Harsa menunjukkan rasa puas di wajah saat mendengar Xena mengatakan hal itu.Dia menepuk-nepuk pelan bahu Xena dan berkata dengan suara yang dalam, "Bawa Maggie kembali ke rumah agar dia bisa lekas pulih. Di rumah ada dokter keluarga yang akan menjaganya. Dia pasti baik-baik saja."Maggie segera menghentikannya, "Nggak perlu. Sebentar lagi Ayah akan datang menjemputku. Kalian bisa membawa Axel, itu saja sudah cukup.""Maggie, semua masalah ini terjadi karena aku, jadi ... aku harus bertanggung jawab penuh padamu. Kalau nggak, itu artinya aku mengabaikan tanggung jawabku. Aku harap, kamu dapat memberiku kesempatan untuk menebusnya."Kata-kata yang dilontarkan oleh Harsa begitu tulus dan dalam, hingga membuat Maggie tak dapat menolak begitu saja.Pada saat yang sama, Mahen bergegas datang dengan membawa seseorang.Wajah dia tampak serius, "Keluarga kami mampu merawat Maggie. Mana berani kamu menyusahkan Bapak Bupati."Dia berjalan ke samping Maggie. Matanya penuh dengan rasa sakit dan ke
Yuna segera menarik tangannya sambil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Pak Mahen, aku nggak bisa menerimanya.""Nak, ini adalah pemberian Paman untuk Wano. Dia terluka, sudah seharusnya aku juga turut bersimpati padanya. Kalau aku nggak memberikan ini padanya, bocah berengsek itu pasti akan mencari perhitungan denganku."Mendengar hal itu, Yuna mau tak mau menerima amplop merah itu. Dia menganggukkan kepala sambil tersenyum, kemudian berkata dengan suara lembut, "Terima kasih, Paman."Melihat paras wajahnya yang begitu cantik, mengingatkan Mahen pada Maya kala itu.Mahen membelai kepala Yuna dengan penuh kasih sayang, "Bawa Paman pergi ke sana. Setelah melihatnya, kami akan langsung pergi."Melihat mereka berdua yang telah pergi menjauh, Harsa pun menatap Xena dengan tajam, "Kamu memang benar-benar nggak berguna. Sampai sekarang, kamu belum berhasil mendapatkan Maggie. Sebenarnya, apa yang kamu pikirkan?"Wajah Xena terlihat kesal, "Aku sudah mengejarnya. Dia tetap nggak mau, aku j
Saat Mahen tampak tidak memahami maksud Wano, terdengar pintu kamar pasien itu diketuk.Kemudian, masuklah dua pria berseragam biru itu ke dalam kamar rawat.Mereka menyapa Wano penuh hormat, "Pak Wano, barang sudah kami bawa kemari. Terakhir kali Anda foto bersama dengan Nyonya Lasegaf itu sudah bagus, hanya kurang tanda tangan saja. Baru setelah itu, kami bisa mengeluarkan akta nikah untuk kalian."Wano menundukkan kepalanya. Dia menatap Yuna yang tampak terkejut di dalam pelukannya. Dia mencubit pipi Yuna dengan lembut, kemudian tersenyum sambil berkata, "Aku merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Nenek itu benar. Anak itu keburu lahir duluan sedangkan aku sama sekali belum memberikan status yang jelas padamu. Jadi, lebih baik memang dilakukan sesegera mungkin. Aku sudah memanggil orang untuk datang kemari. Lagi pula, yang kurang hanya satu dokumen saja. Bagaimana pun juga, kamu adalah wanitaku. Nyonya Lasegaf, apa kamu sudah siap?"Insiden Maggie yang baru saja terjadi masih belum se
Satu kalimat itu sudah bisa membuat Mahen terdiam.Dia tahu betul bahwa bocah busuk itu akan sulit untuk dihadapi.Namun, ketika melihat mereka berdua akhirnya benar-benar menikah, dia pun juga sangat bahagia.Meskipun dia belum bisa mengakui Yuna sebagai keponakannya, tapi dia tetap akan memberikan sebanyak apa yang memang pantas Yuna dapatkan.Mahen mengeluarkan sebuah kartu dari dalam sakunya dan memberikannya pada Yuna. Sorot matanya begitu rumit."Yuna, ini adalah pemberian Paman untukmu. Ambil dan gunakan untuk membeli perlengkapan nikah kalian. Saat resepsi pernikahan kalian nanti, aku dan Nenekmu juga akan memberimu hadiah nikah."Yuna segera menggelengkan kepalanya, "Ini terlalu banyak, aku nggak dapat menerimanya. Aku sudah mengerti akan niat baik Paman padaku."Namun, begitu Yuna selesai bicara, Wano justru mengambil kartu itu dari tangan Mahen dan memasukkan kartu itu ke dalam saku Yuna."Istriku, kamu nggak boleh menolak uang yang diberikan oleh orang lain padamu, karena d
Begitu sutradara berkata "Mulai", sosok Zanny pun masuk ke dalam layar.Zanny melihat ke sekeliling kamar dan tidak ada tanda-tanda keberadaan pria itu. Hanya terdengar suara air mengalir dari kamar mandi.Dia pun berjalan ke kamar mandi. Ketika dia hendak mengetuk, pintu kamar mandi pun terbuka.Ada sosok pria berbadan tinggi dan tegap.Aliando memiliki tubuh yang sangat bagus, bahu lebar dan kaki yang panjang, serta perut berotot.Pinggangnya terbalut dengan handuk hitam.Perpaduan kulit putih dan handuk hitam itu memberi gambaran visual yang indah, membuat orang tergoyah.Ini adalah kali kedua Zanny melihat pria hanya mengenakan handuk. Yang pertama adalah Yanuar.Zanny pun mengeluh di dalam hati.Yanuar pria sialan itu selalu mengatakan dia memiliki tubuh yang bagus, aktor papan atas pun tak bisa menandinginya.Otot dada dan otot perut Yanuar pun lebih besar dari pada Aliando.Dia ....Zanny tiba-tiba berteriak ketika membayangkan hal itu.Kenapa dia memikirkan Yanuar.Bukankah pri
Yanuar menindih tubuh Zanny ke dinding.Dia tersenyum nakal sambil menunjuk ke bibirnya sendiri lalu berkata, "Ingin balas dendam bukan, ini, gigitlah."Usai mengucapkan hal itu, dia mendekatkan bibirnya ke bibir Zanny.Zanny merasakan aura hormon testosteron yang begitu kuat.Jantungnya berdetak sangat kencang karena alasan yang tak diketahui.Dia memukul dada Yanuar dengan keras, "Yanuar, kamu nggak tahu malu ya!"Yanuar berusaha menahan hasratnya ketika melihat bibir lembut Zanny yang pernah dia cium sebelumnya.Suaranya terdengar parau, "Untuk apa malu? Yang kuinginkan sekarang hanya ...."Sebelum Yanuar menyelesaikan perkataannya, Zanny membungkamnya.Zanny tampak geram, "Yanuar, kalau kamu berani berbicara lagi, aku akan langsung menghancurkanmu."Zanny mengayunkan kakinya dan ingin menendang selangkangnya.Yanuar sudah tahu Zanny akan menyerangnya.Dia segera menghindar dan tersenyum nakal."Zanny, kenapa wajahmu memerah? Apa kamu menyukaiku, Kalau memang benar, aku bersedia men
Setelah Zanny berjanji, Yanuar kembali tersenyum riang.Dia dan Zanny kembali ke kerumunan kru film.Mereka kaget ketika melihat hidung Yanuar berdarah.Beberapa wanita di sana berseru."Zanny, apa yang terjadi, kamu memukulnya?""Mana mungkin dia melakukan kekerasan ke pacar setampan itu. Kalau nggak suka, berikan saja ke aku.""Kak, bawa kantong es ke sini. Sayang sekali wajah tampanku jadi begini. Dasar kamu ini. Setiap pasangan pasti ada pertikaian, kenapa kamu main tangan duluan."Usai mendengarkan ucapan semua orang, Zanny ingin memaki mereka.Dia adalah korbannya.Dia akan menjadi pelayan pria sialan itu selama sebulan dan disiksa dengan berbagai cara yang berbeda.Zanny tampak geram sambil berbisik, "Ini metode yang kamu maksud?"Yanuar tersenyum, "Iya, cara terbaik menghentikan pendarahan yaitu mengompres dengan es batu. Ada kantong kompres di kulkas. Gini saja kamu nggak tahu. Bodoh sekali."Zanny mengepalkan kedua tangannya.Jadi, dia harus membayar metode sesederhana itu se
"Nggak perlu sungkan. Kita semua juga menunggu syuting adegan terakhir Zanny lalu pulang."Yanuar baru menyadari bahwa dia telah menunda waktu syuting mereka. Dia tersenyum sambil berkata, "Maaf, aku akan mentraktir kalian dengan camilan dari Hotel Pullman. Sebentar lagi akan dikirim ke sini."Semua kru bersorak sorai ketika mendengar ucapan Yanuar."Zanny, pacarmu nggak hanya tampan, tapi juga kaya raya. Kamu jahat sekali. Kalau aku akan segera memberinya anak."Zanny malas meladeni candaan semua orang. Hubungannya dengan Yanuar semakin dijelaskan semakin runyam.Dia tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak berguna.Demi membantu Yuna, semua orang kini mengetahui bahwa dia punya pacar dan seorang anak.Jika terus menyangkalnya, itu berarti dia berselingkuh.Zanny berusaha menahan amarahnya.Yanuar, tunggu saja.Nantikan pembalasanku!Waktu menunjukkan pukul tiga pagi ketika kru film selesai bekerja.Yanuar sangat kelelahan dan tertidur di sofa lobi hotel.Pada saat Zanny hendak mengik
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper