. Apa kalian cemburu?"Shinta menatap nyalang ketika melihat Malik pamer seperti itu, "Jangan me
Yudi menepuk pundak Yanuar lalu berjalan menghampiri Wano.Yudi tersenyum lalu berkata, "Bagaimana bisa aku melajang sendirian, seseorang harus menemaniku."Wano tersenyum lalu berkata, "Aku perkirakan dia akan membunuhmu setelah tahu masalahnya.""Kamu yang harusnya di pukul karena kamu yang pertama menipunya, aku cuma membantumu."Orang-orang lalu berjalan ke aula sambil berbicara dan tertawa.Hanya Xena yang terdiam di tempat itu.Wano melihat Xena lalu bertanya dengan suara beratnya, "Menunggu Maggie?"Xena mengangguk pelan dan berkata, "Aku khawatir dia nggak bisa merawat Axel dengan baik, karena tangannya sedang terluka."Wano terkekeh lalu berkata, "Maggie pergi ke rumah sakit untuk di USG lalu pergi untuk menyiapkan berkas anakmu. Apa dia nggak bilang?"Xena menggelengkan kepalanya, "Dia nggak bilang."Wano melihat Xena penuh arti, lalu berkata, "Kamu harus bersikap nggak tahu malu kalau mau mengejar istrimu. Kalau sampai Maggie nggak membiarkanmu mengejarnya, maka kamu nggak a
Maggie melihat Xena tanpa ekspresi di wajahnya, lalu berkata, "Di mana ibuku?""Tante ada urusan jadi pergi duluan, Yuna minta aku menjemputmu sementara Axel pergi dengan Yudi."Xena memeluk Maggie lalu setengah mendorongnya masuk ke dalam mobil.Xena mengeluarkan sebuah kotak dari belakang mobil lalu memberikannya pada Maggie, "Itu kue durian yang kamu suka, cobalah."Maggie menatap kue durian di tangannya lalu tersenyum kecil, "Axel bilang padamu?"Kalimat Maggie menusuk dalam hati Xena.Memang Axel yang memberitahu makanan kesukaan Maggie adalah kue durian, dan masakan kesukaannya adalah ikan yang dikukus.Saat Xena mendengar itu, cukup lama hatinya merasa bersalah.Ketika Xena di luar negeri, Maggie membeli sekotak kue durian dan bahkan memberikannya untuk pria itu coba, namun dia menolaknya tanpa berpikir.Xena bahkan memberitahu Maggie kalau dia tidak suka rasa durian.Setelah mendengar ucapan Xena itu, Maggie langsung membuang kotak kue durian itu ke dalam tong sampah, dan setel
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper